10

3.9K 107 9
                                    

"Gas Sa, ditarik gasnya!"

"Sebentar. Gue takut! E-eh..."

Grap! Tangan Aditya langsung mengambil alih stang motor. Ia menarik pelan gas motor agar keseimbangan tetap terjaga.

"Padahal udah dijelasin berulang kali. Isi otak lo cuma Eras, ya?! Masa belajar narik gas motor aja gak bisa?"

Keisha mendengus kesal. "Kenapa jadi bawa-bawa Kak Eras?!"

Jika bukan karena bundanya, Keisha tidak mau belajar motor bersama Aditya. Lelaki itu selalu membentak dan mengocehi Keisha yang tidak becus membawa sepeda motor. Ya namanya saja baru belajar. Wajar saja kalau masih banyak melakukan kesalahan.











Flashback

Niatnya ingin mencari charger ponsel, Keisha malah terperanjat melihat sosok Aditya sudah duduk manis di ruang tamu. Lelaki itu hanya menatapnya sekilas sebelum akhirnya kembali memainkan ponsel.

Keisha jadi melupakan tujuannya mencari charger dan segera mencari keberadaan Sofia. Rupanya bundanya tersebut tengah menyapu teras.

"Bun, kok, ada dia? Mau ngapain dia pagi-pagi ke rumah kita?"

"Oh, bunda yang minta dia dateng. Kamu, kan, harus belajar bawa sepeda motor."

Keisha menatap tak setuju pada bundanya. "Tapi gak hari ini juga, kan, Bun? Hari ini Keisha mau ngerjain tugas kuliah." Ralat, tugas kuliah Keisha sudah ia kerjakan kemarin. Hari ini ia ingin rebahan di atas ranjang sambil mengetik cerita. "Lagian hari ini tanggal merah. Emang dia gak ada urusan lain?"

"Kata Aditya gak ada, tuh. Udah cepetan mandi. Jangan buat dia nunggu lama."

Keisha berbalik masuk ke rumah. "Sial!"

.
.

"Kenapa bunda bisa minta dia dateng kesini?" Keisha penasaran. Bundanya terlihat semakin akrab dengan Aditya. Ia tidak mau itu terjadi. Bisa-bisa Aditya akan membocorkan rahasianya kepada Sofia kalau Keisha menyukai Eras.

"Tempo hari Aditya mampir ke toko buat beli kue. Bunda kaget, dong. Tumben dia beli kue di toko. Katanya, dia disuruh ambil pesenan kue adiknya. Terus bunda minta nomor hp Aditya biar mudah ngehubungin dia. Kemarin bunda tanya, dia ada urusan gak hari ini. Dia jawab gak ada. Ya udah, bunda minta tolong buat ngajarin kamu bawa sepeda motor aja. Oh, iya, terus dia bilang kalau kue buatan Bunda enak, lho."

Keisha meringis. "Bunda ini kek apa aja, deh."

Sofia meletakkan dua gelas susu di nampan. "Tumben nanya, Sa."

"Gak pa-pa, Bun." Keisha tersenyum kecil.

Flashback off —











"Pelan-pelan narik gas-nya."

"Kayak gini?" tanya Keisha sambil menggerakkan genggaman tangan kanannya mengikuti perkataan Aditya.

"Hm. Sekarang boleh ditambah gasnya, tapi di depan sana nanti dikurangin lagi sebab ada belokan."

"Oke," jawab Keisha singkat. Ia mempraktekkan semua yang diberitahu oleh Aditya. Ia pribadi yang cepat mengerti jadi cukup mudah baginya untuk menaklukkan motor matic ini.

"Belok." Aditya berbisik pelan di telinga Keisha membuat perempuan itu bergidik dan kehilangan keseimbangan.

Seperti biasa dengan sigap Aditya mengambil alih stang motor. Kedua tangannya menggenggam kedua tangan Keisha yang masih berada di stang. Tubuh Aditya sangat dekat dengan Keisha sampai-sampai perempuan itu bisa merasakan bagian belakang tubuhnya menyentuh dada Aditya.

"E-ehem! Bisa munduran dikit?" cicit Keisha. Tangannya berkeringat dan suhu badannya meningkat padahal saat ini langit nampak teduh.

"Apa?"

"BISA MUNDURAN DIKIT GAK?!" Keisha mendorong kepalanya ke belakang hingga mengenai dahi Aditya.

"Anjing! Biasa aja, dong." Spontan Aditya mengusap dahinya yang nyut-nyutan dihantam kepala Keisha. Aditya juga baru menyadari kalau tubuhnya dan tubuh Keisha tidak berjarak. Ia menarik tubuhnya ke belakang.

"Lo juga tuli!"

"Lah, malah nyalain orang! Kalau ngomong itu makanya yang jelas jangan kayak anak kucing kejepit pintu!" Aditya balas berteriak. Tak menyangka berinteraksi dengan Keisha membuat darahnya mendidih. Ia kira Eras lah orang yang paling bisa membuat emosinya membuncah, ternyata ada yang lebih parah.

"Berisik!"

Tubuh Aditya terhuyung ke belakang saat tiba-tiba Keisha menambah kecepatan motornya. Motor itu melaju kencang di jalanan yang sepi. Aditya memang memilih jalanan yang jarang dilalui orang sebab rawan jika membiarkan Keisha yang belum pandai membawa motor ini berkeliaran di jalan raya. Tapi walaupun jalanan ini sepi, bebatuan kecil di pinggirnya cukup membuat luka serius jika mereka terjatuh.

"Oi, di depan ada belokan! Jangan ngebut, Keisha!"

"Aw!"

Aditya mengerem motor. Kedua kakinya menginjak tanah. Sampir saja mereka menabrak tembok beton.

"Aduh, sakit banget." Keisha mengusap kedua lututnya yang terbentur sayap motor. Permukaan lututnya memerah padam. Ia mengelus pelan kedua lututnya sampai akhirnya menyadari sesuatu.

"Ih, mundur lo! Jangan peluk-peluk gue dasar mesum!" Keisha sontak turun dari motornya. Aditya hampir saja oleng karena gerakan Keisha yang tiba-tiba.

"Lo gue liatin nyuri kesempatan dalam kesempitan mulu, ya!" tuding Keisha. Ia menatap tajam Aditya.

"Hah, apa? Nyuri kesempatan?" Aditya terperangah tak percaya dengan tuduhan tersebut. "Maaf-maaf aja, nih, gue gak minat sama lo. Bentukan kayak triplek gitu mana bisa bikin gue nafsu." Maafkan Aditya yang jadi body shaming. Lagian Keisha sangat menyebalkan dan berisik. Ia tidak sanggup menghadapi kebrutalan perempuan itu.

Mendengar itu membuat seluruh wajah Keisha seperti kepiting rebus. Memerah marah. Kedua tangan di sisi tubuhnya terkepal sempurna. Ingin sekali rasanya menonjok wajah Aditya.

"Kan terbukti mata lo jelalatan ngeliatin gue!" Keisha melipat kedua tangannya di depan dada.

"Namanya juga laki-laki, Keisha Anjani. Mata laki-laki udah ke-setting untuk mengamati perempuan."

"Udah lo mending diem." Keisha masih berdiri beberapa sentimeter di depan Aditya.

Aditya memijit pangkal hidungnya, pusing. "Oke, jadi mau lanjut, gak?"

"Nggak! Gue mau pulang aja."

"Lo mau bawa motornya?"

"Nggak! Ntar lo nyuri kesempatan lagi."

Pelipis Aditya berdenyut. Keisha benar-benar menyebalkan.

"Ya udah naik sini! Jangan terus-terusan berdiri disitu. Atau mau gue tinggal?"

"Jangan!" Keisha naik ke atas motor. Ia duduk menjorok ke belakang hingga pantatnya mengenai besi pembatas. Aditya melirik singkat ke belakang. Kepalanya menggeleng pelan.

"Ayo jalan!"

BERSAMBUNG

Main Character [Mature Content]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang