Renza tahu bahkan ia sudah tahu dari dulu jika keempat saudaranya itu menyayanginya.
Renza beranggapan jika mereka hanya berpura-pura benci dengannya meski jika kita lihat itu sangat tidak mungkin.Renza masih ingat saat ia masih duduk di kelas 2 Sekolah Dasar. Dulu,Renza begitu penakut dan pemalu dengan orang lain sehingga sulit untuknya bisa memiliki teman.
Bukan apa-apa,tapi hal itu membuatnya sedikit di kucilkan oleh teman satu kelasnya.
Semakin lama,mereka semakin berani untuk mengerjai Renza dengan benci sebagai garis bawah. Perlu diingat,mereka mengerjai Renza bukan sebagai teman bercanda tapi memang mereka membenci Renza.Renza kecil juga tak membalas sama sekali karena dirinya terlalu takut dengan mereka yang berkelompok. Otak kecilnya berpikir jika ia melawan,maka yang ia dapat akan lebih parah dari saat ini.
Renza juga masih ingat ketika dirinya harus memijit punggung salah satu temannya dalam jangka waktu yang relatif lama. Belum lagi uang yang diberikan papa juga di minta sehingga Renza tidak membeli makanan apapun.
Awalnya semua tidak menyadari hal itu. Sampai suatu ketika Kak Azi yang kala itu masih duduk di bangku kelas 6 memergoki sang adik yang tengah di palak.
Meski dirinya selalu mengatakan jika ia sangat benci dengan Renza,tetap saja ada rasa tak rela jika Renza di sakiti oleh orang lain. Perempuan berusia 12 tahun itu dengan berani membentak teman-teman Renza yang bertubuh hampir sama dengannya.
Teman-teman Renza yang masih duduk di kelas 2 itu begitu ketakutan ketika di bentak Kak Azi. Sebenarnya jika dilihat,tubuh mereka sangat mampu untuk menghajar perempuan didepannya itu. Namun,namanya juga adik kelas apalagi waktu SD. Mereka sangat takut dengan kakak kelasnya. Terlebih,Kak Azi juga memberikan ancaman yang terdengar membahayakan.
Sejak saat itu tidak ada lagi yang berani untuk mengerjai ataupun meminta uang pada Renza.
Renza juga masih ingat ketika dirinya yang masih kelas 1 menangis karena gagal saat lomba membawa kelereng menggunakan sendok.
Sial,kalau Renza mengingat hal itu, rasanya ia ingin menggigit ekor empus saja, karena demi apapun sekarang ia merasa sangat malu.
Jadi,dulu kejadiannya adalah waktu 17 Agustus dan sekolah mengadakan perlombaan untuk siswa nya. Anak kelas 1 seperti Renza tentu mendapatkan perlombaan yang terbilang cukup mudah.
Tapi namanya juga Renza, ia sudah terbiasa selalu menang saat bermain di rumah jadi ketika ia kalah saat melawan temannya disitulah ia menangis kencang dan membuat guru-guru kelimpungan.
"Pak guru ! Masa Ren kalah ?! Huaaa...Ren selalu menang! Ren gak mau kalah ! Pokoknya Ren yang menang !!"
Anak laki-laki 6 tahun itu menangis di tengah permainan membuat siswa siswi lain tertawa lucu.
"Renza ini kan permainan, di setiap permainan,menang dan kalah itu hal biasa . Jadi Renza jangan marah ya" rayu wali kelasnya kala itu.
Renza itu keras kepala dan otak di usianya kala itu menolak ucapan sang guru.
"Gak mau!Pokoknya ini Renza yang menang !"
Teman yang menjadi lawan Renza lantas marah karena,hei, disini dia yang memang kenapa juga jadi Renza?!
"Aku yang menang ! Kamu mau emang payah makanya kalah ! Nrima dong!" kesal sang lawan.
"Enggak! Renza yang menang !kamu kalah ! Renza gak mau kalah! Renza mau nya memang !!!Pokonya Renza !"
Sulit sekali membujuk Renza. Untung saja ketiga kakaknya datang dan mengambil si bungsu lalu membawanya ke kelas, meninggalkan area lapangan yang masih ramai untuk melaksanakan lomba selanjutnya.
"Renza ! Kamu mah gitu! Kan kakak udah bilang, kalau kalah tuh gak usah marah!" kesal Kak Ama.
"Tapi Renza maunya menang !Renza gak mau kalah !Renza gak mau sekolah ! Mau pulang!"
"Renza jangan nangis !Nanti ada ibu bidan dari puskesmas loh" kata Kak Salsa.
"Ibu bidan ?"
"Iya. Kamu mau di suntik?"
"Renza nggak mau juga ! Kak,pulang ! Di sini semua orang jahat ! Renza gak mau kalah, gak mau di suntik!!!!! huks!"
"Udah ih, kamu cegukan itu!"
"Pulang!!!!"
"Tapi janji jangan nangis?"
"Hu'um."
Sungguh Renza suka malu jika bertemu guru itu sekarang. Sebenarnya banyak sekali momen di mana Renza tahu jika kakaknya sangat menyayanginya.
Renza yang tak mungkin lupa saat ia dan Kak Salsa di marahi karena pulang bermain terlalu sore di tambah mereka dalam keadaan basah kuyup.
"Kalian mandi di sungai?Iya kan?. Papa kan udah bilang,jangan mandi di sungai nanti sakit."
"Papa gak ngelarang kalian main tapi jangan lupa waktu juga. Kalau kalian sullit di kasih tahu, besok-besok gak usah main keluar. Papa gak akan izinin" ancam Papa kala itu.
"Maafin Salsa pa,salsa lupa waktu"
"Iya.Renza gak mau minta maaf juga? Papa selalu ngajarin buat minta maaf kalau kamu salah,kan?"
"Papa jangan marah sama Renza. Salsa yang ngajak Renza main ke sungai" Kak Salsa mengakui perbuatannya dan membuat Papa menghela nafas.
"Lain kali jangan sampai terlalu sore.Cemas papa"
"Maaf papa" ujar Renza dan Kak Salsa bersamaan.
"Iya, kalian mandi terus langsung makan. Papa tunggu di teras, jangan lama-lama temen kalian udah berangkat ke masjid"
"Iya pa"
...
KAMU SEDANG MEMBACA
Malaikat untuk Renza
Ficção Adolescente"Lo itu perebut kasih sayang. Setelah Lo lahir gue sama yang lain gak di anggap sama Mama Papa" "Kak,Mama Papa sayang sama Kakak. Mama Papa sayang kita semua,bukan sama Renza doang" Renza, anak laki-laki yang begitu ditunggu - tunggu kehadirannya ol...