"Selamat pagi anak-anak.""Pagi pak!!" Ucap semuanya.
"Untuk hari ini masih belum ada pembelajaran jadi hari ini bapak bebaskan kalian dari pembelajaran, sekian dari bapak terimakasih."
"Baik pak," ucap semuanya masih santai, biasanya para siswa langsung bersorak gembira karena tidak ada pembelajaran. Tapi beda lagi di sekolah ini, mereka nampak biasa saja dan acuh.
Bukan tak senang karena tidak ada pembelajaran pembelajaran, tapi mereka tau aturan dan sangat di didik keras tentang sopan santun di sekolah ini. Percuma nilai besar di atas KKM semua tapi tidak punya Etika sungguh menyedihkan sekali.
Jadi saat guru itu keluar baru lah mereka bersorak gembira karena tidak ada pembelajaran hari ini. Ada yang lanjut bergosip karena tadi terpotong, bermain game, bernyanyi di iringi dengan suara gitar, nobar, dan hal lainnya.
"Eh kalian tau gak sih si Hel kemaren tawuran lagi?" Tanya teman Agis.
"Yang mana?" Tanya Agis karena baru mendengar orang yang namanya Hel itu.
"Itu loh yang tingginya nyamain tiang listrik."
"Lo nya aja kali yang kependekan," ucap temannya Agis yang lain.
"Yes beneran Sal, iya sih dia ganteng tapi kelakuannya anjir gila, kaya pengen di jadiin rendang sama emak gue."
"Emak lo psikopat dong?"Agis terlihat begitu panik saat mendengar ucapan temannya.
"Ya gak gitu juga kali Gis, meskipun emak gue suka mukul pantat gue kalo dia marah emak gue gak bakalan berani ngebunuh orang."
"Ya gue kira kan emak lo----"
"Sstttt udah kita kan lagi ngebahas si Healvito--"
"Ngapain kalian semua ngomongin gue? Mau cari ribut?" Ucap seseorang saat di belakang Agis, sungguh satu kelas yang awalnya ribut kaya di pasar kini sepi seperti di kuburan.
"Eh Hel ngapain lo di sini? Bukannya kelas lo ada di atas ya?" Tanya Tan Agis sambil cengengesan.
"Lo?!" Agis berteriak sambil menunjuk orang yang ada di depannya. Dan juga orang-orang yang ada di belakang orang itu sepertinya menjadi pusat perhatian Agis karena woy karena ada yang ganteng satu, sepertinya Agis harus menjaga image di depan orang itu.
"Tarsius diem," Hel malah mendorong Agis ke belakang.
"Heh!! Tarsius Tarsius, gue punya nama ya," Agis terlihat sangat murka dengan tingkah Hel yang sangat menyebalkan menurut Agis.
"Lo tau gak kenapa gue manggil Lo tersius?"
Agis nampak terdiam tidak menjawab pertanyaan Hel.
"Kan Tarsius itu punya tulang tersal yang panjang, sedangkan kamu punya rasa cinta kepada ku yang terus panjang sampai kakek nenek," ucap Hel sambil mengedipkan sebelah matanya.
"EEEEEAAAAAAAA MANTAP BOS!!!" Ucap orang-orang yang ada di belakang, alias penguntit Hel.
"Idih gaje lo kaya Mr. Bean." Agis melipatkan tangannya di depan dada. Memutarkan bola matanya karena kesal.
"Ya udah, kalo kamu mau aku jadi Mr. Bean berarti kamu harus jadi Teddy nya, biar bisa aku peluk sama cium kamu terus."
Seisi kelas langsung tertawa terbahak-bahak karena ulah Hel barusan.
____________"Darah tinggi gue lama-lama Deket sama dia," Agis terlihat sangat kesal dengan ulah Hel di kelas tadi, untung saja tadi ada guru masuk ke kelas Agis.
"Haha ya gitu deh Gis."
"Eh eh liat itu si Aulia di hukum," ucap salah satu teman Agis sambil menunjukan tangannya ke arah lapangan dia bernama Risti, dan benar saja di sana terlihat salah satu siswi kelas Agis berlari mengelilingi lapangan.
"Aul! Lo kenapa di hukum?!" teriak Risti.
"Berisik lo, gue kesiangan," jawab Aulia dengan nada yang sedikit kesal.
"Oh kesiangan, pantesan gunungnya up and down mulu," ucap Agis tanpa ada filter sedikit pun, tapi dia terlihat sangat watados sekali pemirsa.
Ke dua teman Agis menahan tawa karena otak mereka seolah mendapatkan sinyal 5G.
"Maksud lo?" Aulia berhenti di hadapan Agis dan teman-teman nya.
"Gue cuma ngingetin, kalo ke sekolah itu pake BH biar gunung lo gak up and down."
"Lo----" Aulia terlihat sangat kesal dengan Agis, dan hampir saja Aulia menampar Agis tapi tangannya di tahan.
"Siapa lo?"
"Bang De...Defan," lirih Risti saat melihat Devan memegang tangan Aulia yang hendak menampar Agis.
"Tangan lo terlalu kotor buat nyentuh tubuh Adek gue!" Ucap Defan dengan tegas dan penuh penekanan.
"Lepas! Adek lo yang udah keterlaluan!" Aulia melepaskan tangannya dari Defan.
"Keterlaluan?" Defan menatap Aulia dengan tatapan yang sangat mengerikan seolah dia ingin memakan Aulia saat ini juga.
"Dia fitnah gue Def--"
"Fakta kok di bilang fitnah, apa jangan-jangan yang haram juga lo bilang halal?"
"Ap---"
"Dasar jalang, gue tau semua kartu lo," ucap Defan dengan sedikit berbisik, namun Aulia terlihat sangat kesal sekali.
"So bisa gue laporin lo ke kepsek--"
"Jangan, plis Def, jangan laporin gue."
"Gimana ya? Dek menurut lo gimana?" Defan menatap Agis.
"Terserah lo sih bang."
"Okey, gue gak bakalan laporin lo, tapi ada syaratnya, gimana kalo lo jangan pernah sekali pun menganggu Adek gue, kalo Lo berani mengganggu Adek gue apalagi nyentuh adek gue sampai lecet, gue bongkar semua kartu lo, terutama keperawanan lo yang udah di rebut sama ratusan cowok."
"I....i..iya gue, gue setuju."
____________________________________
Huhuuuyy...
Jangan lupa vote dan komen ya haha sumprit ini author ya nulis kek gini tuh rasanya aneh banget tau gak sih, biasanya AU bikin yang basa aja tau tapi ini tuh kek ah ya gitu deh...
KAMU SEDANG MEMBACA
ABHIPRAYA
Teen Fictionkunang-kunang di malam hari, sebagai "Blue Night". Malam yang sendu dan suram. Malam-malam penuh cahaya alam nan natural dan syahdu kini tergantikan cahaya lampu yang gemerlapan dan masif, yang justru disinyalir sebagai salah satu faktor penyebab ke...