19. jangan pernah pergi...

535 47 6
                                    

"kamu senang?"

Azkia mengeryit. Apa maksudnya tiba-tiba Zain bertanya ini?

"Maksudnya?"

"Aku senang, menikahi orang yang aku cinta. Tapi kamu? Saya bukan orang yang kamu cintai." Lirih Zain di akhir kalimatnya.

Hatinya sedikit sakit kala mendengar kalimat akhir yang Zain katakan. Ia mengusap rambut hitam Zain dengan lembut.

"Azkia, bisa kamu berusaha mencintai saya? Dan, saya mohon, jangan pernah tinggalkan saya..."

"Kak, satu detik setelah kamu menyebut namaku seraya menjabat tangan ayahku. Setelah kata sah itu terucap oleh para saksi, maka disitulah usahaku untuk mencintai kamu di mulai."

"Aku yang seharusnya meminta, jangan pernah meninggalkan aku sendiri lagi?" Azkia menatap intens Zain. Berharap, pria itu tidak meninggalkannya. Ia tidak mau lagi merasakan sesaknya di tinggal kekasih yang ia cintai.

Walaupun belum ada cinta untuk Zain, tapi ia adalah suaminya. Apakah ia rela jika suaminya pergi meninggalkannya? Ia rasa, ia tidak akan pernah rela.

"Terus di samping aku,"

Zain tersenyum, mengusap pipi lembut Azkia dari bawah. "Aku akan selalu di samping kamu, sampai maut yang memisahkan."

Azkia menaruh telunjuknya di depan bibir Zain dan menggeleng pelan. "Jangan pernah mengatakan soal kematian,"

"Aku takut..."

"Ada aku, sayang."

Tolong! Siapapun tolong Azkia. Dirinya sudah blushing sekarang.

"Kenapa pipinya merah?" Tanya Zain mencolek pipi Azkia, tepatnya menggoda.

"Apaan sih ish colek-colek lagi!" Azkia membuang mukanya enggan menatap Zain. Yang ada pipinya semakin merah jika ia menatap mata Zain.

"Kenapa sih sayang, kenapa, hm? Sini cerita sama aku."

"Cantiknya aku?" Panggil Zain lembut.

"Kok malah buang muka sih?" Orang jail kadang nyebelin ya? Orang udah blushing malah di tambah gombalan mautnya.

"Aaaaaaaaaaa lo nyebelin banget sihhh!" Azkia tak kuasa menahan ke-blushingan ini. Malu malu. Ia memejamkan matanya erat karena malu.

"Hei, enggak lo-gue lagi. Pakai aku-kamu."

"Terserah gue lah. Lagian nyebelin banget lo."

"Sayanggg," rengek Zain mengeluarkan puppy eyes nya, membuat Azkia melongo. Ini Zain? Merengek?

Impossible.

•••••••••••••••••••••••••••••

"Eh, Zain mana? Lama banget nemuin Kia doang sampe sekarang belum balik lagi." Protes Rita.

"Apa jangan-jangan mereka..?" Daril memasang wajah sok shock nya.

"Bund, coba samperin ke kamarnya. Lagi ngapain coba mereka, lama banget" titah Rama.

Rita berjalan mulai menaiki tangga menuju kamar putri nya.

Rita memutar knop pintu kamar Azkia tanpa mengetuk. Alangkah terkejutnya ia melihat sang putri yang tengah mengusap rambut suaminya yang kini sedang berbaring di atas pahanya.

"Astaghfirullahalazim" gumam Rita gemas.

Mereka belum juga sadar akan kehadiran sang bunda. Masih dengan posisi yang sama, tapi kini Zain mulai mencubit pipi istrinya dari bawah.

Luka dan Kamu [ END ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang