"Kak Salsa !"Renza berlari dengan panik ketika melihat Kak Salsa yang tengah berjongkok di pinggir jalan. Kak Salsa memegangi perutnya yang terasa sakit. Renza tebak,pasti Kakaknya ini telat makan hingga maag nya kambuh lagi.
Sepeda yang Kak Salsa bawa bahkan tergeletak tanpa dipedulikan.
Renza dan Kak Salsa memang tidak pernah berangkat bersama meski mereka satu sekolah. Kak Salsa berangkat menggunakan sepeda sedangkan Renza akan berjalan kaki atau kadang ia akan pulang bersama Danu.Mama dan Papa belum memiliki uang yang cukup jika harus membelikan sebuah sepeda untuk Renza dan Renza tidak memaksa.
"Kak,ayo bangun" ujar Renza sambil memegang pundak kakaknya. Anak laki-laki itu terlihat cemas ketika melihat wajah Kak Salsa yang pucat pasi.
"S-sakit,Ren," rintih Kak Salsa.
Kak Salsa terus meremas perutnya sendiri . Air mata nya mengalir deras semakin membuat Renza panik karena menandakan jika Kak Salsa benar-benar begitu kesakitan.
Tempat disekitar mereka sangat sepi dan hanya ada rumah-rumah yang kosong atau perkebunan warga jadi tidak ada orang lalu lalang yang bisa mereka mintai tolong.
Sementara itu air hujan mulai berjatuhan dengan derasnya tanpa aba-aba. Renza berjenggit kaget menyadari hal itu. "Kak,ayo Renza bonceng nanti kita basah kuyup"
"Ini sakit Ren!"
"Iya Kak,ayo pulang,nanti ada Kak Ama sama Kak Azi dirumah yang bisa obatin Kakak!"
Kak Salsa memilih menuruti perkataan Renza. Ia duduk di boncengan sepeda sedangkan Renza yang akan menggayuh sepedanya.Hujan turun semakin deras disertai angin. Meski tidak terlalu kencang,tetap saja rasanya dingin apalagi mereka berdua hujan-hujanan tanpa membawa jas hujan ataupun payung.
Renza terus menggayuh sepedanya semakin cepat,karena jarak dengan rumah masih cukup jauh dan Renza tidak mau jika Kak Salsa semakin sakit hingga ia melupakan dirinya sendiri yang juga butuh untuk dipikirkan.
Renza tahu dirinya sedang tidak sepenuhnya sehat. Dari tadi istirahat kedua tepatnya setelah kelas Renza olahraga,Renza merasa kepalanya pusing dan itu rasanya semakin berat jika digunakan untuk berjalan.
Untung saja setelah istirahat adalah jam pelajaran salah satu guru dengan usia yang sudah cukup tua membuat Renza memilih untuk tidur,berharap sakit kepalanya bisa hilang.
Namun nyatanya, kepalanya justru semakin sakit ketika ia menerjang derasnya hujan dan tenaganya yang ia habiskan untuk menggayuh sepeda dengan cepat.Jam menunjukkan pukul empat lebih sepuluh menit dan saat itu pula Renza dan Kak Salsa sampai di rumah. Tampak Kak Ama dan Kak Azi sudah menunggu mereka di teras rumah.
Mama dan Papa tidak ada dirumah bahkan malam ini mungkin tidak pulang. Papa malam ini harus mengikuti acara perkemahan anak anak muridnya sedangkan Mama bekerja disalah satu pabrik pakaian dan jarak yang jauh membuat Mama harus tinggal di sana .
"Salsa ! Kamu kenapa bisa kayak gini!" pekik Kak Azi langsung memeluk tubuh Kak Salsa yang kedinginan masih dengan wajah pucat nya.
Renza tidak heran, Kak Salsa adalah adik kesayangan Kak Azi tidak seperti dirinya yang selalu dinomor sekiankan oleh kakaknya. Renza paham dengan alasannya tidak perlu diberi tahu juga.
"Ama,Lo bawa Salsa masuk gue ada urusan sama nih anak."
Kak Ama mengangguk lalu menuntun Kak Salsa masuk kedalam rumah sementara Renza masih diluar dengan Kak Azi. Renza mengabaikan tatapan marah dari Kak Azi dan hendak masuk untuk berganti baju tapi tarikan kasar dari Kak Azi ia dapatkan setelahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Malaikat untuk Renza
Fiksi Remaja"Lo itu perebut kasih sayang. Setelah Lo lahir gue sama yang lain gak di anggap sama Mama Papa" "Kak,Mama Papa sayang sama Kakak. Mama Papa sayang kita semua,bukan sama Renza doang" Renza, anak laki-laki yang begitu ditunggu - tunggu kehadirannya ol...