31. Epilog🕳️

4.5K 156 14
                                    

"Lo hamil tapi Lo gak kasih tahu gue? Dan sekarang udah besar gitu Lo ngapain Dateng ke sini? Mau minta tangung jawab?" Tanya Daniel menggema di apartemen ini. Arin sudah lama tidak berhubungan dengan manusia satu ini. Daniel tengah asyik dengan kehidupan barunya, menikmati harta sang ayah yang kini tengah mendekam di penjara. Ini bagus! Arin sangat bersyukur akan hal itu.

"Sorry tapi gak ada gunanya gue kasih tahu Lo. Gue ke sini cuma mau ngasih ini. Kebetulan banget Lo udah bosen sama gue. Status gue sebagai perek Lo udah berakhir. Tolong tanda tangani surat ini!"

Mereka sudah lulus. Saat ini usia kehamilan Arin sudah mencapai usia 7 bulan. "Soal tanggung jawab. Gue gak bakal minta apapun dari Lo selain jangan ganggu hidup gue! Dan lagi. Belum tentu ini anak Lo kan?"

Arin melangkahkan kakinya keluar apartemen Daniel dengan ringan. Menghirup udara dengan tenang. Seakan beban yang ia tanggung selama ini hilang tak berbekas.

Akhirnya, Arin bisa bebas dari Daniel dan keluarganya. Rasnya bebas sekali.
Sekelebat bayangan pak Arfan terlintas dalam benaknya. Kedua sudut tertarik, namun sedetik kemudian kembali datar.

"Dia bohong! Katanya mau menggantikan ayah kamu, tapi dia malah pindah ke luar kota? Ibu tahu kok dia cuma mau menghindari ibu karena ucapannya dulu." Arin mengusap perutnya.

Arin salah paham. Pak Arfan tidak bermaksud begitu. Dia hanya di pindah tungaskan ke sekolah lain. Dan Arin tidak tahu akan hal itu. Lama dia mencari pak Arfan tapi tidak kunjung bertemu.

Arin mencari pak Arfan bukan ingin meminta. Dia hanya ingin berterima kasih.

Arin kini memulai kehidupannya kembali. Menjadi ibu dari satu anak dan sebagai tukang jahit di kompleks. Menjalani kehidupan seperti biasanya walau banyak mendapatkan cemoohan dari pada tetangga.

Semoga ekonominya bisa tercukupi dengan baik. Soal Cia? Adiknya ini masih di rumah sakit. Dan soal pembayaran kini sudah di ambil alih pemerintah. Kabar baiknya adiknya juga sudah mengalami peningkatan yang cukup baik. Rasanya tidak sabar Arin menunggu Cia keluar dari rumah sakit.

"Ibu. Ada ayah di luar." Bocah kecil yang kini menemani harinya. Masuk terburu-buru ke dalam rumah sambil memeluk bola.

Ayah? Ayah siapa. Arin sama sekali tidak pernah membicarakan apapun soal ayahnya. Kenapa Arsyad berkata kalau ayahnya ada di luar?

Apa Daniel datang kemari untuk membawa Arsyad dan memanfaatkannya?

Dengan segera Arin merengkuh tubuh putranya. Menatap pintu rumah dengan takut-takut. Bukannya Daniel sudah tidak peduli dengan kehidupannya. Kenapa laki-laki brengsek itu masih ingin mengganggunya.

"Ibu ayo! Ayah lagi nunggu di luar." Arsyad merengek.

"Nak. Dia bukan ayah kamu.  Arsyad gak punya ayah. Jadi mana mungkin itu ayahnya Arsyad." Arin mencoba meyakinkan sang anak.

"Tapi ibu, dia bilang ayahnya Arsyad tadi. Ayok temui ayah." Arsyad menarik-narik tangan Arin untuk segera keluar dari rumah.

"Arsyad!"

"Tuh itu ayah!"

Arin mendongak. Bukan. Bukan Daniel yang ada di hadapannya. Laki-laki ini yang membantunya keluar dari masalah lalu.

Pak Arfan. Ngapain dia di sini? Dan menganku sebagai ayah Arsyad. Itu sama sekali tidak lucu!

"Arin, apa kabar?"

"Saya baik pak. Ada apa bapak kesini? Saya mohon. Jangan ganggu saya dan jangan janjikan saya apa-apa lagi kalau bapak tidak bisa menepati. Saya mohon pak."

"Maaf Arin. Saya datang ke sini untuk menepati janji saya." Paka rfan berjongkok. Dia membukakan kotak dengan dengan kain bludru itu. Sebuah cincin yang begitu indah.

"Arin maaf saya baru bisa menepati janji saya hari ini."

Arin menggeleng.

"Saya tidak mau pak. Kalau ini karena bapak kasihan sama saya. Bapak tidak perlu melakukan ini. Saya tidak mau."

Pak Arfan berdiri, "tidak. Saya sama sekali tidak kasihan sama kamu. Dari dulu kamu memang sudah menarik di mana saya. Jangan pernah berpikiran seperti lagi. Ayok kita jalani kehidupan kita bertiga. Aku kamu dan Arsyad."

Detik itu juga Arin mendekap tubuh pak Arfan. Selama ini ternyata dia tidak mengharapkan orang yang salah. Arin harap kehidupannya akan jauh lebih bahagia dari sebelumnya.

🕳️🕳️🕳️


Hay apa kabarnya? Tadinya aku mau up epilog ini di Karyakarsa plus di kunci.

Tapi karena aku aja gak puas sama tulisan sendiri gimana sama kalian kan?

Terima kasih yang selalu nyemangatin.

Bagi yang punya aplikasi Karyakarsa boleh kepoin akun aku @RosianaSalma07  aku up cerpen di sana, gratis tis tis.

Jangan lupa baca novel aku yang lain di wattpad.

Judul: Si Penikmat KeterlambatanAuthor: RosianaSalmaStatus: Tamat/ LengkapBrub:

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Judul: Si Penikmat Keterlambatan
Author: RosianaSalma
Status: Tamat/ Lengkap
Brub:

"Dengan hadirmu aku bisa mengenal canda, tawa dan kenyamanan. Karena dengan hadirmu adalah salah satu jalanku untuk bisa merasakan kebahagiaan."

Makna dari sebuah puisi yang aku bacakan ternyata sama persis seperti yang aku rasakan.

Secara tersirat pesan ini aku ungkapkan untukmu Si Penikmat Keterlambatan.

Judul: Tiga Laki-laki Dalam HidupkuAuthor: RosianaSalmaStatus: On going Prolog:

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Judul: Tiga Laki-laki Dalam Hidupku
Author: RosianaSalma
Status: On going
Prolog:

"Kamu istriku, bukan hanya ibu dari anakku! Bisakah kamu memberi waktu sedikit saja untukku tanpa mereka yang selalu ada di pikiranmu?" ~ Rafka Dirly Prayoga (36 tahun)

"Kami menikah bukan karena keinginan kami. Aku selalu ragu jika berada di dekatnya. Takut menerima kenyataan kalau kehadiranku dihidupnya hanya sebatas mengurus anak-anaknya." ~ Adinda Mayla (20 tahun)

Jangan lupa kepoin yaa...
Yok tinggalkan jejak terakhir di part ini 👇

BEKAS [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang