"Kakak ian!!" teriak lisu saat melihat orang yang di tunggu sudah tiba di rumah, lisu berlari ke arah ian.
"Lisu!" ian berjongkok lalu merentangkan tangannya mengambut lisu yang berlari ke arahnya. "Kak ian bawa jajan buat lisu" ian menyodorkan kantung kresek berisi snack yang ia beli tadi, lisu tersenyum lalu menerimanya. "Terima Kasih"
"Ian kakak titip lisu ya"
"Okee"
"Kak isa babay hati-hati kak ian kanibal" ucap yera sambil berlari pergi keluar rumah. Mendenger adiknya ian hanya memasang ekspresi datar, isa tertawa akan hal itu.
Setelah kepergian orang rumah ian dan isa menghampiri lisu yang sedang nonton animasi, "lisu, kenalin ini kak isa"
"Halo kak isa aku lisu" mereka berdua terkekeh mendengar lisu nada bicaranya terdengar lucu. "Lisu lagi apa?" tanya ian.
Lisu menunjuk layar tv, "nonton frozen, anna hebat dia berani lewatin semua rintangan demi elsa" lisu antusias menjelaskan semuanya pada mereka berdua.
"Kak ian kalau olaf gimana? Cocok gak?" lisu menoleh lalu menggelengkan kepalanya, "jangan jadi olaf kak ian jadi kristoff aja, kristoff baik banget dia ngelindungin anna kemana pun dia pergi dan dalam kondisi apapun"
Isa tersenyum mendengar penjelasan lisu, jarang ada anak kecil yang menonton animasi dan ia mengerti karakter setiap tokohnya. Isa mengangguk lain hal nya dengan ian yang tiba-tiba melirik isa lalu tersenyum simpul.
"Kalau kak ian kristoff kakak ini boleh gak jadi anna nya?" ian menunjuk isa, yang di tunjuk hanya bisa memasang ekspresi bingung sedangkan lisu yang di ajak berbicara langsung menoleh ke arah isa.
"Boleh! Kak isa cantik kaya anna tapi kak ian janji harus sayang sama kak isa soalnya kristoff sayang banget sama anna" ian tersenyum lebar mendengar respon tidak terduga dari lisu, isa tersenyum kikuk disana.
Ian menyempatkan diri mencuri pandang pada isa sebelum kembali berdialog, "iyaa kak ian sayang banget sama anna nya kak ian" isa tidak menjawab ia hanya bisa terdiam sambil menatap ian.
Atmosfer rumah seketika terasa panas, Jantung isa berdebar 2× lebih cepat di banding sebelumnya isa berani jamin kalau wajahnya sudah memerah di sana. kenapa ian bisa semudah itu berbicara tanpa memikirkan efek sampingnya?
Perlahan isa menetralkan ritme jantung dan mengatur napas agar kembali stabil. Tidak lupa menyumpah serapahi ian setelah apa yang ia ucapkan tadi. Terjadi keheningan beberapa menit tidak ada yang membuka obrolan hanya ada suara elsa yang sedang bernyanyi.
Ian menjentikkan jari mengikuti irama nyanyian elsa, sesekali ia melirik pada isa yang sudah terlihat bosan. Ian memutar otaknya untuk memikirkan suatu hal yang bisa membuat isa merasa lebih nyaman.
"Lisu tau? Kemarin kak ian nemu superwomen loh"
"Beneran! Pasti hebat banget kan" lisu antusias mendengar ian, isa pun kembali menegakkan tubuhnya ikut menimbrung kedalam obrolan 2 orang ini. "Iyaa kak ian liat dia kemarin nyelamatin anak kecil yang hampir di culik, hebat banget kan"
Isa mulai sadar dengan cerita ini, ian melirik sedikit lalu melemparkan senyum, "wawww lisu pengen liat juga"
Isa mengambil alih pembicaraan, "lalu setelah itu superman datang untuk menyelamatkan superwomen dan anak kecil tadi"
"Kak isa liat superman?"
"Iyaa! Superman nya hebat banget dia datang terus langsung berdiri di depan superwomen buat ngelindungin, superman nya baik dia gak di gak ngeh ajar penjahat itu" lisu mendengar cerita isa dengan mulut yang menganga, superman dan superwomen itu terdengar sangat hebat oleh lisu.
"Kenapa tidak di hajar orang seperti itu harus di beri pelajaran" lisu melayangkan protes, ian mendengar itu menaikan kedua alisnya karna terkejut sedangkan isa tetap tersenyum dan terus merespon lisu dengan sabar agar anak itu bisa memahami maksudnya.
"Lisu.. tidak semua masalah harus di selesaikan dengan kekerasan, menurut kak isa orang itu harus di beri peringatan dan kesempatan untuk berubah jika tidak ada perubahan disitulah dia harus di beri hukuman"
"Hmm... Apa ini yang namanya menghakimi sendiri?"
"Benar sekali, lisu tau darimana?"
"Ibu pernah bilang kalau kita tidak boleh menghakimi seseorang tapi aku baru mengerti maksudnya sekarang"
Isa tersenyum lalu menepuk pelan pucuk kepala lisu, "anak pintar, lisu ini sudah waktunya tidur siang" isa mengingatkan.
"Eo.. Benar, lisu mau tidur di kamar kak ian" lisu langsung berlari pergi.
Isa sedikit terkekeh melihat tingkah laku lisu, ia mengalihkan pandangan ke orang yang sedari tadi memperhatikannya, "lo pinter banget sa, pasti anak kita nanti terdidik banget"
"APASIH!!" spontan isa melempar bantal pada ian sedangkan ian langsung berlari pergi menyusul lisu ke kamarnya. Bohong jika isa tidak salah tingkah saat ini.