zakat

1 0 0
                                    

"Welcome home brooo," sapa zaki sambil menghampiri ezra, mereka baru saja tiba di rumah.

"Thank bro, pada ngapain nih?" tanya ezra pada para sepupu, tidak ada yang terlihat menganggur, semua ada tugasnya masing-masing.

"Bantu nenek menganyam ketupat," respon yuda.

"Bersihin rumah," lanjut haris.

"Lebaran kapan sih?"

"BESOK!!!" semua merespon ezra serempak, ini cukup membuatnya terkejut.

"Masa sih? Kok cepet ya?"

"Lo kelamaan bang," ketus alan.

"Masuk dulu bang tarok barangnya."

"Oh iya iyaa, eyang mana?" sejak kedatangannya tadi, ia tidak melihat eyang nya sama sekali.

"Eyang di masjid, ngumpulin zakat orang orang."

"Lo pada udah zakat?" satu pertanyaan yang mampu menghentikan aktivitas selama beberapa detik, semua saling menatap.

"Jujur gue belum," jawab tama.

"Gue juga."

"Gue juga."

"Gue juga belum, gimana dong?"

"Noh beli beras sana mumpung masih ada waktu buat zakat," ezra menyerahkan dompetnya pada januar, ia memang sepercaya itu dengan sepupunya.

"Gue gak paham beras bang," tolak januar sambil menyodorkan balik dompet ezra.

"Beli aja sembarang yang penting bagus berasnya," baim memberinya saran.

"Di pasar aja nu, yang deket," zaki menambahkan saran.

"Okee.." Januar pasrah, kenapa orang-orang terus mengandalkan dirinya yang ceroboh ini?

"Itu titipan lo pada ada di mobil, ambil sendiri."





Simpen Aja Dulu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang