18. Mantan calon menantu🕳️

1.6K 126 2
                                    

Bagian satu delapan
.
.
.

Absen pake emot warna orange 🏆

Ada siapa di dekat mu?

Tandai typo 👀

Follow yaa RosianaSalma

Follow yaa RosianaSalma

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Di sebuah ruangan yang tampak amat rapi. Barang mewah sudah pasti berjejeran di mana-mana, harum menyengat dari benda yang mengeluarkan uap membuat hidung pak Arfan gatal.

Nuansa ruangan berwarna hitam dengan emas sebagai pendampingnya. Ruangan ini biasanya digambarkan sebagai ruang untuk para mafia. Atensi pak Arfan kini tertuju pada seorang pria paruh baya yang baru saja datang dan duduk tepat di hadapannya.

"Lama tidak berjumpa," sapa pria paruh baya itu. Bajunya seperti jubah, sangat lebar. Pak Arfan melirik dua orang pria berbadan kekar dengan pakaian serba hitang di belakangnya.

Oh, tentu saja seorang Tuan Dark ini butuh beberapa pengawal.

Pak Arfan berdiri dari duduknya, memberikan sebuah penghormatan berupa menunduk danenegakan tubuhnya kembali dan setelahnya kembali duduk saat sang tuan rumah mengijinkannya.

"Ada apa kau memintaku untuk bertemu Bapak, Arfan putra? Apa anakku membuat kenakalan lagi di sekolah itu? Hmmm. Ouhh kau sangat berani, baru kali ini aku bertemu seorang guru di sekolah itu yang sangat tegas dengan profesinya. Sungguh aku tersanjung." Bibir pria paruh baya itu menyeringai. Menatap pak Arfan dari bawah hingga atas.

"Sayang sekali Mega lebih memilih bersama pria bule dibanding pak Arfan. Bagaimana kabarnya mantan calon menantu?"

"Jauh lebih baik tuan Dark." Pak Arfan mendengus malas. Sebelum akhirnya dia menjelaskan maksud kedatangannya ke mari.

"Seperti yang bapak tahu anak bapak bernama Daniel Dark sudah membuat kesalahan yang sangat fatal, pada malam perayan milad sekolah. maka dar-"

"Lalu apa? Bukankah masalah itu sudah selesai? dia bahkan sudah mendapatkan hukumannya? Dia juga tidak mengagnggu wanita itu di sekolah lagi bukan?"

"Benar tapi maksud saya-"

"Dengar! Saya pikir tidak ada hal penting perlu dibicarakan, kau sudah mendapat surat ku bukan?
Sepertinya aku harus pergi, ada urusan bisnis. Lain kali kita bisa bertemu lagi."

Pak Arfan menggeram rendah. Dia menatap tajam ke arah tuan Dark yang keluar dari ruangan begitu saja. Sial! Dia tidak mendapat apapun dan malah membuang waktu di tempat ini.

*

Sore ini pak Arfan tengah menikmati secangkir kopi di cafe dekat sekolah. Pipinya merah memar, rasa nyut-nyutan menjelajah hampir seluruh muka.

Kepala sekolah sudah tahu kalau dia ke rumah tuan Dark atas nama sekolah. Kemarahannya tidak terkendali sampai bisa menampar pak Arfan dengan salah satu tangannya yang terbebas dari perban.

Bayangkan saja, Kepala sekolah yang telah menerima suap untuk menutup masalah itu, eh malah guru sekolah ini juga yang mau ungkit kembali. Ya otomatis yang memberi suap kan murka.

Gak tahu lah. Pak Arfan langsung pergi di tengah membaranya kemarahan sang kepala sekolah. Telinga pak Arfan juga sudah panas, malaa mendengar omongannya yang melantur ke sana sini.

Akhirnya dia sekarang duduk di tempat yang cukup nyaman ini dengan laptop terbuka. Mencari ide, harus dari mana dia memulai semua ini.

Sembari menyeruput kopi yang masih mengepulkan asap pak Arfan mengingat percakapan dia dengan tuan Dark tentang Mega pada hari Minggu kemarin.

Mega ini satu-satunya perempuan yang pernah singgah dihidupnya. Walau sesaat, perempuan ini sudah memperkenalkan rasanya cinta. Ya walau berakhir dengan dia sendiri yang memilih menikah dengan pria lain.

Pak Arfan masih ingat dulu Mega sangat suka menyuruh pak Arfan main ke rumahnya saat hari Minggu.

'aku gak bisa Mega, hari Minggu aku ada jadwal." Pak Arfan menolak dengan lembut waktu itu.

'tapikan kamu harus sering-sering ketemu, papah aku juga cuma ada jadwal kosong saat hari Minggu.' Mega cemberut.

'Sabar ya, Minggu depan deh aku janji bakal ketemu papah kamu.' Bibir Mega tersenyum lebar ketika mendengar perkataan pak Arfan.

"Iya, papah aku juga pasti gak kemana-mana kalau hari minggu. Dia selalu kosong kalau hari Minggu. Papah tuh paling benci kalau hari Minggu ada kerjaan. Gak kaya kamu, mau Minggu mau Senin, sama aja.'

Pak Arfan sedikit tersenyum mengingat beberapa percakapan dengan Mega di telepon waktu itu. Dengan nada bicara yang khas sangat susah sekali dilupakan.

Ngomong-ngomong soal hari Minggu. Bukanya waktu pak Arfan datang ke rumah tuan Dark itu hari Minggu ya. Terus kenapa waktu itu tuan Dark bilang ada kerjaan bisnis? Bisnis apa sampai rela menyita waktu hari minggunya?

 Terus kenapa waktu itu tuan Dark bilang ada kerjaan bisnis? Bisnis apa sampai rela menyita waktu hari minggunya?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
BEKAS [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang