Ini hari Senin, semua orang sudah beraktifitas seperti biasa begitu pula dengan keluarga Renza. Meskipun saat ini mereka tetap masih dalam keadaan berduka.
Rumah yang biasanya selalu hangat dengan petuah-petuah bijak dari Papa kini terasa sepi. Mama tentu saja masih sulit untuk diajak bicara. Bahkan, jika tidak dipaksa oleh Mbak Manda untuk makan,Mama bisa saja melupakan makan.
Mama sangat terpukul atas kepergian Papa. Bagaimana nanti Mama akan mendiskusikan tentang anak-anak? Mama tidaklah setegas Papa yang akan menegur anak-anak jika mereka sudah keterlaluan. Mama tidak bisa.
Tapi,Mama sadar. Anak-anak membutuhkan dirinya untuk melewati hari-hari mereka. Bukan hanya Mama yang berduka tapi juga semua. Mama harus menjadi penopang yang kuat untuk anak-anaknya mulai saat ini.
"Mbak jangan terus-terusan dipikirkan seperti ini...ingat Mbak punya anak-anak yang membutuhkan Mbak," Ucapan Bibi ada benarnya.
...
Renza terduduk di bangkunya dan menatap ke depan dengan pandangan kosongnya. Benar,yang ada di pikiran Renza saat ini adalah Papa.
Rasanya tidak mungkin jika Papa sudah meninggal. Padahal rasanya baru kemarin mereka makan bersama,baru kemarin Papa memberikan nasihat untuk keluarganya.Papa meninggal karena kecelakaan yang menimpa dirinya saat dalam perjalanan menuju ke sekolah. Kebetulan hari itu Papa berangkat agak terlambat dan Papa melajukan sepeda motor nya dengan kecepatan tinggi membuat Papa hampir saja menabrak seorang nenek yang tengah menyeberang. Papa lantas langsung banting stir,namun justru Papa terlempar ke tengah jalan dan tertabrak truk yang tengah melintas.
"Ren." panggil Danu sambil menepuk pundak Renza membuat Renza kaget.
"Hah,Lo ngagetin gue aja!" ucap Renza terkejut.
"Gue turut berduka cita ya Ren,gue bener -bener gak nyangka Om Yoga bakal secepat itu ninggalin kita" ucap Danu.
"Iya Nu,maafin kesalahan Papa ya Nu"
"Pasti Ren,orang baik kayak Om Yoga insyaallah di beri nikmat di alam sana"
"Amin"
...
Sehabis sholat Ashar,Renza duduk di teras rumah. Lagi-lagi yang ia ingat adalah sosok Papa. Setiap sore,ia akan duduk disini bersama Papa dan membicarakan hal-hal yang sekiranya cocok untuk keduanya.
Memberikan semangat untuk Renza dan juga kadang,Papa akan mengajari Renza belajar jika Renza tidak mengetahui tugasnya. Renza tersenyum,"Sekarang,cuma bisa diingat aja"
"Ren,masuk. Lo di panggil Mbak Manda" Kak Azi memanggil dan Renza mengangguk tanpa berniat untuk menjawab.
Renza melihat Mbak Manda yang sedang duduk di salah satu kursi makan,dan tampak menunggu kedatangannya. Tanpa membuang waktu,Renza langsung duduk di depan Mbak Manda.
"Ada apa Mbak?"
"Mbak mau ngomong sama kamu" ucap sang kakak sulung.
"Mbak mau ngomong apa?"
Mbak Manda menghela nafas,"Mbak mau kamu dewasa mulai saat ini"
Renza terkejut lalu menatap wajah Mbak Manda dengan pandangan heran. Kenapa kakak sulungnya berkata demikian?
"Tolong berubah Ren,jadilah anak yang dewasa. Jangan manja. Mbak gak suka kalau kamu bersikap manja seperti dulu. Sekarang,kita cuma punya Mama sebagai orang tua kita.
Jadi Mbak mohon,jangan menambah beban pikiran Mama.""Renza manja ya Mbak?"
"Banget. Kamu terlalu dimanja dan kamu manja sama Mama dan Papa. Mama selalu nurutin permintaan kamu,jadi Mbak gak mau kalau kamu memanfaatkan kesempatan itu.
Kamu tahukan?kalau—" ucapan Mbak Manda terpotong oleh perkataan Renza,"Renza perebut. Mbak sama yang lain udah bilang kayak gitu berulang kali. Renza udah hafal! Mbak cuma harus tahu. Mama sama Papa itu sayang sama kalian bukan sama Renza doang"
Renza mengepalkan tangannya menahan emosi. Perkataan semacam itu sangat membuatnya sakit hati. Renza tidak manja,ia hanya selalu bersikap baik di depan Mama dan Papa. Memang jika apapun yang Renza minta pasti akan di kabulkan oleh Mama dan Papa. Tapi, Renza bukan anak manja!
"Mbak minta maaf" Mbak Manda menundukkan pandangannya,enggan menatap Renza yang tengah tersulut emosi.
"Mbak, tolong jangan bilang kayak gitu, Mbak bicara seolah kalian gak pernah dapat kasih sayang dari Mama sama Papa! Sama aja Mbak sama yang lain itu gak nganggap kebaikan mereka selama ini. Renza sakit hati Mbak!"
Renza berdiri dan langsung berjalan menuju kamarnya, mengabaikan Mbak Manda yang berteriak memanggil namanya. Renza tidak peduli. Rasanya,semenjak Renza kehilangan sosok Papa di sampingnya,Renza mudah sekali marah dan sulit untuk mengendalikan emosinya.
Mbak Manda dan Renza hanya tidak tahu jika pembicaraan mereka didengarkan oleh Kak Azi,Kak Ama dan juga Kak Salsa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Malaikat untuk Renza
Fiksi Remaja"Lo itu perebut kasih sayang. Setelah Lo lahir gue sama yang lain gak di anggap sama Mama Papa" "Kak,Mama Papa sayang sama Kakak. Mama Papa sayang kita semua,bukan sama Renza doang" Renza, anak laki-laki yang begitu ditunggu - tunggu kehadirannya ol...