17

3K 123 3
                                    

Kata orang semakin tinggi semester kuliah maka semangat untuk menginjakkan kaki di kampus semakin menurun.

Dulu Keisha tidak percaya namun setelah ia merasakannya sendiri, ia setuju dengan pernyataan tersebut.

Keisha baru memasuki awal semester lima namun rasanya ia sudah lelah menghadapi kehidupan kampus. Bagaimana ia tidak lelah coba? Hari pertama di semester lima, ia mendapatkan mata kuliah metodologi penelitian yang mana dosennya menyuruh tiap mahasiswa untuk menyiapkan judul serta rencana proposal skripsi.

Boro-boro Keisha memikirkan judul proposal skripsi, nilai mata kuliahnya saja masih ada yang di bawah B.

Selain itu, Konon katanya di semester lima rawan terjadi penurunan IPK mahasiswa. Walaupun IPK Keisha tidak terlalu besar, tapi ia tidak rela jika IPK-nya benar akan turun di semester ini.

"Suratnya diprint tiga rangkap aja Sa." Gaby duduk di salah satu bangku yang ada di koperasi sambil menikmati makan siangnya.

Keisha memutar kepalanya menghadap Gaby. "Iya tadi udah gue bilang ke abangnya." Lalu ia ikut duduk di samping Gaby.

Keisha mengeluarkan ponselnya, membalas beberapa chat yang baru sempat ia baca. Hari ini ia sangat sibuk. Sekarang saja ia masih terperangkap di koperasi kampus untuk mengeprint dokumen yang diperlukan sebagai persyaratan magang.

"Ini Neng printan-nya," ucap si Abang penjaga koperasi.

Keisha memberikan lembaran uang kepada lelaki tersebut. "Sekalian sama makanan yang saya pesan tadi. Makasih, Bang."

"Kita masih perlu kirim surat lagi, Bi? Kemarin 'kan udah registrasi di website-nya," tanya Keisha kembali duduk di sebelah Gaby. Mereka belum beranjak dari koperasi.

Kepala Gaby mengangguk. "Buat jaga-jaga aja, sih. Kalau semisal diminta, kita nggak perlu repot-repot keluar lagi." Gaby menatap Keisha. "Btw Sa, lo hari ini chatan sama Rahmat nggak?"

"Nggak. Kenapa Bi?"

Ia membawa layar ponselnya ke depan wajah Keisha. "Chat gue dari pagi tadi belum dibaca. Gue mau pinjem buku pedoman belajar gitar."

"Lagi sibuk kali Bi. Dia waktu itu pernah bilang kalau udah semingguan magang."

"Oh, dia udah mulai magang? Gue nggak tahu," balas Gaby sembari menyimpan kembali ponselnya. "Mungkin chat gue bakal dibalas waktu dia senggang. Jadi, kita berangkat sekarang?"

.
.





Keisha merasa lega setelah selesai melakukan pengumpulan berkas magang walaupun sebelumnya ada sedikit kendala saat meminta tanda tangan dosen pembimbing magang.

Ia juga sangat berterima kasih kepada Gaby, berkat relasinya Keisha tidak perlu pusing mencari perusahaan yang akan ia jadikan sebagai tempat magang.

Keisha dan Gaby berniat magang di salah satu perusahaan periklanan yang cukup terkenal. Gaby mendapatkan informasi tentang lowongan magang dari tantenya yang bekerja di perusahaan tersebut. Meskipun begitu tetap dilakukan seleksi terhadap calon peserta magang tanpa terkecuali.

"Kita jalan-jalan dulu yuk Sa," kata Gaby setiba di parkiran. Ia memberikan helm kepada Keisha lalu mengeluarkan motornya dari barisan kendaraan.

"Yuk! Mau jalan kemana?"

"Hmm... Gimana kalau ke Ijssalon? Panas gini enak makan yang dingin-dingin nggak, sih?"

Keisha mengangguk cepat. "Pas banget gue juga pengen makan es krim!" Ia terkikik geli.

"Okei kita ke Ijssalon." Kaki Gaby bergerak menurunkan standar motornya. "Lo yang bawa motor ya." Gaby mendorong tubuh Keisha ke depan kemudian ia duduk di belakang.

Main Character [Mature Content]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang