34

610 18 0
                                    

Halo semuanya! Gimana kabar kalian? Semoga sehat-sehat ya. Maaf banget Sun baru balik sekarang. Udah lama banget ya 🤧 Tahun kemarin kegiatan rl Sun bener-bener sibuk. Sun lagi struggle nyelesain perkuliahan dan beberapa masalah pribadi. Jadi Sun sama sekali nggak buka Wattpad.

Sun kaget notifikasi Wattpad jebol dan Main Character udah tembus 100k viewers! Nggak nyangka banget 😭🙏🏻 Makasih ya buat yg masih setia nungguin cerita ini 💗

Ini sebagai hadiah comebacknya Keisha dkk, Sun update 3 chapter! 2 chapter di Wattpad, untuk 1 chapternya bisa kalian baca di Karyakarsa.

Happy reading, guys!

Happy reading, guys!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

..
.

Aditya tidak menyangka, keributan yang ia timbulkan di club tempo hari bisa sampai ke telinga Admaja. Rupanya Admaja mendapatkan kabar tersebut dari anak rekan bisnisnya yang kebetulan pada malam itu sedang berada di tempat kejadian.

Sekarang disini lah Aditya berada, di kediaman keluarga Hani untuk menghadiri acara makan malam bersama. Hal ini ia lakukan sebagai bayaran untuk keributan yang telah mencoreng nama ayahnya, lagi.

Sesekali senyum tersungging di bibir Aditya di akhir kala ia membalas pembicaraan yang tengah berlangsung.

"Untuk masalah yang mau diangkat sudah ketemu. Mungkin semester depan sudah nyusun skripsi Om," jawab Aditya mengenai pertanyaan soal masa studinya. "Sekarang Aditya lagi nyari data-data yang mau dipakai."

"Bagus. Memang lebih baik dipersiapkan dari sekarang. Kayak Hani dulu, proses dia nyusun skripsi nggak terlalu lama, bisa dibilang cepat. Ya karena itu tadi, semuanya udah dipersiapkan dari awal."

Hani memberikan senyum kecil membuat Aditya tersenyum miring. Ia sudah sangat hapal dengan tradisi ini. Saat kedua keluarga bertemu untuk makan malam, pasti ada maksud lain.

"Putriku, ajak lah Aditya berkeliling," ujar Edhie.

"Oke ayah." Hani menoleh ke arah Aditya. "Yuk Dit."

"Permisi semuanya," ucap Aditya sebelum pergi bersama Hani.

Hani mengajak Aditya berkeliling lalu berhenti di balkon yang bersekat kaca. Di bagian luar terdapat kolam renang terbuka dengan berhias langit malam penuh bintang di atas sana. Sangat indah.

Perempuan itu duduk di pinggiran kolam renang, mencelupkan kedua kakinya ke dalam air. Aditya mengikuti Hani.

Aditya akui kediaman keluarga Hani yang baru sangat bagus dengan gaya country yang memberikan nuansa mewah dan klasik. Rata-rata ruangannya memiliki dekorasi vintage yang memberikan ketenangan. Ini kali pertama ia ke sini setelah Hani pindah rumah.

"Kamu pasti bosen ya sama acara makan malam ini," ujar Hani sembari menatap langit. "Kakak juga gitu."

Kedua kaki Hani berayun-ayun di dalam air menciptakan gelombang kecil pada permukaan kolam.

"Kamu udah tahu kan tentang..." Hani menahan napas sejenak sebelum melanjutkan kalimatnya. "Tentang perjodohan kita."

Aditya melempar pandangannya jauh ke ujung kolam di depannya. "Iya." Ia menjawab singkat.

Admaja sudah lama membicarakan perihal perjodohan ini kepadanya. Bahkan sejak Hani masih menjalin hubungan dengan Eras. Awalnya Aditya tidak terlalu peduli dengan perjodohan itu karena ia senang bisa dekat dengan Hani dan kemungkinan ia bisa hidup bersama dengan perempuan yang ia sukai. Tapi itu dulu. Sekarang ia sudah memiliki Keisha dan perasaannya pada Hani sudah berubah.

"Maaf, kakak nggak bisa menolak permintaan ayah." Hani tertunduk. "Kakak tahu kamu pasti nggak setuju dengan ini. Maaf."

"Nggak perlu minta maaf kak. Bukan salah kakak."

Aditya tidak mengerti dengan pikiran kelompok orang kaya yang ingin menjalin hubungan bisnis dengan jalan menjodohkan kedua anak mereka. Padahal hasilnya tidak akan selalu baik. Seperti yang terjadi pada mamanya dulu.

"Kakak bukan nggak bisa menolak permintaan Om Admaja, tapi nggak berani," balas Aditya. Ia menoleh ke arah Hani, bertepatan dengan Hani yang juga menoleh ke arahnya.

"Kakak terlalu takut. Kakak bisa menolak kalau kakak lebih berani buat ngomong."

Hani tersenyum kecil mendengarkan perkataan Aditya. "Entah lah. Btw kamu sudah coba ngomong sama Om Admaja?"

"Sudah. Kayak biasa, susah buat menolak permintaan papa. Tapi aku bakal berusaha lagi."

"Kalau semisal tetep nggak bisa?" Pertanyaan itu meluncur saja dari bibir Hani.

"Harus bisa. Sekarang aku udah punya Keisha. Lagian memangnya kakak mau sama aku?"

メメメ

"Huft kenyangnyaaaa!" Tangan Keisha menepuk pelan perutnya yang buncit. Ia merasa sesak karena kekenyangan. "Bunda banyak banget ngisi piringnya mana ditambahin segala."

Malam ini Keisha sengaja tidak makan malam di luar sebab ia tidak merasa lapar lalu bundanya mengabari kalau beliau memasak menu kesukaan Keisha yaitu ikan mujair bumbu tauco.

Sofia tersenyum. "Perbaikan gizi." Keisha tertawa mendengarnya. "Semenjak part time kamu udah jarang makan di rumah. Bunda tuh khawatir kamu jatuh sakit kalau makannya sembarangan," lanjut Sofia.

Bundanya benar. Sejak Keisha mengambil part time ia jarang makan malam di rumah. Terkadang saat ia sampai di rumah, ia sudah terlalu lelah untuk makan alhasil Keisha hanya membersihkan diri kemudian langsung tidur.

"Gimana kuliah kamu?" Sudah lama Sofia tidak berbincang-bincang dengan putri semata wayangnya itu.

"Sejauh ini lancar Bun. Masih sibuk nyusun proposal skripsi," jawab Keisha sembari menghidupkan televisi.

"Kalau semisal kamu susah mengatur waktu, saran bunda lebih baik berhenti aja part time nya." Sofia berbicara hati-hati.

"Nggak susah, kok, Bun. Time management Keisha baik. Lagian Keisha part time cuma empat hari dalam seminggu."

Tangan Keisha bergerak mengelus puncak kepala Keisha dengan sayang. "Bunda tahu kamu pinter ngatur waktu, tapi hal yang berlebihan itu nggak bagus. Bunda nggak tega lihat kamu pulang kecapekan. Nanti kamu sakit."

"Miawww!"

Keisha meletakkan Snowy ke pangkuannya. Kucing itu sekarang sudah mulai anteng setelah melewati masa kawinnya.

"Kamu fokus aja kuliah masalah uang biar bunda yang tangani."

Hati Keisha lara.  Bundanya selalu bisa menebak tingkah Keisha. Walaupun Sofia berkata begitu, tapi Keisha juga sama seperti Sofia. Ia tidak tega melihat bundanya bekerja keras seorang diri. Ditambah akhir-akhir ini Sofia sering sakit.

"Keisha kerja bukan cuma karena uang, Keisha pengen cari pengalaman Bun."

"Oke-oke, tapi kamu harus janji sama bunda. Kerja boleh tapi jangan terlalu diforsir."

"Iya bunda." Keisha tersenyum kecil.

"Kamu kerja gini memangnya lagi nggak sibuk di rumah baca ya?"

"Kan udah pergantian pengurus Bun, jadi mereka yang pegang penuh program kerja rumah baca. Kami cuma bantuin aja semisal diminta, tapi kalau nanti lagi ada waktu luang kami bakalan main ke sana."

Kepala Sofia mengangguk. "Kalau Bu Retno, gimana kabarnya?"

"Terakhir Keisha dengar, sih, kabarnya baik. Sekarang Bu Retno udah punya cucu."

"Oh, iya?" Sofia antusias. "Udah lama bunda nggak ketemu sama Bu Retno."

Dan malam ini ibu dan anak tersebut saling berbagi cerita yang selama ini terlewatkan.

BERSAMBUNG

Main Character [Mature Content]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang