Sedang asik bersenda gurau bersama, ada saja hal yang mengusik ketenangan isa di tempat ini. Bukan hal besar tapi ia hanya sedikit heran. Di sebrang sana ada seorang anak kecil laki-laki yang melihatnya tanpa henti, anak itu menatap isa dengan pandangan yang sulit di artikan. Isa tersenyum dan mungkin saja anak itu akan membalasnya.
Melihat isa tersenyum kepadanya anak itu lantas berlari menghampiri isa dan ian sambil berteriak, "kakak!!!" lalu ia memeluk isa, isa terkejut di sana ia sempat terdiam kebingungan. Kenapa anak ini berlaga seperti kita sudah pernah kenal lama?
Suara anak itu bergetar ketakutan, "kakak tolongin reno ada 2 om jahat mau bawa pergi reno, reno takut kak om nya kasar sama reno" ian sama isa terkejut mendengar pengakuan nina, bisa-bisanya di tempat seramai ini ada saja kasus penculikan anak.
"Om nya yang mana reno?" tanya ian mengintrupsi, "itu di sana" reno menunjuk tempat dimana penculik itu tapi tidak ada apa apa disana. Reno terlonjak kaget saat tiba-tiba 2 penculik itu muncul dari arah belakang isa dan ian. Melihat wajah kaget reno, ian lantas menoleh lalu isa menarik reno dalam rengkuhannya.
"Reno ayo pulang" ajak salah seorang dari 2 penculik itu. "Reno pulang sama saya, saya tantenya reno" balas isa dengan ramah, Dua orang itu mengerutkan dahi kebingungan. "Gak bisa, saya utusan ayah reno saya di minta membawa pulang reno" pria itu menggenggam tangan reno tapi di tangkis oleh isa.
"Jangan sentuh reno, dia aman sama saya lebih baik kalian pergi!" suasana mulai memanas, reno tidak akan ia lepaskan begitu saja. "Jangan ikut campur! ini bukan urusanmu!" rahang pria itu mengeras menandakan kalau ia sudah mulai terpancing emosi.
"Saya kerabat reno saya punya hak buat jaga dia, oh.. Atau jangan jangan kalian mau macem macem sama reno. Lebih baik kalian pergi sebelum saya teriak" ancam isa agar orang ini ingin pergi, bukannya pergi pria ini makin merasa di tantang oleh ucapan isa barusan.
"Berani ngancam kamu!" pria itu bersiap melemparkan satu pukulan pada isa, ian di sampingnya tidak akan terima jika isa sampai tersakiti dalam hal ini. Ian dengan sigap berdiri lalu menahan tangan si penculik. Jangan sampai tangan kotornya menyentuh isa.
"Jangan beraninya main tangan sama cewek" ucap ian lalu menjatuhkan tangan itu, "ini urusan saya jangan ikut campur!" orang itu meninggikan suara. "Apa untung yang kalian dapat jika menculik anak ini? Di gaji berapa kalian untuk melakukan perbuatan sampah seperti ini" kedua orang itu saling melirik dan bingung. Siapa orang yang berani memarahi mereka di tempat umum seperti ini.
"Memangnya kau siapa bisa ikut campur urusan kami?" ian memiringkan kepalanya sambil menaikan 1 alisnya. Ian memperpendek jarak dengan kedua orang itu, tangannya bergerak membuka sebelah kiri jas nya untuk memperlihatkan sakunya. Kedua orang itu melebarkan mata keringat dingin mulai bercucuran di dahi dan napas mereka mulai tidak teratur.
Tepat waktu, orang yang ian panggil sudah datang sekarang. Dia adalah jenan Kakak sepupu ian yang berkerja sebagai kepolisian kawasan ibu kota. "Bawa mereka berdua" tiga dari empat polisi disana langsung memborgol dan membawa 2 pria ini pergi.
"Ian" si pemilik nama pun langsung menoleh dan menemukan kakak sepupunya disana. "Makasih udah manggil kita, lo hebat!" mereka berdua langsung berjaba tangan dan saling melempar senyum. "Iya sama-sama. Makasih juga udah datang tepat waktu"
"Itu tugas gue! Mana yang mau di culik tadi?" tanya jenan lalu ian menunjuk anak kecil yang berada dalam rengkuhan isa. "Itu ada om polisi om penjahat tadi udah di bawa pergi" bujuk isa agar reno ingin melepaskannya. "Gak mau reno mau ayah"
"Loh ini reno?" jenan terkejut lalu menempatkan wajahnya di depan anak itu. "Ehh beneran, reno ini om jenan" reno tersenyum lalu melepaskan diri dari isa, isa bernapas lega. "Om jenan!"
"Kenal?" tanya ian
"Iyaa dia anak temen gue, reno kesini sama siapa?"
"Reno kesini sama bunda"
"Aduh gue gak ada nomornya nina, bentar om jenan telponin ayah ijun yaa mau om jenan omelin" semua orang mendengar itu tertawa disana.
"IJUN!! LO TAU GAK ANAK LO MAU DI CULIK?? buru kasi tau nina suruh ke deket bianglala, reno sama gua disini" jenan lalu mematikan telpon sepihak.
Isa memperhatikan jenan sedari tadi dan jenan sadar akan hal itu ia langsung melemparkan senyuman. "Hai, ceweknya ian?"
"Ohh nggak temennya" jenan hanya mengiyakan lalu menyenggol lengan ian. "Reno kira 2 kakak ini pacaran" isa dan ian saling melirik.
"Iyakan ren padahal cocok yaa kalau di liat liat sayang bgt kalo gak pacaran, cewek cantik di anggurin mubazir yan" jenan seperti kompor dalam pembicaraan ini. Isa hanya diam mendengarkan.
"Neng namanya siapa?"
"Isa" ini bukan isa yang menjawab tapi ian, mendengar itu jenan langsung menutup mulutnya lantas terkejut, pawangnya galak.
"RENO!!" suara teriakan itu sukses membuat semua terkejut mendengarnya. Itu ibu nya reno datang dengan berderai air mata. Yaa itulah ke khawatiran seorang ibu.
"BUNDAA!!" yang di panggil pun langsung berdiri dan berlari menghampiri. "Mamah tadi ada yang mau culik reno, reno takut"
"Iyaa sayang tenang yaa bunda udah dateng kamu aman sekarang"
Wanita itu mengalihkan pandangan ada prioritas yang ia kenal "Jenan makasih udah ngabarin ijun"
"Sama-sama lain kali anaknya di perhatiin yaa" wanita itu mengangguk sebagai balasan.
"Bunda 2 kakak ini yang nolongin reno tadi" reno menunjuk isa dan ian yang di tunjuk pun tersenyum lebar.
"Makasih yaa.. Makasih banyak udah nolongin anak saya"
"Iyaa sama-sama" jawab isa dengan ramah
"Reno pulang yuk! Udah malam ini"
Ajak bunda reno"Kak ian kak isa makasih udah nolongin reno, kapan kapan kita ketemu lagi yaa" ucap reno lalu melambaikan tangan pada keduanya.
"Sekali lagi makasih sudah nolongin reno, semoga tuhan selalu mempermudah urusan kalian dan semoga langgeng. Saya pergi dulu"
Terjadi keheningan sementara isa yang menyadari hal itu langsung berbicara agar tidak terjadi kecanggungan berbeda dengan jenan yang di sebrang sana yang puas mentertawai keduanya.
"Ehh iyaa sama-sama"