21. Rumah pohon🕳️

1.4K 116 3
                                    

Bagian dua satu
.
.
.

Absen dulu👉🏻

Tim bubur diaduk atau gak diaduk?

Emang kenapa sih Thor?

Yaaaa gapapa sih cuma nanya doang hehe

Tandai typo ya 👀

Harus follow RosianaSalma

"Bapak yakin mau menuruti apa saja yang saya katakan?" Arin bertanya untuk kesekian kalinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Bapak yakin mau menuruti apa saja yang saya katakan?" Arin bertanya untuk kesekian kalinya.

"Memangnya apa lagi yang harus saya lakukan? Dari tadi kamu tanya begitu terus,"ucapnya mulai jengkel.

"Oke! Kalau begitu kita cari tempat yang aman." Arin berjalan mendahului pak Arfan.

Sekitar pukul 14.35 Ini sudah masuk jam pulang sekolah. Satu hari setelah bertemu di rooftop, Arin meminta pak Arfan untuk menemuinya di dekat gerbang sebelum pulang sekolah,  tidak lupa Arin juga meminta pak Arfan untuk membeli kartu hp baru terlebih dahulu sebelum menemuinya. Sekarang Arin pikir harus dimanakah mereka melakukan ini?  Maksudnya melakukan misi untuk memesan satu wanita di kelab Joshon lewat kartu berwarna hitam dan gold itu?

"Kita mau kemana? Kenapa gak naik motor saja?" Mengikuti langkah Arin yang lumayan cepat membuat napas pak Arfan memberat. Duh dia sudah lama tidak berolah raga. Semakin lama tubuhnya makin kaku saja karena jarang digerakan. Baru juga jalan beberapa meter pak Arfan sudah lumayan sulit mengatur napas.

Arin sama sekali tidak menjawab pertanyaannya dia sudah tahu kemana tujuannya kali ini.  Arin berlari layaknya anak kecil yang di depannya kini tengah ada seember es krim. Tapi kalo di pikir-pikir, Arin Memegang masih kecil. Tepatnya masih remaja. Pak Arfan perhatikan hari ini Arin terlihat lebih segar di banding biasanya.

Mungkin kisaran 30 menit telinga pak Arfan kini tidak dapat menangkap suara laju kendaraan. Mereka melangkah menjauhi jalan raya. Masuk ke kawasan yang sedikit penduduk. Bahkan lebih banyak pepohonan di banding rumah warga. Pak Arfan baru tahu kalau masih ada tempat seperti ini di sini. Pantesan Arin tidak membiarkan mereka untuk membawa motor. Tentunya kawasan ini sangat susah untuk kendaraan.

Banyak sekali dedaunan kering dan ranting-ranting dahan pohon tumbang yang mereka pijak. Kawasan ini sepertinya jarang dilintasi warga. Tapi kenapa Arin mengajaknya kesini? 
Mendadak pan Arfan takut akan sosok Arin yang kini memandangnya dengan datar.

Melihat sekeliling, matanya hanya di suguhi pemandangan pohon-pohon rindang serta rumput liar, namun anehnya. Di tempat Arin berdiri, tepatnya di atas pohon besar yang ada di belakang Arin berdiri ada rumah kecil. Semacam rumah pohon. Tapi kayunya sudah tertimbun tumbuhan rambat. Jadi sekilas tidak bisa di lihat rumah pohon.

BEKAS [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang