Dayyan dan vina sudah sampai pada tujuannya, mereka sedang mengantri untuk tiket. Suasana bioskop semakin lama semakin ramai beruntung dayyan dan vina datang saat antrian hanya berisi 3 orang jadi mereka tidak perlu waktu berlama-lama.
Selesai membeli tiket mereka memutuskan untuk berkeliling mall dan mengisi perut, masih ada 2 jam lagi untuk menunggu giliran mereka. Dari jauh mata dayyan sudah menemukan seseorang yang ia kenal jauh di sebrang sana.
Dayyan diam di tempat sambil melemparkan tatapan tajam pada orang tersebut. Merasa omongannya tidak di respon vina langsung menoleh dan mendapati dayyan dengan rahangnya yang mengeras.
Vina mengikuti arah pandang dayyan, situasi ini yang tidak di harapkan oleh vina. Spontan vina langsung menarik dayyan menjauh sampai depan tangga Emergency. Dayyan sama sekali tidak memberontak saat vina menariknya.
"Lo masih dendam sama ian?"
Dayyan tidak menjawab ia hanya ingin mendengar dialog panjang vina yang terputus, "dayyan berhenti ya... Aku udah baik-baik aja kok, liat luka lukanya juga udah hilang kan. Ian juga gak bermaksud ian bahkan gak sebelumnya tau soal ini"
"Keliatan jelas kalau dia memang gak bisa jagain lo, dia gak bisa tanggung jawab!! Harusnya dia udah peka sama tingkah lo yang banyak diam selama bareng dia. Gue yang awalnya gak tau aja jadi tau karna gue ngerasa ada gak beres sama lo! Ternyata bener kan lo gak lagi baik-baik aja waktu itu lo dihantui ancaman sampai tidur lo gak tenang, gue ingat vin"
Vina hanya menunduk sedari tadi, ia sama sekali tidak mengharapkan situasi seperti ini. Tapi, yang dikatakan dayyan itu benar adanya. Vina tidak bisa menyangkal omongan dayyan karna dayyan memang jadi saksi atas semua yang terjadi padanya.
Vina sama sekali tidak bersuara bahkan ia tidak mempunyai keberanian untuk sekedar melirik, sedangkan dayyan yang merasa tidak di respon dan melihat kembarannya ini menunduk sedikit merasa bersalah karna terlalu keras saat berbicara. "Angkat wajah lo gua gak suka liat lo nunduk karna gue"
Vina mengangkat wajahnya walau matanya masih melirik kebawah, perlahan dayyan menarik vina masuk kedalam rengkuhannya. Kehangatan ini tidak vina dapatkan selama di california ia merindukan. Vina membalas pelukan hangat yang dayyan berikan ia sadar kalau kembarannya ini sangat peduli akan kebahagiaan nya.
Dayyan menepuk pelan kepala vina, "maaf kalau nada bicara gua gak enak di dengar, Jangan jauh-jauh lagi dari gue. Terlebih lagi pas denger kalau lo mau pergi jauh karna dia lagi. Gue benci banget dengernya"
Dayyan melepaskan pelukannya dari vina, dayyan menangkup pipi vina agar vina mau melihat ke arahnya. "Maafin gue udah merusak suasana yaa.. Sekarang senyum doang masa gue udah nungguin lo lama bgt gak ada kepastian lagi terus malah liat lo cemberut gini"
Perlahan vina membentuk senyum ada bibirnya, "tapi janji yaa kalau lo ketemu ian, jangan pernah ungkit soal masa lalu dia gak tau lo"
"Iya iyaa.. Tapi gue gak janji"
"Dayyaaan.."
Dayyan mengangkat tangannya untuk mengacak-acak rambut vina, "gue becanda uhh gumusnya ayo kita makan" dayyan langsung menggandeng vina sambil berjalan pergi.
