TOK TOK TOK!
Suara ketukan pintu terdengar jelas, yera yakin itu pasti widan. Bergegas ia membukakan pintu rumah dan menemui si tamu.
"Eh udah datang," ucap yera sambil membuka pintu.
Widan tersenyum simpul lalu menyodorkan sekantong plastik berisi kukis yang isa janjikan pada ian tadinya. "Ini buat ian dari kak isa, dia bilang titip ke lo aja. Ini ada dua, satu buat lo satunya buat ian."
Yera mengamati plastik itu lalu menerimanya, "ohh okee makasih yaa."
Tiba-tiba muncul yenan di belakang yera, mereka berdua tidak ada briefing, bagaimana kalau Widan mencurigai mereka?
"Loh? Gak ada ian kok ada lo?" tanya Widan heran, alisnya sudah tertekuk.
Yera dan yenan sama sama kaget, yenan gagu menjawab sedangkan yera sulit mengkondisikan ekspresi paniknya. "Ee- itu.. Gue... Mau ambil barang di pinjam ian gak balik-balik, gue gak tau kalau ian lagi gak di rumah ehe begitu."
"Ohh okee, udh gue pulang dulu ya cuma mau antar itu aja kok, bay." Widan tersenyum tulus pada yera sebelum meninggal mereka berdua di pintu rumah.
"Ayo, dah!" ajak yenan.
"Bentar gue tarok ini dulu," yera berlari kecil menuju dapur, yera meletakkan bungkusan itu di meja. Ada suatu hal yang membawanya untuk mengecek bagaiman isi di dalamnya.
Yera membuka dan menemukan sebuah sticky note yang sengaja di tujukan padanya, "gue? Bukan kak ian nih?"
Yera tersenyum dan langsung menyimpan sticky note itu di dompetnya.