Renza berjalan dengan acuh melewati kelas-kelas yang ditempati oleh siswa kelas 10. Banyak anak perempuan yang memekik bahkan terang-terangan memuji Renza. Renza akui kok dia memang tampan sekaligus menggemaskan. Hehe dia tidak sombong kok."Woy ! Danu !"
Seseorang yang dipanggil Danu oleh Renza itu menoleh dengan mulutnya yang penuh dengan tempe goreng. Danu adalah teman dekat Renza,yang seolah sangat paham tentang Renza.
"Ganggu gue aja Lo,kalau gue keselek terus mati gimana?dosa gue masih banyak!" Danu ini orangnya cerewet. Dia ini laki-laki tapi ketika berbicara bisa mengalahkan kecepatan kereta api. Belum lagi saat tempe goreng yang tengah ia kunyah malah muncrat kemana-mana.
"Lebay amat sih Lo" timpal Renza.
"Ngomong-ngomong Lo udah makan belum?" tanya Danu.
Renza menggeleng sebagai jawaban. Saat ini kondisi keuangan keluarganya sedikit menurun dan Renza tentu tidak mau membuat beban Mama dan Papa makin banyak.
"Ya udah sini makan bareng gue" ujar Danu menepuk kursi kantin yang ada di sampingnya.
"Gak lah Nu, gue gak mau ngerepotin Lo terus"
Danu mendecak kesal, Renza sangat menjunjung tinggi harga dirinya. Renza tidak pernah mau menyusahkan orang lain dan selalu ingin memperoleh suatu hasil dengan usahanya sendiri .
"Nu,perasaan gue hari ini gak enak banget,ada apa ya?"
"Cuma perasaan Ren,makanya gak usah pake perasaan" ujar Danu lalu diakhiri dengan gelak tawa yang begitu memekakkan telinga.
...
"Siapa perempuan ini?" Kak Salsa menatap perempuan yang tengah duduk disamping seorang laki-laki yang merupakan kekasihnya.
Perempuan itu tertawa kecil lalu menatap Kak Salsa dengan tatapan anehnya dan terkekeh merendahkan."Sayang, jelasin dong aku ini siapa" rajuk perempuan itu sambil memukul lengan Galih dengan manja.
"Kenalkan,ini Denisa pacar aku" jawab Galih yang tak lain pacar dari Kak Salsa itu sendiri.
Wajah Kak Salsa seketika merah padam, hatinya terasa sakit dan tercabik, tangannya terkepal kuat seakan menunjukkan seberapa marah dan kecewanya ia.
"Lo tuh gak sadar ya,Lo itu siapa? Gegayaan macarin Galih segala. Galih tuh ganteng,orang kaya jadi cocoknya juga sama yang cantik dan kaya juga. Dan Lo gak ngaca?Lo itu cuma sampah yang harus dilenyapkan" Denisa tertawa setelah mengucapkan kata-kata yang sangat menyakiti perasaan Kak Salsa.
Galih adalah kekasih Kak Salsa sejak kelas 11 semester awal, Kak Salsa memang sudah lama memendam perasaan dengan Galih dari awal mereka bertemu yaitu ketika kelas 10 tapi Kak Salsa tahu jika Galih berasal dari keluarga kaya raya sedangkan dirinya hanya dari keluarga biasa.
Tapi saat kelas 11, Galih menyatakan perasaannya pada Kak Salsa dan mengatakan jika ia sudah menyukai Kak Salsa sejak kelas 10. Awalnya Kak Salsa juga sempat menolak,tapi kata hatinya mengatakan untuk tidak menolak.
Tapi bagaimana dengan keadaan saat ini? Laki-laki yang katanya pacar itu justru mengenalkan perempuan lain dihadapannya dengan senang hati dan tampak dengan jelas jika Galih terlihat mengejek dirinya.
Kak Salsa mencoba untuk tenang dan menarik nafas panjang. Ia mencoba untuk membuka logika di otaknya."Kalau bosen kenapa gak putus aja? Gak perlu kayak gini juga" kata Kak Salsa menatap nyalang kedua manik Galih.
"Eh,Salsa! Galih tuh udah baik hati tetep mau macarin Lo meski dia gak ada rasa.Bukannya makasih karena harapan Lo itu bisa kesampaian malah nyalahin Galih gini" cibir Denisa.
"Gue gak butuh dikasihani ya,jadi mending Lo tutup mulut busuk Lo itu" Kak Salsa berujar dengan marah serta menunjuk wajah Denisa dengan jari telunjuknya.
"Berani banget Lo nunjuk wajah gue pake jari sampah Lo itu!".Denisa berdiri dengan marah dan hendak memukul Kak Salsa tapi tangan Galih menghentikan Denisa.
"Udah,Lo mau putuskan?Oke kita putus." ujar Galih enteng lalu beranjak pergi meninggalkan Kak Salsa yang masih terkejut dengan ucapan Galih barusan.
"Denger kan? Salsa,Salsa,di dunia ini kayaknya gak ada yang ngeharapin Lo deh. Orang tua Lo aja enggak,apalagi Galih ,haha!" ejek Denisa sembari melenggang pergi.
Seketika Salsa duduk di bangku dengan perasaan nya yang kacau.Dirinya tidak apa jika diputuskan oleh Galih tapi apakah tidak bisa jika tidak membawa-bawa keluarga dan ekonomi nya?
...
Siang setelah pulang sekolah,Renza tidak langsung pulang seperti teman-temannya yang lain. Dirinya terlebih dahulu harus menemui bendahara sekolah. Dan jika begini, Renza sudah paham apa yang akan beliau sampaikan.
"Renza,uang SPP kamu sudah nunggak 8 bulan. Kapan kamu mau bayar? Sebentar lagi PTS. Ingat,jika biaya SPP dan PTS belum dilunasi,kamu tidak boleh ikut tes"
Renza hanya mengangguk malas, dirinya sudah kebal dengan berbagai ucapan dari bendahara sekolah ini.
"Bilang sama orang tua kamu,ingat itu"
"Iya Bu"
Renza tidak pernah mengatakan berapa uang yang harus Mama dan Papa bayar untuk sekolah Renza karena mereka pasti akan mengingat semua kekurangan biaya sekolah Renza.
Tak hanya Renza,tapi juga Kak Salsa. Renza dan Kak Salsa sering dipanggil oleh bendahara ketika akhir bulan karena mereka memang selalu telat membayar SPP.
"Yang bisa gue lakuin cuma belajar, karena cuma dengan gue peringkat 1, gue bisa dapat gratis SPP 3 bulan"
Semangat Renza ! Aku padamu...
KAMU SEDANG MEMBACA
Malaikat untuk Renza
Ficção Adolescente"Lo itu perebut kasih sayang. Setelah Lo lahir gue sama yang lain gak di anggap sama Mama Papa" "Kak,Mama Papa sayang sama Kakak. Mama Papa sayang kita semua,bukan sama Renza doang" Renza, anak laki-laki yang begitu ditunggu - tunggu kehadirannya ol...