"Assalamualaikum nek?""Wa'alaikumsalam, eh ada kamu, ayo sini masuk," ucap sang nenek mempersilahkan sang menantunya untuk masuk ke dalam rumah.
"Tumben kamu kesini tanpa nenek suruh nak?" Tanya sang nenek langsung.
"Nggak nek, aku kesini cuma mau nginep."
"Loh emangnya suami sama anak kamu kemana?"
"Anak aku ada di sini nek."
"Ada kok, cuma aku kangen aja sama nenek, udah lama juga kan aku gak nginep di sini, ngobrol-ngobrol."
"Iya juga, ah iya nenek hampir lupa, nenek lagi masak buat cucuk nenek nanti pulang sekolah."
"Aku boleh bantu?"
"Boleh dong nak."
Mereka berdua pergi ke dapur untuk memasak makanan, mereka memasak di barengi degan mengobrol dan tertawa. Rasanya sudah lama sekali mereka tidak melakukan ini semua, mengobrol, bercanda dan tertawa bersama, terakhir mereka seperti ini saat hari ke empat Hel di titipkan di rumah sang nenek, dan semajak saat itu dia tidak pernah menginjakan kakinya lagi di rumah ini, dan mereka semua baru bertemu lagi kemarin itu pun hanya sebentar, hanya makan malam saja lalu pulang karena paksaan sang suami.
Mau tak mau, Esa harus mengikuti apa yang suaminya katakan dan tidak bisa di bantah sama sekali.
Tak terasa jam sudah menunjukan pukul tujuh malam, tapi orang yang mereka tunggu-tunggu belum pulang juga mereka menunggu Hel sambil mengobrol, padahal sambil menunggu Hel pulang tadi mereka sudah melakukan pekerjaan rumah, dan sekarang mereka tengah megobrol, Esa mencoba terbuka dengan sang mertua dia menceritakan bagaimana hatinya sakit saat melihat kejadian kemarin dan yang paling parahnya lagi dia sekarang tau jika anaknya tidak baik-baik saja selama tinggal di sini.
Hel memang Kelihatan sangat baik-baik saja, dia punya banyak teman, ramah, gampang berbaur dengan orang asing, sering bercanda dan membuat orang lain ketawa, Namaun di balik itu semua banyak hal yang Hel sembunyikan di balik senyumannya, seorang Hel yang sering menghibur orang ternyata dia sendiri lupa bagaimana caranya membahagiakan dirinya sendiri.
Mereka kira Hel akan lebih baik tinggal bersama sang nenek dari pada berantem terus dengan Gabriel dan berakhir mencelakakan satu sama lain, tapi justru pilihan mereka lebih salah karena saat Hel tinggal di sini dia terus di latih fisik oleh sang kakek, salah sedikit Hel di hukum untuk berlari mengelilingi rumahnya, berenang sampai memecahkan rekor, telat pulang sekolah dua menit saja Hel sudah di tampar beberapa kali dan tidak boleh menangis, meringis, apalagi mengadu, yah kakeknya sangat kejam karena sang kakek pensiunan TNI, dia ingin sang cucu menjadi seperti dirinya, meneruskan cita-cita nya. Tapi itu dulu karena saat Hel masuk SMP sang kakek meninggal dunia di tanggal 25 bulan Maret, dan sialnya saat itu ke dua sahabat dekatnya mengalami kecelakaan saat akan melayat ke rumahnya menyebabkan mereka meninggal di tempat, ke dua orang tua sahabat Hel menyalahkan Hel atas kematian putra mereka, saat itu Hel di caci maki oleh mereka semua, bahkan orang tuanya pun saat itu malah membenci Hel memarahi Hel dan menyiksa Hel hingga Hel harus mendapatkan perawatan di rumah sakit karena kepalanya mengalami pendarahan akibat benturan yang sangat keras.
Jadi kode yang di keluarkan Hel saat tauran '253' Hel ambil dari hati kesialannya, awal kehancuran Hel, dan sampai sekarang kode itu tidak ada yang tau artinya kecuali Hel sendiri, mereka hanya mengira kode itu kode geng tawuran mereka saja atau hanya nomor yang di ambil dari logo geng tawuran mereka yang tidak berarti apa-apa.
"Nak sebaiknya kamu belajar dari kesalahan kamu sendiri Bahwa orang yang kau kenal tegas, tidak mudah menangis, selalu tersenyum, dan terlihat baik-baik saja adalah orang yang menerima banyak tekanan dari keluarga, jauh dari kasih sayang orang tua, dan di beda-beda kan. Tapi mereka akan terlihat baik-baik saja di luar sana seperti tidak terjadi apa-apa dan kalian berhasil di tipu oleh senyuman di wajahnya."
"Aku minta maaf nek, aku salah, aku bukan ibu yang baik buat anak ku," esa menangis di hadapan sang mertua.
"Assalamualaikum nenek aku pulang."
"Wa'alaikumsalam, kebiasaan kamu tuh kalo pulang sekolah selalu saja bikin kuping nenek sakit," sang nenek menegur Hel, sedangkan Hel malah cecengiran sendiri.
"Salam dulu sama bunda kamu," ucap sang nenek, tapi Hel hanya meliriknya sebentar.
"Nek aku laper banget pengen makan masakan nenek yang super duper enak nggak ada duanya."
"Kamu ini bisa saja, ya sudah ayok kita makan, yuk sa kita makan sama-sama."
Mereka bertiga menikmati makanan dengan khidmat tanpa ada suara sama sekali. Sesekali Esa melirik Hel yang sepertinya menikmati makanan yang dia masak.
"Aku selesai nek, aku mau ganti baju dulu," ucap Hel dan diangguki oleh sang nenek, sedangkan esa hanya bisa menatap interaksi keduanya, sepertinya luka yang telah dia torehkan sudah dalam, anaknya saja sampai tidak mau menganggap nya padahal dia ada di hadapannya.
___________Setelah makan malam tadi, Hel langsung tertidur karena capek mungkin, habis berjalan dari sekolah ke rumah Agis, lalu balik lagi ke sekolah untuk mengambil motornya, dan itu sungguh melelahkan karena jarak rumah Agis dari sekolah cukup memakan waktu dan tenaga.
Tapi saat di jam satu dini hari, tiba-tiba lampu rumah Hel mati. Hel yang menyadari lampunya matipun langsung membelakan matanya, keringat di dahinya sudah mulai bercucuran, nafasnya yang tidak teratur dan matanya yang terus melihat ke mana-mana.
"N--ek. Ne---nek,"lirih Hel.
Sedangkan di kamar lain tepatnya di kamar sang nenek dia langsung terbangun dan berdiri, sedangkan esa yang masih linglungpun ikut bangkit dari tidurnya jadi terduduk.
"Nek mau keman?" Tanya esa.
"Nenek mau ke kamar Hel dulu nak, kamu lanjut tidur aja," ucap sang nenek dengan nada panik dan terburu-buru.
"Aku ikut."
Dan saat mereka sampai di kamar Hel ternyata benar sang nenek menemukan Hel yang sedang ketakutan sendirian. Hel itu sangat phobia yang namanya gelap dari kecil.
"Nak tenang ini nenek sayang," ucap sang nenek sambil terduduk di atas lantai dang mengusap wajah sang cucu.
"Nek, nyalain lampunya nek."
"Ja-jangan, jangan m-mat-matiin lampunya nek," lanjut Hel dengan nada yang bergetar.
"Esa nenek mau minta tolong ambilkan senter."
Esa hanya mengangguk dan pergi keluar ruangan untuk mencari senter. Sebenarnya cukup susah sekali mencari senter dalam keadaan yang sangat gelap seperti ini, tapi akhirnya esa berhasil mendapatkan senter itu, dia langsung berlari kembali ke kamar Hel.
"Tenang sayang, udah ada cahaya kan?"
"Nenek tidur di sini," ucap Hel, nampaknya dia sudah sedikit tenang karena senter yang di bawa esa.
"Iya nenek tidur di sini, sekarang kamu tidur lagi yah."
Sang nenek bangkit setelah melihat Hel kembali menutup matanya, dia mengambil senter yang ada di tangan esa dan memberikan isyarat kepada esa untuk tidur di sebelah Hel, awalnya esa menolak karena tidak enak tidur bersama hel tapi neneknya memaksa esa untuk tidur di sebelah Hel.
"Dia anak mu nak."
Esa menatap sebentar Hel yang tertidur di sisi ranjang sebelah kanan. Lalu tanpa menolak lagi esa ikut merebahkan tubuhnya di samping Hel, dia memeluk Hel dengan erat, diam-diam esa meneteskan air matanya saat dia merasakan kembali memeluk sang putra tunggal nya. Selama Hel tinggal bersama sang nenek selama itu pula esa tidak pernah merasakan pelukan sang putra lagi meskipun sudah ada Gabriel tapi pelukan anaknya yang membuat hati esa tenang.
____________________________________
Hai....
Jangan lupa vote dan komen ya....
AU sering up kok jangan khawatir ya hahah
![](https://img.wattpad.com/cover/306167831-288-k47546.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ABHIPRAYA
Novela Juvenilkunang-kunang di malam hari, sebagai "Blue Night". Malam yang sendu dan suram. Malam-malam penuh cahaya alam nan natural dan syahdu kini tergantikan cahaya lampu yang gemerlapan dan masif, yang justru disinyalir sebagai salah satu faktor penyebab ke...