24. Pindah rumah

468 39 21
                                    

Malam ini, sehabis magrib Zain dan Azkia memutuskan untuk pindah ke rumah Zain. Tinggal bersama, berdua.

"Kenapa harus sekarang banget sih? Besok pagi aja pindah nya, ya?" Bujuk Rita, karena keputusan Zain yang mendadak.

"Banyak pekerjaan kantor yang harus di selesaikan semuanya besok bunda, makanya Zain memutuskan untuk pindah malam ini. Agar nanti Kia juga tinggal istirahat besoknya, nggak terlalu capek." Jelas Zain. Memang banyak pekerjaan yang tertunda selama kehilangan Azam.

"Tapi nggak malam juga Zain, kan waktunya istirahat masa di buat beres-beres rumah?"

"Tinggal beberapa yang belum beres bunda, selebihnya sudah beres semua." Ujar Zain menarik dua koper di tangannya menuju mobil.

"Bunda, Kia pasti kangen banget sama bunda. Kangen masakan bunda," ujar Azkia memeluk Rita.

"Karena emang kamu nggak pernah masak." Cibir Rita melepas pelukannya.

"Ish bunda mah,"

"Kia, jaga diri ya. Nurut sama suami, jangan suka bantah." Pesan Rama mengelus kepala Azkia.

"Siap ayah!"

"Kia," panggil Azam. Azkia mendekat dan Azam langsung memeluknya.

"Jaga perasaan Zain ya, jangan kecewain dia. Gue yakin, lo pasti bisa." Ujarnya pelan.

Azkia mengangguk dan tersenyum. "Pasti bang, gue pasti usaha."

"Tapi, gue boleh kan, ajak dia ke makam Azry? Kenalin dia sama Azry?" Lanjut Azkia.

Azam tersenyum tipis dan mengangguk. Mereka melepas pelukannya. Azkia pergi setelah Azam mengusap kepalanya.

"Baby, nanti aunty kesini lagi setelah kamu lahir ya. Cepat lahir, biar bisa main sama aunty." Seru Azkia senang sembari mengelus perut Haina.

"Kami pamit ya, jaga kesehatan semuanya." Ujar Zain setelah menyalimi kedua mertuanya.

"Jagain Kia ya Zain, awasi terus. Kia agak bandel orangnya." Ujar Rama melirik Azkia.

"Nggak bandel ayah," rengek Azkia.

"Pukul aja Zain kalau nakal." Timpal Rita membuat Azkia melebarkan matanya.

"Zain nggak akan pernah sakiti wanita Zain," ujar Zain membuat Azkia malu.

"Duh, wanita nggak tuh." Goda Rita mencolek dagu Azkia, membuatnya semakin malu.

"Udah udah udah, itu pipinya udah merah tuh. Blushing lo Kia?" Tanya Azam tertawa. Semuanya tertawa saat Azkia membuang mukanya ke sembarang arah, asalkan tidak menatap mereka.

"Ayah, Bunda, Zain sama Kia berangkat sekarang ya? Biar cepat beres juga di rumahnya." Ujar Zain karena sudah hampir isya.

"Oh, yasudah. Kalian hati-hati ya di jalan."

"Langsung istirahat kalau udah beres ya Zain, Kia." Tutur Rita.

"Iya langsung istirahat tuh, dengar!" Ujar Azam seperti nada sindiran.

"Ya istirahat lah, mau apa lagi coba?"

"Duh Kia, lo nggak bakal tau apa isi pikiran cowok." Ujarnya lagi menatap jahil Zain. Yang di tatap hanya menatapnya tajam.

"Nggak usah kotori otak istri gue, lo!" Tajam Zain.

"Dih, dikira gue sepolos itu apa." Gumam Azkia terkekeh geli.

Azkia dan Zain masuk mobil dan melambaikan tangannya saat mobil sudah mulai jalan.

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh!"

Luka dan Kamu [ END ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang