26. Kecelakaan

476 34 10
                                    

Azkia masih berada di dalam ruangan Zain. Pria itu melarangnya untuk pulang ke rumah sekarang. Dengan alasan masih ingin bersamanya.

"Terus nanti aku dimana selama kamu meeting?"

"Kamu di ruangan aku aja, meetingnya nggak akan lama kok sayang." Ujar Zain agak merengek.

"Nggak ah, aku mau pulang aja."

"Nggak! Jangan pulang, kamu disini aja." Tolak Zain menggenggam kedua tangan Azkia.

"Nggak mau, nanti kalau ada yang datang kesini gimana?"

"Nggak akan sayang. Di depan ada bodyguard aku, nggak bakal ada yang ganggu."

"Kalau bodyguard kamu yang ganggu aku, gimana?"

"Astaghfirullah nggak mungkin sayang, dia nggak akan lakuin hal yang aku larang. Udah, kamu disini aja ya? Sebentar doang kok."

Azkia menghela nafas. "Yaudah iya, aku disini."

Zain tersenyum senang, ia mencium pipi Azkia secara tiba-tiba dan langsung berlari keluar karena sudah terlambat untuk meeting.

"Bisa banget bikin jantung gue nggak normal."

•••••••••••••••••••••••••••••••••

Sudah lebih dari satu jam Zain meeting dia bilang cuma sebentar, tapi ini sangat lama dan membosankan bagi Azkia. Sudah beberapa kali juga ia mengelilingi ruangan Zain yang besar, namun pria itu belum juga kembali.

Drt drt

Ponselnya berdering, Azkia tersenyum saat yang menelponnya itu adalah bundanya. Ia segera menekan tombol hijau untuk membuka sambungan telpon itu.

"Assalamualaikum bunda, ad----"

"Kia, Kia cepat datang ke rumah sakit." Ujarnya dengan nafas tersengal.

"Bund? Bunda kenapa?" Tanya Azkia khawatir.

"Kia Abang kamu, hiks,"

"Kenapa sama Abang, bund? Ada apa?"

"Nana sama Abang kamu kecelakaan Kia, tabrak lari." Jelasnya menahan tangis.

Azkia menutup mulutnya dengan telapak tangannya. "Astaghfirullahalazim, rumah sakit mana bund?"

Rita memberitahu di rumah sakit mana anak dan menantunya itu dibawa. "Iya bunda Kia segera kesana." Ujarnya menutup telponnya.

Azkia segera mengambil tas selempang nya dan berjalan cepat keluar ruangan Zain. Baru saja keluar, dua bodyguard yang Zain perintahkan itu menghadang jalannya.

"Awas! Gue harus pergi!" Titah Azkia kesal.

"Maaf nyonya, tuan Zain memerintahkan kami untuk menjaga nyonya." Ujar salah satu bodyguard bertubuh besar itu sembari menunduk.

"Minggir!"

"Maaf nyonya, tolong dengarkan kami. Tuan Zain melarang nyonya untuk keluar ruangan ini sebelum tuan kembali."

"Apa nyonya perlu sesuatu? Biar kami yang ambilkan untuk nyonya." Ujar satu bodyguard lainnya.

"Gue mau ke rumah sakit! Biarin gue keluar." Titahnya muali emosi.

Luka dan Kamu [ END ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang