🍁 14- Tidak Ada Kata Benar

779 131 32
                                    

Senyum Mama tidak luntur ketika menatap anak-anaknya yang tengah berkumpul bersama di ruang keluarga. Mereka mungkin tidak bercanda ataupun saling memperhatikan,tapi berkumpulnya mereka sudah cukup membuat hati Mama menghangat.

Sore ini, ketika gerimis mengguyur,kelima anak itu duduk di tempat yang sama namun tidak seperti yang Mama pikirkan. Tidak ada kata akur jika di telaah lebih dalam.

Mereka semua menyelam dalam pemikiran masing-masing yang hanya di pahami oleh si pemilik hidup dan diri mereka sendiri.

"Makin lama,Renza makin gak bisa di biarin. Hati Mama sama papa udah dia rampas. Mbak Manda sedikit mulai perhatian terus Kak Ama kenapa malah jadi deket banget sama Renza. Kenapa hidup gak pernah berpihak ke gue?" batin Kak Salsa ketika menatap Renza yang tengah asyik membuat coretan di kertas.

"Salsa,Renza, kalian bisa bantuin Mama gak?" Mama memanggil kedua bungsunya.

"Bisa kok ma"

Tentu saja tujuan Mama adalah menyatukan kedua anaknya. Renza dan Kak Salsa adalah yang paling harus di garis bawahi. Kak Salsa sangat berani dan ia bisa saja nekat dan Renza yang bisa saja membalas.

"Beliin Mama gula gih,Mama mau bikin kolak pisang"

"Kok sama Renza sih Ma?" tanya Kak Salsa tak suka,kenapa juga Renza harus selalu diikut sertakan di hidupnya.

"Bentar lagi malam,Mama takutnya kalian kemalaman,kan nanti Renza bisa jagain kamu" ujar Mama penuh harap namun Kak Salsa menjawab dengan decakan malas.

"Kalau Lo gak mau,gue aja yang nemenin Renza" ujar Kak Ama membuat Kak Salsa menggeleng.

Kak Salsa tidak mau jika hubungan Kak Ama dan Renza semakin dekat. Kak Salsa hanya takut jika Kak Ama juga akan melupakannya. Kak Salsa juga tidak suka jika semua orang berpihak pada Renza.

"Jadi,Salsa mau nggak? Kalau kamu nggak mau biar Kak Ama aja" ujar Mama namun jawaban Kak Salsa selanjutnya membuat mama mengangguk senang.

"Biar salsa aja ma"

Kak Salsa berjalan di depan Renza dengan santai dan Renza yang di belakangnya juga mengikuti tanpa banyak bicara.

"Lo tuh cowok,masa di belakang cewek sih?! Lo harusnya didepan gue! Cemen amat!" cibir Kak Salsa dan sumpah demi apapun perkataan kakaknya ini sangat menyayat hati.

"Iya,ini Renza di depan"

Tak mau banyak berdebat dengan Kak Salsa,Renza memilih untuk berjalan di depan seperti permintaan kakaknya.

"Gue tunggu sini,Lo ke warung sendiri"

Renza menghentikan langkahnya dan menatap Kak Salsa yang duduk di sebuah pos ronda. Renza tidak mau,bukan ia takut sendiri tapi Renza takut jika Kak Salsa yang sendirian.

"Kak,mending kakak ikut aja deh,Renza takut kalau kakak sendiri disini" khawatir Renza. Ya meski ia masih kesal dengan Kak Salsa karena masalah beberapa hari yang lalu,tapi perasaan khawatir dengan saudaranya ini tak bisa di buang.

"Bilang aja Lo takut sendiri"

"Enggak. Renza gak takut"

"Ya udah makanya sana,gue disini aja"

"Kak entar ada apa-apa Renza juga yang disalahin"

"Gue gak peduli. Pokoknya gue mau disini"

"Ck! Oke,Renza ke warung sendiri tapi kakak tetep disini sampai Renza balik"

"Hem"

Renza berjalan cepat untuk membeli barang titipan Mamanya itu. Tujuannya hanya agar kakaknya tak terlalu lama menunggunya. Tanpa Renza tahu jika di tempatnya,Kak Salsa menyunggingkan senyum penuh arti.

"Jangan harap setelah ini Lo akan baik-baik aja Ren..."

...

"Mbak, perasaan aku gak enak nih" ujar Kak Azi lalu menghentikan pekerjaannya.

"Mbak juga gitu, tapi kenapa ya?" Mbak Manda juga menatap Kak Azi yang memasang wajah khawatirnya.

Saat ini kak Azi dan Mbak Manda tengah memasak sedangkan Kak Ama sedang bersama Mama sambil memijit kaki Mama.

"Renza kayaknya udah lebih baik ya mbak?" tanya Kak Azi.

"Kenapa kamu gak tanya aja langsung sama Renza?"

"Gak,males"

"Kamu perhatian tapi dibelakang. Dan itu percuma, kamu harusnya bisa nunjukin rasa sayang kamu di depan Renza langsung"

"Idih gak lah,siapa juga yang sayang sama Renza. Aku tuh udah benci dari dia sejak dia lahir. Enggak banget tiba-tiba aku sayang sama dia"

"Mbak cuma ngingetin,jangan berlebihan saat membenci seseorang karena kamu bisa aja menyesal dengan berlebih pula."

"Aku gak akan nyesel"

"Mbak gak yakin" ledek Mbak Manda.

"Aku yakin"

..

"KAK ! KAK !" Renza berlari panik ketika ia tidak menemukan Kak Salsa di tempat semula. Renza bahkan sudah mencari di tempat sekitar namun kakaknya itu tak kunjung ia temukan.

"Kak ! Kakak dimana !"

Tidak ada sahutan apapun,membuat Renza semakin dilanda kepanikan.Bagaimana jika terjadi hal-hal yang tak ia inginkan ? Kemana kakaknya sekarang? Apa yang harus ia lakukan?!

"Apa gue pulang? Tapi kalau kak Salsa gak dirumah,malah gue yang bakal ditanya sama Mama dan yang lain" ujar nya takut .

"Apa itu?"

Pandangan Renza tertuju ke sebuah benda berwarna biru muda yang terletak di tanah dekat pos ronda."Ini kan, jepit rambut Kak Salsa"

"Loh...kok tanahnya ada bekas orang di seret?"

Renza langsung panik seketika, ia bingung dengan keputusan yang harus ia ambil.  Pulang? Mencari kak Salsa ? Atau meminta bantuan? Bagi Renza tidak ada yang benar dari semua pilihan tadi karena dirinya akan tetap salah meskipun memilih.

"Kakak dimana sih...."

...







Malaikat untuk Renza Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang