Bagian kosong tujuh
.
.
.Absen pak emot hewan👉
Makan apa aja hari ini?
Hah?
Apa?
Makan ati lagi?
Gak bosen apa yakkk
Kuy difollow dulu RosianaSalma
Arin mendudukan dirinya di kursi kantin. Tidak memesan apapun kecuali air mineral di genggaman tangannya.
Mengingat beberapa menit yang lalu di ruangan pak Arfan, Arin menjadi gundah. Pak Arfan menengurnya atau lebih tepatnya menanyakan alasan Arin kenapa selalu bolos jam pelajaran, padahal nilai kehadiran kelas Arin sangat bagus, nyaris tanpa s,a atau i.
Bahkan pak Arfan juga mengabsen di jam pelajaran apa Arin sering bolos.
"Bolos 3 kali dalam pelajaran biologi, bahasa Indonesia dan juga matematika wajib. 4 kali dalam pelajaran fisika dan matematika minat. 2 kali dalam pelajaran PPKn serta 6 kali dalam pelajaran kimia. Ini sudah semester akhir, jika saya tidak menginginkan kamu, mungkin kamu akan seperti ini terus menerus." Arin dapat melihat tatapan pak Arfan melunak. Berbeda saat dia pertama kali masuk ke dalam ruangan.
"Kalau kamu, terus-terusan seperti ini. Kamu tidak akan lulus Arin," lanjutnya.
Arin diam saja. Dia tidak tahu harus merespon bagaimana.
"Dengan bolos disetiap jam pelajaran, kalaupun masuk pasti kamu akan sibuk sendiri dengan urusan mu. kamu ini seperti tidak berniat untuk sekolah Arin." Pak Arfan menarik napas.
Arin tetap bungkam, bingung sekaligus malu untuk menjelaskan bagaimana tentang masalahnya.
"Tidak perlu dijelaskan, saya sebenarnya tahu apa yang terjadi dengan mu." Waktu itu pak Arfan menatap dalam Arin kemudian menghela napas.
Arin tetap bergeming, dia terkejut bukan main. Dadanya berdetak lebih cepat daripada biasanya, keringat dingin kini mulai membasahi. Dari mana pak Arfan tahu? Arin semakin takut. Sembari meremas tangannya untuk mengendalikan diri, Arin menatap pak Arfan yang duduk di hadapannya duduk hanya terhalang satu meja.
"Urus masalahmu sendiri jangan sampai masalahmu ini mengganggu sekolahmu. Jika butuh bantuan datanglah kemari, saya akan terbuka untuk murid saya." Arfan mengalihkan pandangannya saat melihat daerah sekitar leher Arin yang memerah.
Dia laki-laki dewasa, tentu tahu apa yang barusan dia lihat oleh matanya sendiri. Kemarin waktu menjahit baju Arfan, Arin memakai baju rajut dengan leher tertutup. Berbeda dengan sekarang, gadis di hadapannya ini hanya menggunakan bedak untuk menutupinya dan sekarang bedak itu hilang karena keringat.
KAMU SEDANG MEMBACA
BEKAS [TAMAT]
Random'Tetap hidup, meski hidupmu telah mati.' Menjalani kehidupan seperti sampah memang sangat melelahkan. Begitu banyak manusia di dunia ini, tapi kenapa Arin yang ditempatkan dalam posisi ini? Menjadi perempuan kotor? Hah, mau mandi dengan lima botol...