teater

0 0 0
                                    

Pertunjukan sudah berakhir, ian masih belum menyangka bahwa isa lah yang mengisi panggung teater malam ini. 1 fakta lagi yang ian tau isa pandai dalam bermain biola. Menarik.

Teater mulai sepi hanya tersisa beberapa photografer dan beberapa bagian kelengkapan sedang membenahi properti, dan 2 orang pria yang duduk di kursi penonton tidak di ketahui sedang apa di sana seperti tidak memiliki kepentingan apapun.

Ian kini sedang menunggu di luar teater sesuai janjinya pada isa, selagi menunggu ian menyempatkan diri untuk melihat-lihat hasil jepretannya tadi. Ian tidak bisa berhenti tersenyum 70% isi kamera itu adalah isa, ia bahkan baru sadar akan hal itu. Ian merutuki dirinya sendiri.

Dari pintu berbahan kaca itu ian melihat seorang melihat seorang wanita yang ia yakini itu adalah isa yang sedang berbicara dengan photografer. Perhatian ian beralih pada 2 orang yang masih duduk di sana, sesekali mereka berbisik sambil menunjuk isa dan tak henti juga mereka memfoto isa dari kejauhan. Ian tau isa memang cantik tapi hal itu membuatnya risih.

Tidak mau isa lebih banyak berada di galeri pria itu ian langsung masuk Menghampiri isa, ia berjalan sambil tepuk tangan ke arahnya. Isa menyadari suara tepukan tangan itu semakin dekat pun langsung berbalik badan. "Great job by you did well today" belum sempat isa membalas ian langsung merangkulnya.

Isa terdiam sejenak sampai akhirnya ia mencoba menghentikan ian, "ehh bentar gue belum selesai sama photografernya"

Ian berbisik, "gk usah, photo lo di gue banyak" isa nurut dan diam dalam rangkulan ian. Sebenarnya ada apa kenapa tiba-tiba ian datang dan memanggil isa dengan embel 'by'. Ian merangkul isa lalu lewat di depan 2 orang tadi yang kini sedang memperhatikannya.

Ian menoleh kepada 2 orang itu lalu berteriak "Apa? Cantik? Emang! Tapi maaf sudah jadi hak milik saya" Isa terkejut bukan main, apa katanya? Hak milik? Kenapa kalimat itu bisa keluar dari mulutnya? Isa terus mencoba menjernihkan pikiran, ini terlalu tiba-tiba.

Sampai di luar pintu ian melepas rangkulan itu membuat jarak pada isa, "maaf sa, gue tiba-tiba begitu liat 2 orang tadi kan? Mereka selalu bisik-bisik ngomongin lo nunjuk nunjuk lo sampe foto-fotoin lo terus padahal udh selesai teaternya. Maaf gue risih liatnya jadi gue begitu. Oh ya yang by itu juga jangan di bawa serius, gue begitu biar mereka berhenti"

Entah kebetulan atau bagaimana, isa memang tidak suka di paparazi sembarangan terlebih itu orang asing. Orang orang boleh memfoto isa tapi hanya saat ia tampil saja selebih itu tidak. "Lo datang kaya superhero aja, gue emang benci bgt di paparazi apalagi sama orang yang gak gue kenal. Ian makasih" isa tersenyum.

Ian membalas senyum isa dengan sedikit kekehan, "sama-sama sa, carnaval?"

"Gass !! Ayokk"




Simpen Aja Dulu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang