🍁 23 - Semakin Membaik atau Memburuk?

804 129 1
                                    


"Keluar kamu dari sini,Salsa" ujar Mama kemudian dengan nada datarnya.

"M-mama ngusir aku?" tanya Kak Salsa tak percaya,ia mendongak menatap Mama yang sudah tampak kacau.

"Jangan kembali,sebelum kamu sadar dan merubah sifat kamu"

"Ma—

"Azi,antar Mama ke toilet"

Kak Salsa menunduk dengan badan yang bergetar hebat. Mama mengabaikannya dan Mama juga mengusirnya. Inikah akhirnya?

"Mbak..." suara Kak Salsa terdengar gemetar saat memanggil Mbak Manda,dan menatapnya penuh harap.

"Mbak gak bisa bantuin kamu,kamu tahu kan?kamu sudah menanam dan sekarang adalah waktunya kamu memanen. Keputusan ada di Mama,Mbak gak bisa bantu. Mbak harap,kamu bisa berubah,Mbak minta maaf udah nampar kamu"

"Gak papa"

Kak Salsa melangkah tanpa berucap apapun ataupun menatap Renza,apa kak Salsa justru akan semakin membenci Renza?

"Mbak bisa jelasin ke aku?" desak Kak Ama yang masih belum mengerti dengan keadaan yang baru saja terjadi.

Sebenarnya,Mama dan Mbak Manda sudah berpikir agar Kak Ama diberitahu lebih pelan agar kak Ama bisa menerimanya sedikit-demi sedikit. Dikhawatirkan jika kak Ama akan berbuat sesuatu yang tak diinginkan.

"Salsa bohongin kita semua."

"Maksudnya?"

"Mbak yakin kamu sudah tahu dari pembicaraan tadi"

"Jadi yang aku pikir tadi bener? Salsa udah nipu kita dengan ngejual nama Renza dan ngada-ngada kalau dia hampir diperk*sa gara-gara ulah Renza?!"

"Bener"

Brak !

Tas yang semula ia jinjing,kini sudah berpindah ke lantai. Perempuan itu membantingnya penuh amarah. Nafasnya memburu dan wajahnya memerah. Kak Ama sulit untuk mengontrol emosinya.perempuan itu berjalan cepat hendak keluar dari ruangan untuk mengejar Kak Salsa.

"Ama tenang,bukan gini caranya menyelesaikan masalah! Gak harus diselesaikan dengan kekerasan!" tegas Mbak Manda.

"Gak bisa Mbak,orang kayak gitu kalau gak dikasih pelajaran bakal makin ngelunjak! Bisa-bisanya dia masih punya muka buat nunjukin diri di depan aku?!"

"Ama denger !Kamu harus tenang,jangan emosi. Kamu pikir pelan-pelan,lupain dulu masalah ini"

"Apa yang harus aku lakukan?! Gak ada kan?! Aku cuma harus ketemu sama Salsa dan ngasih pelajaran yang setimpal buat dia! Iya kan?! Aku—

"Minta maaf sama Renza,kamu terlalu banyak menyakitinya"

Mbak Manda berujar dingin lalu keluar dari ruangan sehingga hanya menyisakan Kak Ama yang masih terkejut dengan Renza yang hanya melongo.

1 menit,

2 menit,

3 menit,

4 menit

5—

Kak Ama berjalan mendekati Renza yang hanya terdiam. Renza memilih diam daripada berucap dan hanya menambah emosi kakak keduanya ini.

Kak Ama menunduk,"Kak,jangan nunduk gitu dong,jangan buat Renza ngerasa bersalah" ujar Renza pelan.

"Gue gak tahu harus mulai dari yang mana, tapi gue minta maaf sama semua kesalahan gue Ren,biarin gue ngomong sambil nunduk,gue gak punya muka buat natap wajah Lo"

"Kak,Renza gak mau maafin kakak kalau kakak terus nunduk gitu"

Kak Ama mendongak, wajahnya penuh derai air mata. "Lo mau maafin kakak?"

"Iya,dan kenapa enggak?"

"Makasih Ren,"

Tak ada hal bahagia bagi Kak Ama hari ini kecuali ketika ia memeluk erat tubuh adik bungsunya. Hatinya menghangat ketika merasakan Renza mengusap lembut punggungnya.

Kak Ama tersenyum lalu mengusap rambut Renza,"makasih ya lo selalu ada buat gue. Bahkan ketika gue—

"Udah jangan di omongin,Renza pusing dengernya"

/\

"Hiks"

Tangis perempuan berusia 18 tahun itu tak kunjung mereda. Perempuan itu menangis sesenggukan sambil berjalan tanpa arah dengan memegangi pipinya dan menundukkan pandangannya.

Tidak ada rasa penyesalan untuk saat ini. Hanya ada rasa marah, sekaligus malu mendapati dirinya yang tidak bisa berbuat apa-apa. Jika hidupnya tak bisa untuk bahagia,lantas untuk apa ia hidup?!

"Salsa,bukan sih?"

Kak Salsa mendongak menatap siapa laki-laki yang kini ada di depannya. Ternyata pilihan untuk menatap laki-laki itu adalah kesalahan dalam situasi semacam ini.

"Napa Lo? Nasib Lo gini amat,ancur kan hidup Lo" ujarnya mengejek membuat Kak Salsa tersulut emosi.

"Maksud Lo apa ngomong gitu,hah?!"

"Maksud gue? Otak Lo lemot juga. Maksud gue tuh sekarang mau Lo bawa kemana hidup Lo?di usir dari rumah? gelandangan dong"

"Jaga mulut Lo, Galih!" gertak Kak Salsa.

"Iya,btw mau tahu gak siapa yang ngirim chat Lo pas nyokap Lo ditemuin?"

"Lo orangnya!" tunjuk Kak Salsa tak suka pada Galih yang langsung dijawab dengan tawa juga tepukan tangan yang begitu keras.

"Kadang Lo pinter juga" ujarnya masih dengan tepukan yang heboh.

"Gue tahu semua yang lo sembunyikan. Dan,buat chat itu gue bisa tahu semuanya dari Lo sendiri,Lo ngomong sama Danu dan gue ada disana"

"Penguntit"

"Haha...gue gak nyangkal,dan emang gue penguntit, sadar Salsa. Lo cuma sampah yang harus disingkirkan. Gak ada yang mengharapkan Lo di dunia ini,siapapun itu."

"Gue gak butuh omongan Lo yang gak berguna itu, mendingan sekarang Lo pergi dari hadapan gue !" bentak Kak Salsa.

"Ohoo,takut banget...., oke gue pergi. Tapi ingat,gue bakal ada di pihak lawan Lo. Baik-baik ama hidup,bye sampah"

Kak Salsa mengepalkan tangannya, menahan amarah yang siap meletus kapanpun. Kak Salsa masih berpikir normal untuk tidak mengakhiri hidupnya ataupun berteriak seperti orang gila dijalanan seperti ini.

Berjalan cepat lalu pergi dari tempat ini sesegera mungkin adalah pilihan yang paling baik menurutnya.

...

"Ma,aku mau nanya"

"Kamu mau tanya apa,Manda"

"Gimana sama administrasi Renza di RS?kita gak punya uang sama sekali" ujar Mbak Manda. Mama hanya menggeleng pelan dan menunduk.

"Kamu jangan mikirin itu,itu tugas Mama."

"Tapi Ma,mana mungkin aku diem aja tanpa bantuin apa-apa kayak gini"

"Kamu sudah sangat membantu Mama jadi jangan ngomong begitu,ya. Biarin ini jadi tugas Mama. Mama yang ngurus,kamu cukup jagain Renza sama yang lain"

"Ma,aku bisa pinjem uang ke temen aku. Mama jangan nanggung beban sendirian"

"Jangan pinjam uang nak,mau pakai apa nanti mengembalikannya?"

"Biar saya yang bayar administrasinya ,Tante"








Malaikat untuk Renza Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang