28. Kerja sama Deon Sherlyn?

460 35 16
                                    

Selesai resepsi yang melelahkan itu, Azkia dan Zain langsung memasuki kamar mereka dan membersihkan dirinya.

Azkia sudah duduk manis di atas sajadah dengan mukena nya yang sudah rapih di pakainya. Zain keluar dengan rambut basah setelah berwudhu. Ia berjalah ke arah sajadahnya dan memakai sarungnya.

Azkia masih memperhatikan pahatan wajah suaminya yang tampan itu. Cowok kalau abis wudhu emang berdamage ya besti.

"Hei, ayo sholat. Malah ngeliatin aja." Tegur Zain membuat Azkia sadar dari tatapannya.

"Iya tau ganteng kok." Lanjutnya pede.

"Dih." Cibir Azkia mulai berdiri.

Mereka mulai melaksanakan sholat isya bersama.

Beberapa menit berlalu, mereka selesai menunaikan ibadah wajib itu.

Azkia duduk bersandar pada kepala kasur, Zain menyusulnya. Ia memeluk Azkia.

"Aku mau kamu," bisik Zain hampir tak terdengar.

Azkia menangkup wajah Zain. Ia tersenyum, dan mengangguk. Zain terkesiap, ia duduk dengan tegap dan menatap Azkia intens.

"Ini hak kamu, udah kewajiban aku memberikannya pada kamu." Bisik Azkia lembut.

"Yakin?"

Azkia mengangguk. "Aku yakin. Dan semoga dengan ini, aku bisa mencintai kamu."

Zain memeluk Azkia.

••••••••••••••••••••••••••••••••••••

Deon berjalan sendirian di sekitar taman. Ia tengah menata hati ea wkwk.

Deon masih galau karena ditinggal nikah oleh wanita yang ia sukai, yang ia kejar-kejar dahulu.

Rasa ingin menyerah, namun ego Deon terlalu besar, ia masih ingin memilikinya. Entah ia bisa melupakannya ataupun tidak, tapi saat ini ia masih menyukainya.

"Kenapa lo nggak nikah sama gue aja sih Ki? Terus, Azry mati ataupun enggak, apa bedanya buat gue? Kalau gue tetap nggak bisa miliki hati lo." Gumam Deon menendang-nendang kerikil kecil di jalanan.

Ia duduk di tepi jalanan yang sepi itu. Malam ini cukup sepi, namun bulan tetap menyinari.

"Galau ya?"

Deon terkejut tiba-tiba ada yang duduk di sampingnya. Ia menoleh, gadis yang waktu itu ia temui di pernikahan Azkia.

"Lo?"

"Ngapain malam-malam gini di luar?" Tanya Deon tanpa melihatnya.

"Kamu juga ngapain malam gini di luar, sendirian?" Tanya balik Sherlyn membuat Deon sontak menengok.

"Gue cowok, dan lo cewek. Buat cowok, wajar aja jam segini masih diluar, sendirian, nggak akan ada yang ganggu juga kan?"

"Terus, bedanya sama perempuan?"

"Cewek itu udah harus di rumah jam sembilan malam begini, nggak baik malam-malam di luar sendirian. Kalau ada yang ganggu gimana? Bahaya buat cewek malam-malam gini sendirian di luar." Ujarnya menatap Sherlyn.

"Kamu cukup perhatian." Pujinya yang tak di gubris Deon.

"Mending lo pulang." titah Deon yang mulai berdiri ingin beranjak pergi.

Luka dan Kamu [ END ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang