23. Tidur!🕳️

1.7K 107 1
                                    

Bagian dua tiga
.
.
.

Absen pake nama provinsi kalian

Tim mie sedap apa indomie?

Author tim mie sedap☝️

Hahaaa

Tandai typo ya 👀

Follow dong RosianaSalma

Dari sekian banyak tempat, kenapa Arin lebih memilih tempat ini? Sudah jauh dari penduduk warga, sepi lagi, kaya hutan deh pokoknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dari sekian banyak tempat, kenapa Arin lebih memilih tempat ini?
Sudah jauh dari penduduk warga, sepi lagi, kaya hutan deh pokoknya.

Dulu, waktu kecil Arin sealu membawa adiknya Cia kemari. Karen bosan bermain di sekitar rumah. Jadinya Arin ikut bersama sang nenek ke sini. Dulu di sini ada rumah, cuma ada satu sih. Dan itu rumah nenek sama kakek Arin.

Nenek dan kakek Arin sangat suka berkebun. Makanya mereka mendirikan rumah di daerah ini. Selain tanahnya subur di sini juga sepi. Mereka berdua sangat suka sepi. Katanya mereka akan lebih hidup jika lingkungannya sepi. Gak tahu lah pokoknya begitu.

Saat Arin berulang tahun ke 12, kakek Arin memberikan hadiah rumah pohon ini pada Arin dan Cia. Jadi itu lah kenapa di sana ada lilin dengan angka dua belas. Untung saja lilin itu masih bisa digunakan alias tidak keropos apalagi hancur.

Nenek dan kakek Arin sudah meninggal. Rumah sederhana dari anyaman bambu dan kayu yang dulunya sangat nyaman dan asri Sekarang sudah rubuh dan habis tertelan tanaman atau rumput liar. Kebunya juga sudah tidak terawat, bukan tidak terawat lagi. Tapi memang sudah menjadi hutan.

Karena hari ini Arin berulang tahun, dan ingin mengenang masa-masa dia waktu kecil bersama Cia. Rasanya Arin ingin sekali menjenguk Cia di rumah sakit. Namun tidak bisa kecuali ada ijin dari Daniel. Tentu saja karena hanya ada nama Daniel sebagai orang yang bertanggung jawab atas diri Cia, lebih tepatnya orang yang telah membayar perawatan.

Meskipun melibatkan pak Arfan yang kesal karena telah membawanya ke rumah pohon sampai terjebak berdua di dalamnya, tapi Arin sangat berterima kasih karena sudah mau menuruti kemauannya.

Malam ini hujan sudah reda. Awalnya pak Arfan menawarkan diri untuk mengantar Arin tapi Arin menolak.

"Kaki kamu pasti sudah lelah. Ini juga sudah larut. Tidak baik perempuan pulang malam-malam."

Tapi Arin tetap tidak mau, katanya dia ingin jalan kaki saja, sudah terbiasa. Pak Arfan masih ingat waktu malam acara milad sekolah, Arin juga pulang sendiri. Waktu itu pak Arfan rasa dia baik-baik saja. Tapi kali ini, Arin pergi berasamanya, kalau nanti ada apa-apa saat perjalanan pulang ke rumah. Tetap saja pak Arfan ikut serta.

Tidak mau di buntuti pak Arfan terus menerus, akhirnya Arin berbalik dan naik di atas motor bebek kebanggaannya. Arin ingin besok malam segera datang. Entah kenapa tapi kali ini dia sangat penasaran. Arin bukanlah orang yang mempunya tingkat kepekaan yang tinggi, cenderung tidak suka memperhatikan sesuatu terlalu intens. Tapi saat matanya menangkap raut pasrah para remaja saat itu. Arin merasa mereka adalah dirinya! Sibuk memakan nasib buruk hanya karena kesalahan orang tua. Makanya dia nekat ingin mencari tahu ada apa dengan gadis-gadis itu. Sebelum semuanya jelas, kelab Joshon tidak menyediakan wanita remaja, hati Arin tidak akan tenaga tenang.

*

"Neng Arin!"

Itu suara teh Lilis, ketukan pintu dapat Arin dengar di bilik kamar mandi. Baru saja sampai dan langsung membersihkan tubuhnya dari rasa lengket. Segar sekali kalau malam-malam begini kulitnya menyentuh air.

"Iya ada apa teh?"

"Itu, gamis punya teteh tos beres belum? Soalna mau di pake isukan isuk ke kondangan. Hehee."

Arin lupa, tapi untunglah setiap ada pelanggan yang menjahit Arin tidak pernah mengulur waktu. Arin tahu, waktunya tidak banyak, Daniel dengan segala kekuasaannya pasti menguras habis waktu yang Arin punya. Makanya kalau arin sudah terima kain-kain yang perlu dijahit, langsung dia kerjakan saat itu juga.

"Ini, maaf ya teh. Tadi Arin sempet lupa."

"Ya gapapa atuh. Santai ajah. Oh ini neng tadi teteh masak endog balado kebanyakan, bisi orang rumah gak bisa ngabisin kan mubadir. Dimakan'nya."

Dari beberapa tetangga sekitar rumah usang ini, hanya teh Lilis yang perhatian. Baru saja Arin ingin memanaskan air untuk merebus mi instan, tapi sepertinya urung karena ada telur balado buatan teh Lilis yang begitu menggoda. Warnanya yang merah sedikit kekuningan menjadikan dua butir telur itu sangat menggiurkan.

"Itu di handapna juga ada nasi. Neng Arin pasti teu acan masak nasi'nya? Maaf'nya teteh ganggu malam-malam begini, soalna besok bajunya mau di pake, tadina sore mau ngambil tapi neng Arin belum pulang."

Teh Lilis tidak suka menghakimi seperti tetangga sekitar pada umumnya. Mau Arin pulang kapanpun teh Lilis tidak pernah kompor seperti ibu-ibu yang biasa beli sayuran di Abang gerobakan. Atau Arin tidak tahu aja? Entahlah tapi Arin tidak pernah mendengar teh Lilis membicarakannya.

Usai mengobrol ringan dan berterima kasih, Arin menitip pesan pada teh Lilis sebelum dia pulang.

"Teh,.. besok malam. Arin mungkin gak pulang. Jadi kalau ada orang datang ke sini besoknya kasih tahu Arin ya teh?" Arin takut. Daniel pasti akan mencarinya. Kalau siang/di sekolah Arin masih merasa aman, sebab ada perjanjian kalau sekarang daniel tidak bisa mengganggu Arin pada waktu itu. Jadi kemungkinan banyak Daniel akan mencarinya pada malam hari. Semoga saja laki-laki itu tidak terlalu marah karena malam ini Arin tidak melayaninya.

Apa Arin harus izin dulu untuk besok malam? Tapi sudah kepalang tanggung. Arin sudah pasti tidak akan mendapatkan ijin.

Daniel sengaja. Biarkan saja Arin pergi toh nanti juga dia bakal balik lagi. Dengan satu kali klik. Para pengawal bokap pasti langsung tahu dimana keberadaan Arin. Tapi sekarang dia begitu malas. Biarkan saja Arin bebebas walau hanya sebentar. Nanti setelah Arin Kembali, jangan harap waktu tirahat akan ada.

Tidak apa! Arin tahu Daniel pasti akan menghukumnya.

Tangan Arin dengan cepat memasukan kartu hpnya yang dia buka di rumah pohon dan belum sempat memasukannya kembali.

Suara notifikasi masuk. Tangan Arin dengan cepat membuka gawainya. Ternyata banyak sekali panggilan tidak terjawab dari Daniel, dan itu sangat membuatnya khawatir, takut dan juga bingung secara bersamaan.

Ting...

Satu notifikasi pesan, masuk dari dari pak Arfan. Entah kapan mereka saling bertukar nomor.

Wali kelas
/Tidur! Besok malam kita butuh tenaga ekstra.

Wali kelas/Tidur! Besok malam kita butuh tenaga ekstra

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
BEKAS [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang