16. Kesepakatan 🕳️

1.3K 120 3
                                    

Bagian satu enam
.
.
.

Absen pake emot warna biru

Jam berapa sekarang??

Tandai typo 👀

Follow yaa RosianaSalma

Follow yaa RosianaSalma

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Pak Bagas," panggil pak Arfan.

"Iya pak Arfan ada perlu apa?" Pak Bagas duduk di dekat bangku milik pak Arfan di kantor, ruang guru.

"Pak Bagas bisa bantu saya? Saya sudah mencari beberapa kali tentang kejadian itu maupun video yang diambil siswa-siswi di sini. Tapi saya belum menemukannya. Apa bapak masih punya video atau artikel tentang malam itu?" Rupanya pak Arfan masih mencoba mengulik di kala pesta waktu itu.

"Maaf pak Arfan,emang pak Arfan belum tahu yah? Seluruhnya sudah diberi tahu kalau kejadian menyangkut malam itu sudah dihapus. Artinya video atau artikel yang sudah dipublikasikan sudah diblokir. Saya juga kaget awaknya. Tapi ya mau gimana lagi." Pak Bagas berbicara sambil berbisik. "Kita membicarakan ini juga sebenarnya tidak boleh."

Alis pak Arfan berkerut. "kenapa tidak boleh?"

"Ini tertulis jelas dalam surat waktu itu pak Arfan. Saya tidak mau tersangkut dengan ini. Jadi saya minta maaf tidak bisa membantu pak Arfan."

Pak Arfan tidak terkejut, dia sudah dapat menebaknya. "Baiklah tidak apa, terima kasih atas informasinya pak Bagas."

"Eh tapi saya rasa pertu memberitahukan ini sama kamu. Selama seminggu terakhir, Arin tidak pernah bolos saat jam pelajaran saya ataupun jam pelajaran guru yang lain, nilainya juga cukup baik. Tapi sebagai gantinya Arin sangat memberi kesan negatif saat para guru masuk kelas pak Arfan."

Pak Arfan mengalihkan pandangannya dari layar laptop. Menyimak dengan serius perkataan yang keluar dari mulut pak Bagas.

"Penampilannya semakin hari semakin kacau. Teman sekelasnya pun yang tadinya sudah jauh malah semakin menjauh. Tapi untungnya dia tidak dikucilkan pak Arfan. Tadinya saya mau beritahu pak Arfan lain kali, karena pak Arfan sedang sibuk menyiapkan praktek anak kelas 10. Tapi kebetulan pak Arfan bicara tentang Arin, jadi saya beritahu sekarang. Ya sudah, saya ada urusan di BK." Pak Bagas menepuk pelan pundak pak Arfan yang sempat menegang sebelum dia pergi.

*

"Gitu dong, gue kan jadi enak nyuruh-nyuruh Lo."

Malam setelah pulang sekolah, Arin selalu ada di apartemen milik Daniel, tentunya dengan pria itu juga. Selain beberes banyak juga yang dia lakukan untuk pria ini.

"Bagus, gak pernah protes. Gue gak perlu cape-cape ngeluarin ancaman."

"Okelah, gue gak akan ganggu waktu Lo kalo lagi di jam pelajaran. Gue sebenernya kasian sama Lo Rin. Sampe ngemis-ngemis gitu, gak mau jam belajar Lo diganggu. Emang sepenting apa sih belajar?"

"Yang pengen sukses, kaisan banget sih paling juga nantinya Lo bakal jadi pelacur, gak usah kebanyakan belajar Rin otak lo udah pas-pasan gitu. Takdir Lo udah gini amat Rin-Rin, terima aja, ya gak ya?"

Hati Arin sedikit tergores. Memang masa depan nya sangat suram untuk dilihat. Tapi setidaknya, dia masih punya harapan dari ijazah yang tidak seberapa.

Selama satu Minggu ini Daniel memang tidak pernah marah atau membentaknya, ya mungkin karena Arin juga tidak pernah protes apapun yang dia perintahkan. Tapi, sipatnya yang semena-mena malah makin menjadi, dia tidak segan-segan untuk menyuruh Arin melakukan hal gila.

"Gue bosen tau gak. Gak bisa main sama Lo di sekolah. Atau gue batalain aja kesepakan kita ya?"

Tangan Arin yang sedang menyapu seketika berhenti. Matanya memandang Daniel yang duduk dengan kaki lebar serta sebatang rokok di antara jari telunjuk dan jari tengahnya.

"Wesss, santai dong."

Pandangan Daniel tertuju pada area tangan Arin. Bibirnya menyeringai lebar.
"Ehh tangan Lo terlalu mulus, sini gue kasih tato gratis." Daniel mendekati Arin dan menekan ujung rokok yang menyala ke punggung tangan kanan Arin. Arin hanya meringis sebentar ketika melihat tangannya melepuh.

Arin menggenggam erat gagang sapu di tangannya. Tidak peduli apa yang barusan laki-laki ini lakukan padanya. "Dengar. Lo udah janji gak bakal ganggu gue di jam pelajaran dan gue bakal ke apartemen Lo sampai jam 11 malam. Jadi gak ada yang namanya batalkan kesepakatan."

"Hahaha.... Gue lagi gak mood marah sama Lo ya. Udah Lo bersihin semua yang ada di sini. Habis itu masakin gue mie." Daniel pergi ke kamarnya, mungkin anak kurang ajar itu akan mandi.

'Tidak ada waktu untuk bersedih Arin. Seperti kata bajingan itu barusan. Terima saja takdir mu.' Arin kembali melanjutkan pekerjaannya dan sesekali meniup luka di tangannya. Sangat lelah sekali. Semoga hari cepat berlalu.

Pukul 11 malam, Arin baru bisa keluar dari apartemen Daniel. Tubuhnya sangat lemas. Tidak hanya tubuhnya saja yang letih, tapi hatinya juga. Arin harus berjalan kaki sampai rumah di tengah gelap seperti ini? Harusnya sih iya kalau Arin tidak mengambil uang Daniel dari dompet yang tergeletak begitu saja di atas meja.

Hanya ditemani uang selembar berwarna biru yang kini Arin genggam begitu erat. Arin pulang dengan naik angkutan umum. Tidak lupa membeli nasi bungkus untuk makan malam di rumah nanti.

Dalam perjalanan pulang, Arin teringat waktu di sekolah tadi. Arin bingung, kenapa dia bisa tiba-tiba bangun dengan keadaan badan lemas di atas ranjang UKS, tubuhnya memang terasa berbeda akhir-akhir ini. Bertanya pada salah satu anggota PMR yang kebetulan menjaga UKS waktu itu, katanya Arin digendong pak Arfan. Entah dia harus marah atau berterima kasih atas tindakan wali kelasnya itu.

Mengingat nama pak Arfan sangat membuatnya bingung. Arin mendengar dari bibir teh Lilis kalau teh Lilis sempat melihat laki-laki Dewasa yang menunggu Arin di depan rumah. Mungkinkah itu pan Arfan?Apa sebenarnya yang diinginkan pria itu terhadapnya.

Dada Arin bergerumuh hanya karena dia mengingat nama pak Arfan dibenaknya.
Arin tidak mau lagi berurusan dengan pria itu. Berdekatan dengan pak Arfan sangat amat tidak baik untuk jantungnya, entah karena apa.

 Berdekatan dengan pak Arfan sangat amat tidak baik untuk jantungnya, entah karena apa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
BEKAS [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang