28. Sorenya🕳️

1.1K 104 4
                                    

Bagian dua delapan
.
.
.

Absen pake angka kelahiran

Lebih suka semangka atau melon?

Follow RosianaSalma

Tandai typo!


"Makasih sudah traktir saya makan." Arin memegang erat baju kemeja pak Arfan.

Angin yang berhembus kencang seiring laju motor berhembus menerbangkan rambut Arin yang tergerai.

"Apa?" Tanyanya, seperti pengendara pada umumnya Arin pikir pak Arfan tidak mendengar perkataannya karena angin dan helem menutupi telinga.

Arin merapatkan duduknya, mendekatkan bibirnya ke telinga pak Arfan lebih tepatnya ke helem yang di gunakan oleh pak Arfan, "makasih sudah bawa saya makan siang," ucapnya agak keras.

Perlahan bibir pak Arfan tersenyum walau di tahan-tahan seolah takut Arin melihat senyumannya. "Ohh, kan gak gratis. Kamu harus temani saya jalan-jalan sore ini," balas pak Arfan agak kencang.

Arin Membuang muka. Ada aja jawaban dari mulut wali kelasnya ini.

Entah kemana pak Arfan akan membawanya, tapi tadi sebelum berangkat pak Arfan mengajaknya makan siang menuju sore di rumah makan dekat sekolah. Katanya dia sangat lapar dan tidak bisa di tunda lagi. Ya mau gak mau akhirnya Arin ikut duduk dan makan bersama, lumayan kan makan gratis.

Tadinya Arin akan menolak mentah-mentah ajakan pak Arfan. Tapi tak apalah hitung-hitungan refreshing dan berterima kasih karena pak Arfan telah menemaninya ke kelab Joshon.

Sudah sampai. Ah sepertinya Arin kenal dengan tempat ini. Tempat dimana dia hampir memutuskan urat nadi di lehernya, ingat?

Matanya mengelilingi sekitar, oh tidak! Lebih tepatnya ke arah pohon rindang dekat sungai kecil itu. Kali ini sangat ramai sekali, padahal bukan hari libur.

Banyak gerobak abang-abang yang biasa mangkal di tempat ini, tapi Arin tidak tertarik kecuali dengan satu gerobak es krim. Es krim yang pernah di beli anak perempuan waktu itu terlihat sangat menggiurkan. Belum apa-apa air liur Arin sudah mencair di dalam mulut.

"Bang beli satu." Untung saja tadi dia bawa ungan lebih. Jadi bisa jajan es krim ini. Heran! Padahal Arin tidak terlalu suka es krim. Tapi kali ini dia tidak bisa menahannya lagi. Tak apalah kehilangan sepuluh ribu rupiah tidak membuatnya kelaparan satu hari kan?

"Dua bang." Arin menoleh. Rupanya walikelsnya ini juga mau es krim.

"Uangnya sama dia ya bang." Apa? Hey! Arin saja kalau jajan untuk dirinya sendiri bisa mikir beribu kali, dan ini?

BEKAS [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang