42. Dia Kembali || (END)

829 45 6
                                    

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh,"

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh."

Zain membalikkan badannya dan menyodorkan tangannya agar Azkia menyaliminya. Azkia menyambut hangat tangan suaminya, ia menciumnya lembut.

Zain mendekatkan dirinya pada Azkia. Merangkulnya sebentar, lalu mencium keningnya lembut. Ia mengusap kepala Azkia yang terhalang mukena, lalu turun mengusap pipinya.

"Kamu jaga diri baik-baik ya?"

Azkia mengeryit. "Kamu mau kemana? Selama ada kamu, aku pasti akan baik-baik aja."

"Jaga anak kita, jadi ibu dan ayah yang baik dan hebat untuk mereka." Ucapnya sembari mengusap perut istri.

"Hazna dimana, sayang?"

"Kamu lupa? Hazna kan lagi nginep di rumah om nya."

Zain terkekeh. "Oh iya, lupa. Hari ini mau pulang?"

"Katanya mau sampai besok. Keasikan main tuh dia sama sepupunya." Zain hanya mengangguk.

"Nanti sore, kita liat senja, mau?" Azkia mengangguk antusias. Ia memeluk Zain.

•••••••••••••••


Seperti yang di katakan Zain, sore ini mereka berdua tengah menikmati senja yang sedikit mendung. Di kursi taman rumah mereka dengan suasana tenang. Azkia menyandarkan kepalanya di bahu Zain.

"Aku harap kamu tidak menanyakan hal terindah yang pernah singgah di kehidupanku, karena jawabannya adalah kamu." Ujar Zain.

"Terimakasih, telah menjadikan aku cinta terakhirmu. Telah menjadikan aku lelaki paling beruntung karena bisa mendapatkan kamu."

"Terimakasih, kamu telah mengajariku tentang kesabaran, hingga berbuah sesuai dengan apa yang di inginkan."

"Aku akan terus mencintaimu, dimanapun dan kapanpun itu."

"Terimakasih, telah menjadi cinta pertama dan terakhir di hidupku. Dan terimakasih, telah menjadi satu-satunya yang mengisi hatiku." Ujarnya mengusap kepala Azkia.

"You're the only one who really touches my heart."

"I'm really, really love you."

"Kak, kalau anaknya perempuan, gimana?" Tanya Azkia.

"Maka aku akan sangat menyayanginya."

"Kalau laki-laki?"

"Beri dia nama Sakha."

"Aku harap, dia bisa menjaga kamu nanti. Bisa menjadi pemimpin yang baik bagi kamu dan juga kakaknya."

"Kamu yang harus kasih namanya langsung." Seru Azkia.

Zain terkekeh, ia menyandarkan kepalanya di bahu Azkia. Tangannya mengusap-usap perut besar sang istri. "Aku sangat menyayangi kamu, Hazna, dan calon adik Hazna."

"Aku tidur ya, sayang?" Zain memegang dadanya—sedikit meringis.

Azkia mengangguk, "Tidur yang nyenyak, Habibi."

Zain tersenyum. Ia mulai memejamkan matanya seraya menghirup aroma tubuh sang istri yang pastinya selalu membuat candu dan sangat dirindukannya.

Setelah cukup lama tidak ada pergerakan dari sang suami, Azkia mengusap kepalanya begitu lembut, "Sayang, kamu udah tidur ya? Cepat banget nyenyaknya." Ia terkekeh.

Luka dan Kamu [ END ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang