22. Berdua🕳️

1.5K 109 3
                                    

Bagian dua dua
.
.
.

Absen pake asal kota kalian👉🏻

Punya phobia apa?

Gak usah banyak tanya Thor!!!

Hehe

Tandai typo ya 👀

Wajib follow RosianaSalma wajib ya

Wajib follow RosianaSalma wajib ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Terus rencanamu selanjutnya apa?"

Sebelum Arin membuka mulut, rumah pohon ini terasa sedikit goyah karena anginnya cukup kuat. Dilihat dari jendela serta pintu yang terbuka, banyak sekali pohon-pohon yang melambai. Ditambah lagi dengan awan yang berkerumun berwarna hitam siap mencurahkan air yang ditampungnya. Padahal siang tadi cuaca cukup cerah, meskipun berawan.

"Arin.." panggil pak Arfan karena tidak mendapat jawaban. Melihat setitik air di pipi Arin pak arfan menolehkan pandanganya ke luar. Ternyata air gerimis sedikit menciprat wajah Arin melalui jendela. "Arin ayo kita pulang, sebelum hujannya semakin deras."

Bergegas menuju pintu, tiba-tiba Arin menyahut. "Hujanya sudah deras."

Ah sial! Kalau nekat menerobos pasti pak Arfan akan Basah kuyup. lagi dengan adanya barang-barang penting di dalam tas yang tidak boleh basah membuat pak Arfan ragu.

Menengok ke arah Arin, remaja itu sedang menutup jendela supaya air di luar tidak ikut masuk. Kemudian melangkah mendekatinya untuk menutup pintu juga.

"Jangan!" Larangnya.

Kening Arin berkerut. Kenapa jangan, dia hanya ingin menutup pintu rumah pohon bukan menutup pintu taubat. Ah sepertinya Arin tahu. Wajah pak Arfan yang panik begitu sudah pasti jawabannya merasa tidak nyaman.

"Jangan ditutup, kita hanya berdua di sini. Saya takut kamu tidak nyaman nanti." Alasan! Bilang saja takut hilaf. Suasananya juga mendukung untuk melakukan yang iya-iya, hujan deras, sepi, senyap, dingin, dan yang pasti tidak ada orang lain. Hah kacau! Belum apa-apa otaknya sudah sengklek duluan.

Lagi! Arin memutar bola matanya malas. "Terserah, tapi kalau tidak ditutup airnya pasti masuk ke dalam."

"Ya! Tidak masalah. Biarkan tetap terbuka." Pak Arfan pikir hujan ini hanya deras saja. Tapi dia salah. Ternyata ini hujan barat! Hujang yang biasa hadir di penghujung tahun di bulan September dan bulan ber-ber berikutnya. Hujan menerobos masuk ke pintu rumah pohoh yang memang menghadap barat. Mau tidak mau akhirnya pak Arfan menutup pintunya walau sedikit berat.

"Saya berencana untuk mencari tahu dulu. Apa benar mereka menyediakan wanita remaja? Kalau nanti wanita yang datang wanita sudah dewasa. Saya tidak mau ikut campur."

BEKAS [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang