24. Wanita no 99🕳️

1.7K 112 4
                                    

Bagian dua empat
.
.
.

Absen pake angka favorit

Tim telur ceplok apa tim telur dadar?

WARNING TERDAPAT KATA-KATA KASAR yang mungkin kurang sedap dipandang 🚫🚫

Tandai typo 👀

Wajib follow!

Kalau gak follow RosianaSalma juga gapapa sih tapi wajib vote !

Hahaa

Hahaa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



"Sudah siap?"

Arin mengangguk.

Malam ini, bisa Arin lihat kelab Joshon begitu ramai dari malam-malam sebelumnya.  Ruangan dance floor begitu penuh samapai berdesak-desakan. Mungkin keberuntungan malam ini berada dipihak Arin, Luar biasa sekali manusia brengsek seperti Daniel tidak mencarinya.  Arin sudah siap kalaupun nanti dia mendapat hukuman karena tidak ada waktu dua malam untuk Daniel. Setidaknya dua malam ini bisa menjadi hiburan tersendiri baginya.

Dengan setelan serba hitam, Arin berlari dan bersembunyi di balik tong, sama persis seperti waktu itu. Namun bedanya kali ini mata Arin melihat  pak Arfan uang tengah melancarkan aksinya. Berekting layaknya pria hidung belang yang ingin menyewa gadis remaja untuk semalam bukan lah hal mudah bagi seorang Arfan.  Namun berkat waktu SMA dulu pak Arfan pernah mengikuti kegiatan teater dan mungkin punya bakat terpendam juga, akhirnya pak Arfan lolos dari resepsionis.

Arin baru tahu kalau tempat ini memiliki meja dengan sorang wanita yang umurnya bisa Arin lihat mungkin sekitar kepala empat. Tentu saja tempat ini tidak terlalu terbuka.

Wanita itu mengcocokan perempuan mana yang Axel atau pak Arfan pesan malam ini. Kebetulan gedung ini mempunyai banyak lorong, semoga saja dia bisa sampai di kamar yang barusan pak Arfan kirim ke gawainya dengan selamat, tanpa diketahui penjaga sekitar

Ini benar-benar nekat! Pak Arfan juga sempat menawarkan cara lain agar Arin bisa masuk ke kamar itu tanpa mengendap atau sembunyi-sembunyi. Tapi sepertinya tidak ada cara lain selain ini

"Kamu yakin? Ini sangat berbahaya! Kalau kamu ketahuan urusan akan semakin panjang. Saya takut kalau nanti kita terlibat sesuatu hanya karena rasa penasaran kamu! Kita batalkan saja ya? Saya benar-benar tidak mengerti kenapa kamu berbuat senekat ini," ucap pak Arfan beberapa menit yang lalu sebelum ada di tempat ini.

Sempat berdebat sebentar, namun Arin dengan gamblang berkata.

"Apa bedanya dengan bapak? Bapak juga selalu ingin ikut dalam masalah saya! Apa bapak tahu? Itu juga suatu yang berbahaya.   Entah apa dorongan bapak sampai rela ingin menyelesaikan masalah saya." Arin Membuang muka.

BEKAS [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang