"Renza,lepasin gue!"Berulang kali Kak Salsa berujar demikian,tapi Renza tak mendengarkan dan malah semakin erat memegang tangan kak Salsa sambil berjalan cepat melewati gang kecil.
"Renza! Lo kasar sama gue!"
Kalimat itu langsung membuat Renza berhenti dan melepaskan tangan Kak Salsa. Ia menatap kakaknya yang sibuk mengusap tangannya karena sakit juga warna kulitnya yang jadi memerah.
"Maaf"
"Lo pikir maaf Lo bisa ngembaliin sakitnya?!" ketus Kak Salsa.
"Kalau kakak mau pulang, Renza juga gak bakal narik tadi" jawab Renza membela diri .
"Jadi salah gue gitu?!"
"Iyalah" jawab Renza.
"Mau Lo apa sih?!"
"Kakak pulang"
"Gak ada yang ngeharapin gue dirumah"
"Semua orang rindu sama kakak" jawaban Renza membuat Kak Salsa langsung mendecih dan menatap Renza remeh.
"Rindu? Terus setelah gue balik mereka bakal benci sama gue,kan?"
Renza menggeleng," Kak Salsa jangan berprasangka buruk terus. Kak Salsa jangan egois"
"Lo nasihatin gue? Hei,Lo tuh siapa? Jangan sok-sokan nasihatin gue"
"Asal kakak tahu,semua orang punya batas sabarnya masing-masing. Jadi,selagi orang masih peduli sama kakak itu di hargai"
"Mulut Lo itu ngaji dimana? Pinter banget Lo ya" ujar Kak Salsa gak senang.
"Kak Salsa benci banget ya sama Renza?" pertanyaan mudah itu justru tak di jawab oleh Kak Salsa. Perempuan 18 tahun itu justru diam dan hanya menatap manik tajam Renza.
"Jawab Renza. Kak Salsa benci banget ya sama Renza?"
"Tuh kan,kakak gak bisa jawab."
"Minggir,gue mau lewat"
Renza buru-buru mencekal tangan Kak Salsa dan berujar,"Renza bakal turutin apapun permintaan kakak kalau kakak mau pulang"
"Lo yakin?" Renza mengangguk.
"Gue pegang kata-kata Lo"
...
"Renza kemana sih Ma? Masa udah jam sembilan belum balik. Padahal dia bilang cuman mau nyari nasgor" ujar Kak Ama sambil menonton televisi pada Mama yang masih sibuk menjahit pakaian.
Kebetulan sekali,Mama mendapatkan pesanan untuk membuat seragam baju ibu-ibu komplek. Jadi,Mama mengerjakannya lembur.
"Kamu jangan khawatir,biarin dulu Renza main. Mungkin dia juga butuh berinteraksi sama temennya. Lagian ini juga masih jam sembilan" jawab Mama lalu kembali berkonsentrasi pada mesin jahitnya.
"Nih,Ma diminum teh nya" ujar Mbak Manda meletakkan teh hangat di samping Mama .
"Makasih ya,kamu belum istirahat?"
"Nanti aja deh,nemenin Mama" jawab Mbak Manda lalu duduk di karpet bersama Kak Ama.
"Azi mana?" tanya Mbak Manda pada Kak Ama yang terlihat sibuk memaki tokoh antagonis di sinetron.
"Ha? Mbak nanya apa?"
"Azi mana?udah tidur?" Mbak Manda mengulang pertanyaannya.
"Udah. Dia bilang capek makanya tidur duluan. Btw Mbak masak gak? Laper nih" ujar Kak Ama pelan,takut jika Mama mendengar.
"Gak ada makanan. Ntah si Renza baliknya jadi bawa makanan apa enggak, intinya di dapur gak ada makanan sama sekali" jawab Mbak Manda lirih dan sendu. Jelas Mbak Manda mengerti jika Kak Ama merasa perutnya kelaparan. Adik nya ini mengatakan jika ia belum makan sejak pulang kuliah.
"Assalamualaikum!!!"
"Waalaikumsalam..."
Suasana yang awalnya biasa saja kini tampak sunyi ketika Kak Salsa berdiri di samping Renza. Kenapa ?
"Ma,Kak. Kalian gak mau peluk Kak Salsa gitu?" tanya Renza antusias.
Kak Salsa mematung di tempatnya. Tatapan itu,tatapan tak suka kakaknya itu...apa itu yang selalu Renza rasakan setiap harinya?
Apa seperti inikah makanan sehari-hari Renza ketika ia tiba dirumah? Dan seperti inikah bingungnya Renza ketika melihat tatapan kakaknya?Kak Salsa hanya menunduk, membuang semua harapan yang semula ia anggap akan indah. Kak Salsa kira,mereka akan menyambutnya seperti ketika Renza menyambutnya. Kak Salsa kira,ketiga kakaknya mencarinya seperti Renza tapi...ini hanya harapan saja.
Keluarganya membencinya?
Sesakit inikah yang selalu Renza rasakan?
Kak Ama bahkan hanya menatap Kak Salsa tanpa berkata apapun. Perempuan itu justru beralih pada sinetron kesukaannya yang tengah beradu akting.
Mbak Manda bangkit untuk membawa masuk cangkir teh yang sudah Mama habiskan. Sementara Mama,Mama hanya berkata,"kamu masuk. Istirahat"
Kak Salsa POV
Dari gue mau masuk, sebenarnya gue udah punya feeling kalau semua ini gak bakal berjalan sesuai harapan gue. Dan bener aja. Setelah gue masuk,mereka cuman natap gue dengan gak sukanya.
Kak Ama sempat natap mata gue tajam tapi gak lama setelah itu,Kak Ama balik nonton tv. Mbak Manda langsung ngambil cangkir bekas teh dan langsung masuk kedalam.
Mama cuman nyuruh buat istirahat.Gue kira,mereka bakal meluk gue atau minta maaf karena udah ngusir gue tapi,khayalan gue terlalu tinggi.
Gue benci Renza dan gue juga selalu memperlakukan dia sama kayak gini. Jadi,gue mulai berpikir. Apa ini yang selalu dirasakan Renza selama 17 tahun dia hidup? Kalau iya sih,dia hebat banget. Gue aja udah gak sanggup buat natap mereka. Yang bisa gue lakuin cuman nunduk dan diem.
Setelah Mama ngomong gitu,gue bisa ngerasain kalau Renza nepuk pundak gue dan nyuruh gue buat masuk.
Sebenarnya gue takut. Gue takut tidur ke kamar karena gue sekamar sama Mbak Manda. Gue bukannya takut sih,tapi lebih ke canggung.
Apa gue harus ngomong sama Renza?
Emang dia mau bantuin gue?Kak Salsa POV,end
"Kakak tidur di kamar Renza aja kalau masih gak enak sama Mbak Manda" ujar Renza seakan menyadari raut gelisah Kak Salsa.
"Emang gak papa?" tanya Kak Salsa.
"Enggak kok. Ntar Renza tidur di luar." jawab Renza.
"Ya udah" Kak Salsa berjalan cepat menuju kamar Renza lalu masuk, sialannya pintu itu langsung di kunci padahal Renza baru saja mau masuk untuk mengambil selimut. Huh, kedinginan lah dia malam ini.
Dari pada bingung,Renza memilih ke ruang depan untuk menemui yang lain.
"Kamu ketemu sama Salsa dimana?" tanya Mama. Raut wajahnya terlihat khawatir dan Renza sudah tidak heran lagi. Mama sangat khawatir tapi ketika ia didepan Kak Salsa,Mama berpura-pura biasa saja. Hal itu Mama lakukan agar Kak Salsa bisa bersikap dewasa .
"Kak Salsa nginep di rumah Kak Tiara" jawab Renza lalu duduk di sofa.
"Lo,gak di apa-apain kan sama dia?" tanya Kak Ama sambil menodong Renza menggunakan remot dan Renza langsung menggeleng ribut.
"Udah Ama,kamu istirahat sana" lerai Mama. Bisa-bisa Kak Ama dan Renza akan berperang mulut sebentar lagi.
"Meong"
"Pusss!!!" heboh Renza ketika kucing kesayangannya terbangun dari tidurnya. Ya,kucing itu lebih senang tidur di atas lemari sejak Renza pergi dari rumah beberapa hari yang lalu.
"Jauhin kucing itu dari gue!" sentak Kak Ama lalu berdiri menjauhi Renza yang kini asyik berpelukan dengan si kucing.
"Kakak lah yang pergi" usir si bungsu.
"Dih,gue sate kucing nya tau rasa Lo"
"Berani kakak sate kucing ini, Renza bakalan bakar buku kakak!"
"Gue bakar juga buku Lo"
"Renza bakar baju kakak aja!"
"Sudah . Kalian berdua ini. Malam-malam malah ribut saja. Sudah sana kalian tidur" lerai Mama.
"Hehe"
KAMU SEDANG MEMBACA
Malaikat untuk Renza
Genç Kurgu"Lo itu perebut kasih sayang. Setelah Lo lahir gue sama yang lain gak di anggap sama Mama Papa" "Kak,Mama Papa sayang sama Kakak. Mama Papa sayang kita semua,bukan sama Renza doang" Renza, anak laki-laki yang begitu ditunggu - tunggu kehadirannya ol...