3. Cinta? Serius?

398 39 5
                                    

Assalamualaikum

Happy reading all

"Ikut gue!" Azkia tersentak kaget saat ada tangan yang mengenalnya kuat dan menariknya hingga membuatnya sontak berdiri.

"Deon lepasin, sakit." Rintih Azkia saat berusaha melepaskan kepalannya.

"Ikut gue sebentar." Deon sama sekali tak memperdulikan Azkia yang tengah merintih kesakitan, ia terus menarik lengan itu.

"Deon sakit." Lirihnya tak kuat melawan tenaga Deon yang jauh lebih besar darinya.

"Akh." Azkia tersungkur kedepan karena Deon yang mendorongnya sedikit kasar.

"Lo apaan sih?!" Sungut Azkia sembari merapihkan roknya yang kotor. Deon berjongkok di hadapan Azkia, dan menatapnya intens.

"Kenapa lo terus tolak cinta gue?" Tanya nya penuh penekanan.

"Cinta? Bukan cinta yang ada di mata lo! Tapi obsesi." Azkia terkekeh sinis dan mulai berdiri.

"Gue cinta sama lo Ki," Lirih Deon menunduk. Tapi tak lama dari itu, ia langsung mendonggak kembali dan menatap tajam Azkia.

"Lo harus jadi milik gue!" Tekannya.

"Gue yang punya hak untuk memutuskan." Tegas Azkia tanpa ada rasa takut sedikitpun.

"Tapi lo harus jadi milik gue, dan lo gak akan bisa nolak!"

"Gak ada yang bisa miliki lo, selain gue." Ujar Deon tersenyum evil.

"Egois." Desis Azkia meninggalkan Deon.

"Gue egois karena gue cinta sama lo, Azkia Salsabila!" Pekik Deon di akhiri tawa sinisnya.

"Itu bukan cinta!" Balas Azkia tak kalah berteriak.

•••••••••••••••••••

"Azkia," panggil seseorang yang membuat Azkia terkejut dan langsung menoleh ke arah sumber suara.

"Azry?" Azkia tersenyum.

"Bisa saya bicara denganmu?" Tanya Azry sesekali melirik Azkia menggunakan ekor matanya.

"Ya? Mau ngomong apa?" Kebetulan, disini tidak terlalu ramai. Azry juga tidak ingin jika hanya berdua dengannya. Jadi ia memutuskan untuk berbicara disini saja.

"Saya hendak serius padamu, Azkia." Ujarnya membuat Azkia menautkan kedua alisnya.

Wait,

Apa ini? Apa maksud Azry berbicara seperti itu padanya?

"Maksud, kamu?" Entah Azkia yang bodoh atau memang apa, tapi ia benar-benar tidak mengerti.

"Azkia, saya mau jujur. Semenjak kamu membantu saya saat itu, saya mulai merasakan sesuatu yang berbeda saat denganmu. Dan saya juga mulai sadar bahwa saya menyimpan rasa terhadapmu. Saya lebih memilih mencintaimu dalam diam, dan terus menyebutmu dalam doa saya. Maka saya putuskan hari ini, untuk berbicara tentang ini denganmu." Tuturnya terdengar sangat tulus.

Luka dan Kamu [ END ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang