Renza tak banyak bertanya mengenai kenapa kakaknya tak memberi tahu dirinya mengenai kecelakaan yang Kak Azi alami. Renza cukup paham semua itu untuk dirinya juga. Mereka tak mau membuat Renza terlalu kepikiran. Renza mengerti.
"Udah malem,kalian berdua istirahat sana. Besok kan sekolah" nasihat Mbak Manda pada dua bungsunya.
"Renza belum ngantuk"
"Aku juga,"
"Tetep aja,kalian harus pulang malam ini. Biar Mbak anterin"
"Mbak sini aja jagain Mama sama Kak Azi biar aku yang anterin mereka pulang" ujar Kak Ama mendekati mereka lalu memakai jaket yang cukup tebal untuk mengurangi rasa dinginnya malam.
"Tapi Renza bisa pulang sendiri kok" jawab Renza. Renza hanya tak mau jika Kak Ama kelelahan bolak-balik rumah ke rumah sakit.
"Iya kak,aku bisa pulang sama Renza doang" sambung Kak Salsa.
"Udah nurut aja. Lagian udah tugas kakak jagain kalian"
"Tapi Renza kan—
"Kakak tahu kamu itu laki-laki,tapi kakak adalah kakak kamu. Kakak harus bisa jagain kamu juga tanggung jawab." potong Kak Ama.
"Udah gak usah beratem,kalian hati-hati. Ama kalau udah terlalu malam, mending kamu di rumah aja. Kamu bisa nyusul besok" saran Mbak Manda.
"Iya mbak,aku nganter mereka pulang dulu ya" pamit Kak Ama.
"Iya, hati-hati. Salsa sama Renza jangan bikin kesel Kak Ama. Kalian juga gak usah berantem lagi" tegas Mbak Manda dan di angguki Kak Salsa juga Renza.
Mereka bertiga pun pamit untuk pulang ke rumah. Sepanjang perjalanan tidak ada percakapan sama sekali. Hanya ada kesunyian di antara mereka.
Kak Ama berinisiatif untuk memulai pembicaraan,ia sangat tidak menyukai hal sepi seperti ini."Salsa,besok kamu les nggak?"
"Enggak kok,besok kan Jumat jadi lesnya libur" jawab Kak Salsa.
"Kalian masih suka berantem?" tanya Kak Ama lagi.
Kak Salsa menggeleng, Renza hanya diam dan menatap lurus ke depan.
"Jangan berantem lagi ya,inget kata Papa. Kita itu saudara,kita itu saling membutuhkan. Apalagi saat kita tua nanti. Siapa orang yang bakal kalian mintai tolong pertama kali,itu pasti saudara kalian." ujar Kak Ama bijak.
"Iya Kak"
Kak Ama dan Kak Salsa berjalan di depan sedangkan Renza di belakang mereka. Perjalanan kini di iringi degan kata-kata bijak dari kak Ama untuk kedua adiknya.
Kak Salsa akan mengangguk dan mendengarkan,namun si bungsu lain.
Ia tampak diam bahkan tidak merespon ketika di tanya."Renza,Lo kenapa ? Sakit?" tanya Kak Salsa.
Renza menggeleng,kedua matanya terpejam. Lantas si bungsu itu tiba-tiba memeluk Kak Salsa. "Kenapa?"
"Kakak bilang,kakak sayang sama Renza. Tapi kakak gak mau peluk ?"
Kak Salsa tersenyum tipis lalu membalas pelukan Renza erat. "Nih,udah kan?"
"Hem"
"Ayo jalan,udah malem." ujar Kak Ama berpura-pura kesal. Padahal dalam hatinya,ia sudah bersorak melihat interaksi mereka berdua. Ini merupakan yang pertama kalinya mereka berdua terlihat saling menyayangi di mata Kak Ama.
"Ren,lepas kek" ujar Kak Salsa.
"Renza ngantukkk" adu nya.
"Ya udah,buruan jalan. Ntar kalau sampai rumah kan bisa langsung tidur"
"Tapi ngantuk"
"Ck! Kamu gak kasihan sama kucingmu di rumah? Pasti nunggu kamu tuh" ujar Kak Ama.
"Ayo jalan!" nah kan, mengingat kucing membuat Renza kembali membuka matanya lebar-lebar dan melangkahkan kakinya dengan semangat.
...
"DANUUUU !!!"
Anak satu kelas langsung menutup telinganya dengan keras karena mendengar teriakan yang begitu menyakitkan telinga.
Biasanya Danu yang akan teriak memanggil Renza tapi entah kenapa hari ini terbalik.
"APAA?!"
Dan, Danu juga membalas dengan teriakan yang sama kerasnya.
"Lo tahu gak?! Kecelakaan kemarin emang kakak gue!" adunya.
"What ?! Gimana bisa?!" panik Danu.
"Ya mana gue tahu,"
"Terus,gimana keadaannya sekarang?"
"Kak Azi koma. Gak tahu kapan bangunnya. Padahal dia harusnya lihat gue udah baikan sama Kak Salsa"
"Wahh baikan Lo? Kok Lo mau aja sih baikan sama salsa?" tanya Danu.
Renza menumpukan wajahnya di meja dan menatap Danu dari samping,pipinya yang tumpah itu ia garuk sebentar karena gatal.
"Kak Salsa itu kakak gue Nu. Sebenci apapun gue sama dia,gue gak akan sanggup marah""Tapi dia sanggup marah sampai 17 tahun lamanya" ujar Danu sinis.
"Itu kan Kak Salsa, gue dan kak Salsa itu beda"
"Apa bedanya?"
"Kak Salsa galak,gue baik. Gitu"
"Mana ada orang baik yang muji diri sendiri" cibir Danu.
"Tapi Nu,gue kan emang baik. Gue kemarin gak sengaja denger kakak kelas ngomongin gue sambil ngantin. Kata mereka,gue itu cowok baik,manis, imut, gemesin pokoknya gue itu mendekati sempurna. Gitu"
"Dan Lo percaya?" Renza mengangguk.
"Terserah"
"Lo iri sama gue Nu?" tanya Renza.
"Ngapain juga gue iri sama Lo"
"Kan gak ada orang yang muji Lo di belakang. Paling adanya mereka ngomongin lo"
"Anjir,ada yang ngomongin gue dong"
"Banyak sih sebenarnya. Cuman Lo gak sadar diri"
"Biasa Ren,gue kan ganteng"
"Biasa aja tuh"
"Oh ya, Bang Galih udah tahu belum kalau pacarnya kecelakaan?" tanya Danu.
"Kayaknya belum deh, soalnya dia belum pernah ke rumah sakit" jawab Renza.
"Kenapa Lo bisa mikir sampai situ?"
"Kalau gue lihat di tv, biasanya kalau pacarnya kenapa-napa mereka bakal langsung datang"
Danu tepuk jidat.
"Gue gak nyangka Lo masih sepolos ini Ren" ringis Danu.
"Polos? Kek gitu mah biasa aja kok"
"Gue capek sama Lo Ren"
"Lah?"
"Diem,gue harus mendinginkan otak kalau enggak bisa-bisa gue ngelempar meja ke jidat kepala sekolah"
"Oke,jangan sampai kedinginan ya Nu otaknya,ntar beku"
"Diem Renza !!"
"Oke-oke"
Ada yang nanya visualisasi Danu gak sih?
Danu ituuuu Donghuck .
Gitu
KAMU SEDANG MEMBACA
Malaikat untuk Renza
Jugendliteratur"Lo itu perebut kasih sayang. Setelah Lo lahir gue sama yang lain gak di anggap sama Mama Papa" "Kak,Mama Papa sayang sama Kakak. Mama Papa sayang kita semua,bukan sama Renza doang" Renza, anak laki-laki yang begitu ditunggu - tunggu kehadirannya ol...