23. Berusaha mencintai

450 44 10
                                    

"Mau kemana?" Pekik Zain dari dalam kamar mandi.

"Mau kebawah doang kak!" Balas Azkia memekik. Ia hanya ingin turun ke dapur, ada Umi dan bunda yang tengah memasak kue.

"Posesif banget nih cowok." Cibir Azkia keluar dari kamar.

"Jangan lama-lama!"

"Astaghfirullah kak, cuma di dapur doang!"

"I love you, sayang!" Zain tersenyum kecut, istrinya itu tak membalas ucapannya.

••••••••••••••••••••••••••••••

"Umi, Nana mana?" Tanya Azkia yang tak mendapati sahabatnya. Biasanya bumil satu itu sudah duduk manis di meja makan jam segini.

"Ke bandara." Jawabnya singkat.

Azkia mengeryit. "Ngapain ke bandara Mi?"

Umi Nisa menghedikan bahunya sambil menghela nafas. "Katanya maunya dedek bayi."

Azkia berjalan dengan beberapa camilan di tangannya. Ia duduk di sofa sambil menonton tv. Ku kira dia mau bantuin masak, ternyata cuma ngemil.

••••••••••••••••••••••••

"Aku kangen sama kamu..."

"Kenapa lama banget baru pulang? Hiks." Wanita itu menangis dalam dekapan sang suami.

"Maafin aku sayang, maafin aku." Lirihnya memeluk wanitanya.

Pria itu berjongkok, menyamaratakan tingginya dengan perut wanitanya.

Ia mengelus lembut perut besar itu. Lalu ia menciumnya penuh kehangatan. "Maafin Abi ya nak? Maaf, baru bisa elus kamu sekarang."

"Makasih, sudah jaga umma kamu selama Abi nggak ada." Ujarnya lagi kembali berdiri dan mencium dahi Haina.

"Kita pulang ya sayang, aku kangen mereka." Ujar Azam.

Ia telah kembali, kepada keluarga dan cintanya.

••••••••••••••••••••••••••

Lama ia asik dengan tontonannya, tiba-tiba saja Rita berceletuk sambil berjalan.

"Eh mantu bunda. Ada apa nih? Sumringah banget kayaknya mukanya." Rita berjalan menghampiri Haina dengan mata sipit seperti orang yang tengah tersenyum.

Azkia melirik dan mendapati Haina di yang tengah berjalan bersama Rita.

"Iya, aku senang banget bunda." Ujarnya.

Rita menatap heran menantunya ini. Matanya teralihkan dengan kedatangan pria yang memakai jeans hitam, kaos hitam dan jaket yang di sampirkan pada kopernya.

"Azam?" Lirih pria yang berdiri di anak tangga terakhir rumah itu, Zain.

Rita diam, matanya memanas melihat pria yang selama ini ia rindukan. Azkia menegakkan duduknya, menatap intens pria di samping Haina.

Azam menyalimi Rita yang masih saja menatapnya sembari menangis.

"Na udah pulang? Ini kue---" umi Nisa juga terpaku melihat siapa yang datang.

Luka dan Kamu [ END ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang