🍁 17- Khawatir

876 139 5
                                    

Di chapter sebelumnya Mama kelihatan gak bingung soal keadaan Renza? Ya gimana dong orang Mama juga lagi pusing mikirin salsa dan dia juga terlanjur kecewa sama Renza.


Bel istirahat sudah berbunyi lima menit yang lalu tapi seorang Danu masih diam di tempatnya sambil tersenyum. Entah apa arti senyuman itu yang jelas anak itu sedang merasakan sesuatu yang menyenangkan.

"Woy Nu ! Ada yang nyari Lo tuh diluar" teriak anak laki-laki dari arah pintu dan hanya dijawab anggukan oleh Danu.

Pertanyaannya kenapa anak yang mencari Danu itu tidak masuk ke kelas ini? Kelas ini merupakan kelas dengan jumlah anak nakal yang banyak jadi mereka dengan mudah membuat peraturan. Bagi anak yang selain kelas mereka maka tidak boleh masuk kecuali dengan izin dari penduduk kelas ini. Agak menyusahkan sebenarnya.

Danu berjalan keluar dan senyumnya kian melebar ketika melihat seseorang dengan wajah marahnya kini berdiri di depannya.

"Kita harus bicara"

"Soal temen gue yang suka sama Lo?" tanya Danu main-main.

Kak Salsa melotot tak suka,ia benci dengan sikap sok tidak tahu Danu. Anak ini cukup membahayakan.

Danu dengan senang hati berjalan mengikuti langkah Kak Salsa yang menuju ke halaman belakang sekolah yang lumayan sepi. Lagian siapa juga yang mau nongkrong disana? Paling hanya anak-anak berandal yang membolos.

"Lo yang tadi pagi ngasih kertas ke gue kan?" tuding Kak Salsa begitu mereka sampai.

"Kertas apaan?"

"Gak usah pura-pura gak tahu deh,Lo kan yang ngancam gue ? Lo pikir gue takut?!" gertak Kak Salsa dan Danu hanya menampilkan wajah bingungnya seraya mengingat maksud kakak kelasnya.

"Ngancam gimana sih?"

"Sumpah ! Lo jangan pura-pura gak tahu deh!"

"Haha,Lo takut ya?" tanya Danu main-main.

"Jadi bener Lo kan?!"

"Iya deh gue ngaku,emang gue orangnya. Jadi pertanyaan gue,kenapa Lo harus marah?kan gue gak bohong?" ujar Danu dengan membuat ekspresi wajah yang sangat menyebalkan.

"Hih! Ternyata ada ya orang yang lebih goblok dari Renza!"

"Ada dong,Renza kan peringkat satu kalau gue kan peringkat empat jadi emang pinter si Renza"

"Gue gak mau tahu pokoknya Lo harus tutup mulut tentang hal itu dan awas aja kalau lo berani bocorin itu ke orang lain!" ancam Kak Salsa .

"Emang apa yang bisa gue dapat kalau gue ngikutin kata-kata Lo? Uang? Gue dah kaya. mobil ? Gue punya. Terus apa lagi?"

Kak Salsa mengepalkan tangannya marah,dari segi perkataan, Danu tampak sekali merendahkannya soal ekonomi. Kenapa harus seperti ini?!

"Tenang,gue gak ngerendahin ekonomi Lo. Gue cuma ngerendahin akhlak Lo. Padahal perempuan tapi hati Lo lebih bejat daripada laki-laki yang ngehamilin tanpa tanggung jawab!"

"Tau apa Lo soal hidup gue!" bentak Kak Salsa.

"Semuanya gue tahu. Lo iri sama Renza,Lo mau ngebunuh Renza,Lo berniat bikin Renza dibenci semua orang,Lo mau Renza pergi dari rumah. Semuanya gue tahu"

"Iya,semua itu bener. Puas Lo?!

"Puas"

"Lo—

Belum juga kak Salsa menyelesaikan perkataannya Danu sudah memotongnya, "kita lihat,sejauh mana Lo bisa berlindung dibalik drama Lo dan sejauh mana Lo bisa berpura-pura."

Malaikat untuk Renza Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang