Ke esokkan hari nya, sekolah masih nampak sepi karena sekarang masih jam pembelajaran. Seperti kelas Agis sekarang, suasana kelas begitu sangat sunyi kecuali guru yang sedang menerangkan pelajarannya.Setelah beberapa jam kemudian akhirnya bel istirahat berbunyi, mereka semua langsung bergegas menuju ke kantin untuk mengisi perutnya yang sudah keroncongan.
Sedangkan Agis dia duduk di bangku paling pojok bersama teman-temannya yang lain, sambil memakan makanannya mereka saling berbincang dan sesekali tertawa.
Namun berbeda dengan Agis, dia malah terdiam tak ikut bercanda ria bersama temannya yang lain, mata Agis terus melihat ke mana-mana seperti mencari seseorang.
"Tumben banget dia gak gangguin gue," batin Agis.
"Gis lo kenapa deh, dari tadi bungang-bengong?" Tanya Risti.
"Ah nggak kok gue gak papa," Agis sepertinya sedikit panik karena ketahuan berbengong, biasanya jika mereka sedang mengobrol Agis lah yang paling heboh, dan sering menjahili teman-teman nya tapi hari ini Agis sepertinya tidak mempunyai semangat hidup.
"Jangan bilang lo lagi nyariin si Hel ya?" Tanya Risti.
"What? Agis lo?"
"Gis lo kok gitu sih?"
"Gis beneran Lo cari si Hel?"
"Apaan sih kalian, gue gak nyariin dia, gue lagi nyariin bang Defan," ucap Agis.
"Alah alesan lo Gis."
"Ya udah kalo gak percaya, gue pergi dulu mau ke bang Defan," Agis langsung beranjak pergi.
Agis berjalan menyusuri lorong yang lumbayan ramai karena sekarang waktunya istirahat, dia berniat akan menemui Defan tapi.
"Eh bentar, kalo gue nanyain dia ke bang Defan entar gue malah di olok-olok lagi sama dia," Agis berhenti berjalan.
"Gak, gak, gak gue gak mau di olok-olok sama bang Defan," ucap Agis.
Namun saat dia berbalik badan tiba-tiba dia malah menubruk seseorang yang ada di belakangnya dan membuat dia mundur beberapa langkah, untung saja dia tidak sampai terjatuh.
"HEH KALO JALAN TUH PAKE MATA!!" Ucap Agis dengan nada yang tinggi. Dia tidak membuka matanya karena kepalanya sakit terbentur dada bidang seseorang.
"Berani kamu membentak saya Agis?!"
"Eh bapak, hehe lain kali kalo jalan tuh pake mata pak, bahaya kalo jalan gak pake mata entar bapak malah ke tabrak mobil lagi."
"Di mana-mana jalan pake kaki Agis," ucap guru itu dengan penuh penekanan dan gemas dengan tingkah Agis.
"Nah itu bapak tau, sayang pak udah sekolah tinggi-tinggi mata sama kaki aja kebalik," ucap Agis sambil cengengesan.
"Adek sama kakak sama aja bikin saya emosi, tadi kakak kamu yang bikin saya emosi sekarang adeknya," ucap Guru itu.
"Ya kan kita saudara pak, ibarat pepatah buah gak bakalan jatuh dari pohonnya."
"Terserah kamu, sekarang kamu minggir bapak mau lewat."
"Idih, noh jalan masih luas pak," Agis menunjuk jalan ke sebelahnya yang luas untuk melintas.
"Membantah aja kerjaan mu ya."
"Ya biarin lah, sana mending bapak lewat sana aja," ucap Agis.
"Murid gila," ucap guru itu sambil melangkahkan kakinya.
"Yeh bapak yang gila."
______________Setelah pulang sekolah Agis langsung masuk ke dalam kamar-nya dia merebahkan tubuhnya di atas kasur setelah mengganti baju seragamnya.
Dari pagi sampai pulang entah kenapa Agis terus kepikiran tentang Hel, Agis tadi sengaja pura-pura lewat ke depan kelas Hel tapi ternyata di sana tidak ada sosok itu sama sekali, biasanya kalo ada Hel, Agis selalu di ganggu dan di ikuti kemana Agis pergi meskipun candaan Hel itu garong seperti kerupuk tapi dalam hatinya Agis sangatlah bahagia.
Entahlah Agis juga tidak mengerti dengan dirinya sendiri, Agis terus bertanya-tanya dalam benaknya kemana Hel pergi.
"Kenapa gue terus mikirin dia ya?"
"Apa jangan-jangan gue jatuh cinta? Ya tapi masa gue jatuh cinta sama cowok gaje kaya dia sih?"
"Ngapain lo ngelamun?"
Agis langsung menegakan tubuhnya jadi terduduk saat tiba-tiba ada seseorang yang melihatnya.
"Apaan sih bang, ganggu orang aja, udah sana lo keluar gue mau istirahat capek," ucap Agis kembali merebahkan tubuhnya.
Clek
Bukannya keluar Defan malah menutup pintu kamar adiknya dengan rapat, dia berjalan dan duduk di bangku belajar Agis.
"Lo nyariin si Hel kan?" Tanya Defan.
"Nggak."
"Lo gak bisa bohong sama gue Gis, meskipun kita sering berantem, gue tau sikap lo kalo berbohong atau nggak."
"Terus?" Agis kembali mendudukan lagi tubuhnya menghadap sang Abang.
"Ya gue tau lo lagi nyariin dia kan?"
"I-iya," Agis menundukkan kepalanya karena malu.
"Haha gak usah malu kali Gis, gue kan Abang lo."
"Dan soal Hel, dia sakit." Ucap Defan membuat Agis kembali mendongakkan kepalanya dengan mata yang menatap Defan seolah bertanya 'kenapa'.
"O-oh dia sakit, ya udah," ucap Agis.
"Lo gak mau nanya gitu dia sakit kenapa?"
"Kenapa emang?"
"Kemaren dia tawuran sama musuhnya--"
"Lebay, tawuran aja sampe gak sekolah paling cuma babak belur doang."
"Dia kena sabetan pisau Gis," ucapan Defan membuat Agis kaget, matanya seolah akan keluar mendengar kabar jika Hel tidak masuk karena tawuran dan terkana sabetan senjata tajam.
"Serius bang? Te-terus terus dia gimana? Dia baik-baik aja kan?"
"Dia baik-baik aja Gis, lukanya juga gak parah-parah banget, dianya aja yang kemalesan buat sekolah," ucap Defan.
"Syukur deh," lirih Agis.
"Hahahaha anjir teryata ada yang nyariin gue."
Agis membulatkan matanya, dia mendengar suara seseorang dari telepon yang spikernya di aktifkan. Dengan secepat kilat dia Agis langsung menutup seluruh badannya degan selimut, mukanya sudah merah seperti tomat matang.
"Berisik lo tai, gue belum selesai nih," ucap Defan sambil mengeluarkan hpnya dari dalam kantong celana training yang dia gunakan.
"Hahaha gue gak tahan Def, teryata diem-diem Adek lo suka sama gue."
"Akhirnya cinta gue gak bertepuk sebelah tangan lagi."
"Jangan kesenangan dulu lo, masih ada papah yang harus lo luluhin hati nya."
"Gampang Def soal itu mah, aahkk."
"Kenapa lo?"
Tut
Sambungan itu langsung di putuskan oleh sepihak, Defan yang di perlakukan seperti itu hanya mengendus sebal dan kembali memasukan lagi hp nya.
"Akhirnya Adek gue jatuh cinta!!" Teriak Defan kegirangan.
"BERISIK GUE MALU DEFAN!!"
Tanpa mendengarkan ucapan Agis, Defan malah berlari ke kasur Agis, dia melompat-lompat di atas kasur adeknya sambil berjoget ria.
____________________________________
Jangan lupa meninggalkan jejak ya
Vote dan komen yg banyak
KAMU SEDANG MEMBACA
ABHIPRAYA
Teen Fictionkunang-kunang di malam hari, sebagai "Blue Night". Malam yang sendu dan suram. Malam-malam penuh cahaya alam nan natural dan syahdu kini tergantikan cahaya lampu yang gemerlapan dan masif, yang justru disinyalir sebagai salah satu faktor penyebab ke...