"Udah pada ngumpul semua belum?" tanya metan selaku orang yang mengumpulkan semuanya.
Dayyan menghitung semua orang di dalam lingkaran duduk yang sudah di buat, "udah, kita mau ngapain bang"
"Mau ngajak main aja semenjak buat gc itu kita gak ada melakukan pendekatan / have fun bareng, jadi karna kebetulan lagi ngumpul sekalian aja. Okee ada saran kita main apa?"
"TOD! TOD!" saran vina sambil sedikit berteriak.
"Yang lain mau main TOD?"
"Gue sih ayo ayo aja" Widan menjawab
"Gue ngikut" lanjut yera
"Apa aja lah yang penting seru" kemudian di lanjut jeri lagi.
Merasa semua sudah setuju, metan kembali membuka suara, "oke kita pake spinwheel aja ya biar cepet, siapa mau bikin?"
"Gue mau! Tapi spinwheel harus download apk dulu gak sih? gue gak punya" ekspresi isa yang awalnya antusias langsung berubah datar.
Melihat ekspresi isa, ian langsung menyodorkan handphonenya, "pake hp gue, gue punya apk nya" kualitas act of service yang bagus.
Isa tersenyum dan langsung mencari aplikasi yang ia tuju, perhatian nya ter-alihkan dengan suatu countdown yang ian setting. Ia mencoba tidak peduli untuk itu tapi jarinya tidak mendukung kemauannya. Karena aplikasi dan countdown itu bersebelahan, tanpa kesadaran penuh isa malah menekan countdown dan terbukalah detail di balik countdown.
Jika bisa berteriak isa ingin sekali berteriak sekarang sangking terkejutnya. Isa mengatur ekspresi senatural mungkin seolah olah tidak terjadi apa-apa pada dirinya. Padahal jika isa adalah sebuah bom dia sudah meledak sekarang.
Ada 1 masalah lagi disini, senyum. Isa paling sulit mengontrol senyum saat sedang salah tingkah. Ia hanya bisa berharap tidak ada yang memperhatikannya saat ini.
"Sudah sa?" tegur jeri membuyarkan lamunannya.
"O-ohh i-ni bentar bentar" isa tergagap seolah-olah ia sudah tertangkap basah.
"Pliss banget yang wajar wajar aja" nesya me-wanti wanti semua orang untuk memberi pertanyaan maupun tantangan yang masuk akal.
" ini udah siap, siapa mau putar" isa menunjukan spinwheel yang sudah siap untuk di putar.
"Lo aja sa biar sekalian" saran dayyan dan di angguki oleh semua orang.
"Oke, 1 2 — JERI HAHAHA" Spinwheel berhenti di nama jeri, pemilik nama sudah terlihat frustasi di putaran pertama.
"Gue pilih truth!" ketus jeri lantang.
"Ceritain hal yang paling memalukan yang pernah lo alamin" Widan bertanya tanpa di persilahkan tapi tetap saja di jawab oleh jeri.
"Gue minggu lalu ke indomaret gue lagi milih disitu, ada mba mba lagi ngedisplay snack biasa kardus nya kan kalau habis display di bongkar terus di tarok di lantai gitu aja. Gue jalan mata gue fokus di deretan snack terus gue gak sengaja nginjak kardus dan kepeleset. Yang namanya kepeleset pasti refleks nyari pegangan kan nah tangan gue ini bukannya pegang sesuatu tapi malah ngerentang lebar jadinya semua snack di situ rak kanan kiri jatuh semua. Gue malu banget gue liat-liat mba nya udah mau marah tapi karna gue pelanggan ya dia gak jadi marah menghela napas pasrah aja. Udah mau ketawa ketawa aja gak usah di tahan liat itu hidung udah kembang kempis"
"HAHAHA ADA ADA AJA MUSIBAH LO" Dayyan tertawa terbahak-bahak sampai berbaring di lantai.
Semua orang menertawakan pengalaman jeri tidak ada yang sanggup berbicara sekarang. Ada yang keram perut, ada yang terbaring ada juga yang sampai menangis menertawakan jeri sedangkan jeri hanya tersenyum pasrah.
Widan mencoba tenang dan menetralkan diri untuk berbicara, "terus lo gimana?"
"Ya gue bantu mba mba nya display ulang" jawab jeri
"Gue kira lo bakal ngacir" ucap dayyan
"Yaa gak lah gue tanggung jawab kali"
"Udah udah ayo lanjut aja, ini gue puter yaa liat" isa menengahi setelah melihat ekspresi jeri yang mulai tidak enak walau sebenarnya masih mau mentertawakan jeri.
"kak ian kena!" yera terlihat sangat puas saat kakaknya yang terpilih.
"Gue pilih dare"
"Widih berani nih" ketus jeri
"Gue mau ngasih dare!" isa mengajukan diri.
"Jangan aneh aneh ya lo"
"Gak kok! Dare nya lo harus keliling kota naik motor—"
Ian menyela padahal isa belum selesai berdialog, "Gampang itu mah"
"gue belum selesai, lo harus keliling kota naik motor pake kostum beruang" isa menyelesaikan dialognya lalu bertepuk tangan
Ian menghela napas dan jeri langsung bersuara, "cupu lo kalau gak nge-iyain"
Ian yang di katain pun langsung menoleh dan tanpa terdengar ragu ia mengiyakan
"Deal"
© jeolmeiza
