43. Extra part

1K 56 3
                                    

14 tahun kemudian.

"Jangan pernah menghiraukan perkataan orang lain yang merendahkan kamu. Kamu harus menjadi lelaki yang kuat. Kamu harus bisa membuktikan, bahwa kamu adalah orang yang hebat. Kamu memiliki cinta dan kasih sayang dari ayah kamu, yang tidak akan pernah bisa orang lain rasakan."

"Sakha, kamu punya Bunda, punya kak Ana juga. Kamu nggak boleh sedih."

"Kak Ana udah pernah ngerasain kasih sayang Ayah, Bunda. Sedangkan Sakha nggak pernah sama sekali...!" Ujarnya menahan air mata.

Azkia juga sama, ia menahan air matanya.

"Sakha mau ketemu Ayah, Bunda. Sakha mau lihat Ayah, walau dalam mimpi. Sekali Aja Bunda, Sakha mau ngerasain pelukan Ayah..."

Azkia menarik Sakha dalam pelukannya. Ia menangis, begitupun Sakha.

"Maafin Bunda, sayang." Lirihnya mengusap punggung Sakha. Sakha terisak dalam dekapannya.

"Hiks, Sakha kangen Ayah. Sakha mau ketemu Ayah..."

"Sakha..." Hazna mengusap pundak Sakha, ia menariknya ke dalam dekapannya.

"Nangis aja, nggak apa-apa Sakha."

"Sakha kangen Ayah," gumamnya.

"Kakak ngerti."

Hazna membiarkan Sakha menangis sepuasnya dalam dekapannya. Sesekali ia mengusap lengan sang Bunda yang menahan tangis.

Setelah cukup lama, Sakha menjauhkan dirinya dari Hazna, ia memeluk Azkia.

"Maafin Sakha, Bunda." Lirihnya.

Azkia menggeleng. "Nggak Sakha, nggak apa-apa."

Sakha mengusap air Azkia dan juga dirinya.

"Sakha janji, Sakha akan menjadi laki-laki yang kuat dan hebat, seperti Ayah."

Azkia menangis terharu. Hazna dan Sakha, kedua anak yang ia besarkan penuh dengan kasih sayang guna menggantikan posisi sang Ayah.

Mereka bertiga berpelukan. Mereka bahagia hidup bertiga, walau pasti ada rasa sesak karena kurangnya sang Ayah.

••••••••••••••••••••••••••••

"Jadi, nanti lo nggak bawa orang tua dong? Kan lo nggak punya Ayah."

Sakha menatap dingin pada teman lelakinya. "Gue masih punya Bunda dan kakak gue."

Sakha kembali berbalik, menatapnya tajam. "Dan ya, lo harus tau,"

"Gue, punya Ayah!" Eja nya.

"Ayah lo itu udah meninggal waktu lo lahir, iya kan?" Ucapnya meremehkan.

"Raga Ayah gue emang udah di kubur. Dan kasih sayang orangtua kalian, nggak akan sebanding dengan kasih sayang Ayah gue!"

"Gimana lo mau ngerasain kasih sayang, Shak? lo aja nggak pernah liat Ayah lo!" Ujar teman satunya.

"Ayah gue udah meninggal, bukan berarti gue nggak ngerasain kasih sayangnya." Ujarnya dingin, menatapnya tajam.

"Gue masih punya Bunda dan kakak perempuan gue, yang kasih sayangnya, melebihi orangtua lo semua." Ujarnya tajam.

"Lain kali, jaga ucapan lo semua!"

Luka dan Kamu [ END ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang