19. Kelab🕳️

1.5K 118 1
                                    

Bagian satu sembilan
.
.
.

Absen pake nama benda di sekitar mu

Apa kabar?

Semoga baik-baik saja

Tandai typo 👀

Jangan lupa follow RosianaSalma

Daniel membawa Arin ke salah satu kelab, Dunia malam memang semenyenangkan itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Daniel membawa Arin ke salah satu kelab, Dunia malam memang semenyenangkan itu. Alasan Daniel membawa Arin tentu saja karena siang hari dia tidak bisa menjadikan Arin sebagai budaknya.

Arin yang memang tidak punya kuasa untuk menolak akhirnya menurut saja. Dentuman musik terasa sangat kencang. Berdengung-dengung. Tangan Arin meraih satu gelas berisi minuman, entah minuman apa itu, tapi yang jelas minuman itu dapat menyebabkan hilangnya kewarasan beberapa waktu.

Tapi sebelum bibir gelas menyentuh bibirnya. Tangan Daniel lebih dulu menahannya.

"Gak usah minum. Ntar pulang gak ada yang bisa nyetir," katanya sambil menuangkan minuman itu kembali pada gelasnya yang sudah kosong.

"Hm."

Daniel memperhatikan Arin dengan seksama, rambutnya yang dikuncir berhasil membuat Daniel risih. Alhasil tangannya yang sudah gatal menarik ikat rambut Arin sehingga rambutnya kini tergerai.

"Lo itu cantik sebenernya, eh, bukan cantik. Tapi sehkshi." Daniel menggigit bibir bawahnya. Dia sudah teler.

Arin melengos, membuang muka ke arah lain. Sebelum akhirnya ditarik Daniel ke lantai dance. Uh tempat ini sangat penuh, berdesak-desakan. Ada berbagai macam aroma yang Arin hirup sampai membuat kepalanya pening.

"Hahaha... Beban gue rasanya hilang." Daniel meliuk-liuk kan tubuhnya. "Gue tuh sebenernya mending serius belajar dan dikekang kaya waktu SMP dulu, jadi anak ambis. Tapi sekarang,Lo malah biarin gue berkelana dengan maksiat, mungkin gue mati di gorok aja Lo gak akan pernah perhatiin gue lagi dan malah pergi sama selingkuhan Lo. LO UDAH NYAKITIN MAMAH SAMPE DIA MENINGGAL!" Daniel mulai merancau, tubuhnya menyeret Arin siapa bisa menari bersama mengikuti dentuman musik yang begitu keras.

Arin bergerak malas. Suasana kelab joshon ini membuat kepalanya pusing. Selagi Daniel mabuk. Arin ingin jalan-jalan sebentar. Keluar dari kelab hanya untuk menghidu oksigen yang layak untuk masuk ke lubang hidung miliknya, mata Arin tidak sengaja melirik seorang wanita yang ditarik paksa dua orang pria berbaju hitam dari dalam mobil. Sepertinya wanita itu masih remaja sama seperti Arin atau mungkin di bawahnya? Arin kaget! Ternyata bukan hanya satu wanita. Tapi empat wanita yang di paksa masuk ke salah satu pintu yang terletak di belakang kelab ini.

Bersembunyi dibalik tong berwarna biru semoga bisa melindunginya walaupun kepala Arin masih nongol memperhatikan kejadian itu.

"Aneh, ini kelab atau perdagangan wanita?"

Jelas saja, Arin bergumam seperti itu. Yang dia tahu kelab ini hanya menyediakan minuman/alkohol, makanan, panggung, tempat dansa dan tentunya musik. Tidak tersedia bagi pria hidung belang untuk menyewa wanita malam di sini. Kalaupun mau biasanya para pria brengsek itu akan membawanya sendiri. Contoh saja Daniel.

"Ayo cepat."

"Diam."

"Kalian semua tinggal nurut! Kalo masih mau idup!"

Walaupun mereka berucap dengan berbisik namun setiap kata yang mereka keluarkan penuh tekanan. Telinga Arin masih cukup sehat untuk mendengarnya. Dugaannya tidak salah. Mereka di bawa paksa. Tapi kalau di pikir juga ngapain dia penasaran. Toh hidup dia sendiri saja sudah rumit, ngapain mirkirin orang lain.

Namun sial! Arin tidak bisa keluar dari persembunyian ini! Jika sedikit saja bergerak. Mereka semua pasti dapat melihatnya. Yeah! Sekarang bukan hanya satu mobil yang membawa gadis remaja, melainkan tiga! Otomatis manusia yang berada di sini semakin banyak. Semoga saja tong ini tidak berjalan sendiri dan masih mampu untuk melindungi tubuhnya dari mata yang bertugas mengawasi sekitar.

"Bos, gue baru dapet dua nih. Si Tejo masih kekeh gak mau lepas anaknya buat bayar hutang." Samar-samar telinga Arin dapat mendengarnya.

"Halahhh, biang kerok itu. Sudah kau habisi?"

"Beress."

Mungkin selama 27 menit Arin jongkok, bersembunyi dari mereka semua yang kini sudah hilang entah kemana. Merasa kakinya pegal dan situasi sudah kembali aman. Arin berdiri dan memijat kakainya sebentar.

Dia harus pergi dari sini secepat mungkin. Namun baru beberapa langkah manik mata Arin sudah tertuju pada kartu berwarna hitam dan gold tergeletak tepat di depan kakainya. Entah kenapa tapi kartu itu sudah menarik perhatian matanya. Tak mau terlalu lama di sini. Tangan Arin segera mengambil kartu tebal berbentuk persegi itu, memasukannya ke dalam tas dan langsung menuju tempat tadi dia kemari bersama Daniel.

Semakin malam, kelab ini justru semakin ramai. Arin melirik Daniel yang tadi berasamanya sudah teler di atas meja bar. bahkan kedua matanya tidak bisa terbuka.

"Ayo pulang. Gue masih ada kerjaan di rumah." Arin membawa tubuh Daniel menuju mobil milik pria itu. Membawanya menuju apartemen.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
BEKAS [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang