27.

39 3 0
                                    


"AKU TIDAK SETUJU!!"

"SADAR GISAN! HEL JUGA ANAK MU, ANAK KANDUNG KAMU, DIA YANG LEBIH BERHAK ATAS KASIH SAYANG KALIAN BUKAN DIA YANG CUMA ANAK PUNGUT!"

"SIAPA? SIAPA YANG ANAK PUNGUT!! JUSTRU DIA YANG ANAK PUNGUT, AKU MENGAMBILNYA DARI JALANG DI CLUB MALAM!"

PLAKK

"KAMU EMANG ORANG TUA BIADAB! KAMU GAK PANTAS DI SEBUT ORANG TUA!"

"CUKUP!"

"Asal lo tau, gue juga gak sudi tinggal bareng sama kalian lagi, dan satu lagi STOP BILANG IBU GUE JALANG! YANG JALANG DAN BAJINGAN TUH LO! LO YANG UDAH NGEHAMILIN CEWEK LAIN PAS ISTRI LO LAGI NGANDUNG ANAK LO!"

Bughh

"Jaga bicaramu! Tau apa kamu hah?! Kamu cuma bocah ingusan yang sekali tembak langsung mati!"

"Tembak, tembak gue sekarang juga kalo lo mau, gue juga udah capek hidup kaya gini! Gue nyesel karena udah terlahir dari keluarga ini!"

"Okey kalo itu mau kamu!" Gisan mengeluarkan pistol andalannya dari balik baju, dia langsung mengarahkan pistol itu tepat di kepala Hel.

"Berani kamu tembak Hel, saya bunuh dia," ucap nenek, nampaknya dia juga tidak kalah dengan Gisan, jika Gisan bisa membentak Hel, di juga bisa membentak Gabriel, jika Gisan berani menembak Hel, nenek juga berani untuk menembak Gabriel.

"Turunkan senjata mu!" Ucap nenek.

Dengan ragu Gisan menurunkan senjatanya, begitupun juga dengan nenek dia menurunkan senjatanya tapi dia malah mengambil pisau buah yang ada di dekatnya.

Srett

Satu lemparan pisau berhasil menggores lengan Gabriel.

"Jangan pernah macam-macam dengan Hel jika tidak ingin anak pungut ini mati dengan tersiksa!" Ucap nenek.

"Kita pulang," nenek menarik tangan Hel tapi anak itu masih diam di tempatnya sambil menatap Esa yang dari tadi hanya diam saja.

"Makasih makanannya."

"Satu lagi yang perlu kalian inget, ajal bisa menjemput siapapun dan kapan pun tanpa pandang bulu!"
____________

"Istirahat nenek temenin," ucap nenek, sekarang mereka sudah berada di kamar Hel, nenek sengaja menemani Hel karena nenek tau setelah ini pasti Hel akan ketakutan dan menangis, di saat seperti ini nenek tau jiwa laki nya pasti ciut, nenek yakin siapapun yang merasakan yang Hel rasakan pasti akan luruh, hatinya sakit bagaikan di iris dengan pisau tumpul.

"Masakan bunda tadi enak nek," ucap Hel sambil menyembunyikan wajahnya di bantal.

"Kamu suka? Mau lagi gak? Entar biar nenek yang nelpon esa buat bikinin kamu makanan?"

"Gak usah, dia pasti sibuk ngurusin anak kesayangannya."

"Ngg--"

"Hel ngantuk pengen tidur sama kakek," lirih Hel.

"Nenek gak bakalan ijinin itu, nenek sayang sama kamu, nanti kalo Hel duluan siapa yang jagain nenek Hem? Entar siapa yang rawat nenek kalo sakit? Ngehibur nenek kalo lagi sedih?"

"Kapan Gabriel pergi?"

"Secepatnya, kamu bersabar ya, nenek yakin pasti dia bakalan pergi dari keluarga kita."

"Biarin aja."

"Maksud kamu?"

"Hel kasian sama mereka, mereka gak bisa hidup tanpa Gabriel jadi biarin aja mereka senang dengan adanya Gabriel, Hel kan punya nenek."

ABHIPRAYA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang