9. Berubah,

408 38 8
                                    

Maaf maaf guys, dialog di bawah ini plissss jangan banget di contoh ya, jangan di jadikan pelampiasan kalo kesel, jangan pake bahasa itu ya, saya gak mau ikut di seret ke neraka:) saya udah ingetin loh ya

°°°

Bugh

"udah gue bilang, Dia gak boleh mati! Kenapa lo buat dia mati Bangsat!"

"M-maaf bos, gue gak sengaja buat dia mati." Ujarnya sembari mengusap darah yang keluar dari mulutnya akibat pukulan tadi.

"Gak sengaja gimana sih?! Jelas-jelas lo yang nabrak dia tolol!" Tungkas pria itu emosi.

"Pergi!" Titahnya dengan dada naik turun menandakan bahwa emosinya masih naik.

"Bajingan!" Desisnya menendang pria tadi.

"Gue bilang pergi ya pergi anj**" pekiknya langsung membuat pria tadi pergi dengan segera dan ketakutan.

"Gue gak bunuh Azry,"

"Dia, dia yang bunuh Azry, bukan gue." Ujarnya sedikit merasa ketakutan.

"Tapi, ada untungnya juga dia mati," pria itu mengeluarkan senyum smirk.

"Saingan gue berkurang."

•••••••••••••••••

"Maafin Kia bunda, karena Kia bunda jadi sakit kayak gini."

"Bunda gak papa nak,"

"Badan bunda panas gini bund, kita ke rumah sakit ya?"

"Enggak, bunda udah gak apa-apa."

"Bunda, bunda itu demam. Ayok kita ke rumah sakit aja." Melas Azkia. Bundanya jadi demam begini ulah dirinya yang terlalu terlarut dalam kesedihan.

"Bunda udah baikan sayang, nanti siang juga udah sehat kok,"

"Bunda udah sembuh liat kamu balik lagi kayak dulu, terus tersenyum ya sayang." Lanjutnya mengusap pipi Azkia.

"Bunda..." Mata Azkia berkaca-kaca hendak menangis namun langsung di tahan oleh Rita.

"Kalian belum sarapan kan?" Ya, tadi mereka memang belum sarapan karena Azkia yang ingin menemui bundanya terlebih dahulu.

Ketiganya kompak menggeleng membuat Rita terkekeh.

"Yaudah, ayok sarapan dulu. Eh, tapi bunda belum masak, maafin bunda ya?"

"Gak papa bund, Azam udah masak kok." Ujar Azma memberi tahu.

"Nasi goreng spesial ala chef abal-abal," timpal Azkia.

"Bang Azam." Lanjutnya seolah-olah mempersembahkan sesuatu.

"Tapi ayah gak yakin bund, masakan si Eceng gondok ini enak." Keluhnya melirik Azam yang sudah menampilkan wajah masamnya.

"Belum di coba juga, udah ngeluh aja." Cibir Azam.

"Kenapa sih, kerjaan kalian berantemmm terus?" Jengah Rita menghadapi kedua laki-laki itu.

"Gak tau." Jawab mereka bersamaan.

"Zam, bunda khawatir deh kalau kamu punya anak nanti, apalagi kalau anaknya laki-laki."

Luka dan Kamu [ END ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang