23.

48 3 0
                                    


Keesokan harinya, Di sekolah Samudra masih terlihat sangat ramai sekali karena sekarang sudah waktunya jam istirahat.

Agis, Gia, Zely, dan Karina kini sudah ada di kantin, mereka baru ketemu lagi setelah berpisah karena kesibukan masing-masing.

"Eh kemaren gue liburan ke Brazil, gila seru banget," ucap Gia.

"Emang lo aja gue juga kemaren-kemaren ke Korsel nonton konser NCT gila anjir keren banget gue sampe teriak-teriak nggak jelas anjir," ucap Karina.

"Udah deh jangan manas-manasin gue, gue tau kalian liburan sedangkan gue cuma ngerjain tugas mulu, ada si Agis tiap hari buciiiin Mulu sama si Hel." Ucap Zelly sedikit kesal dengan cerita temen-temen nya, dia juga mau liburan tapi sepertinya untuk akhir-akhir ini tidak bisa.

"Lo kan anak ambis," ucap Gia.

"Heh gue tuh bukan Bucin sama dia tapi gue nemenin dia di rumah sakit--"

"Emang keluarga nya kemana?" Tanya Karina memotong ucapan Agis.

"Gue juga gak tau," ucap Agis.

"Lah kok lo bisa nggak tau gitu?"

"Ya gue nggak tau, yang gue tau dia cuma tinggal sama nenek nya," ucap Agis.

"Apa dia Korban broken home ya?"

"Mungkin sih, dari penampilannya juga udah keliatan begajulan gitu."

"Ya mana gue tau," ucap Agis.

Saat mereka sedang asik ngegosip, tidak sengaja mereka mendengarkan percakapan dua orang yang duduknya tidak jauh dari meja mereka.

"Eh si Hel udah kemana lagi sih, baru aja kemaren sekolah sekarang udah nggak sekolah lagi," ucap orang itu.

"Nah nah kan apa kata gue, baru aja di omongin," ucap Karina.

"Ih gila sih, gue juga heran banget sama sekolah ini, si Hel tuh udah sering banget nggak masuk sekolah, dia juga nggak pinter-pinter amat, buku catatan BK juga penuh sama nama dia tapi kenapa nggak di keluarin gitu?"

"Ya mana gue tau mungkin dia nyogok kali," ucap Gia.

"Gimana mau di keluarin orang dia cucu pemilik sekolah ini," dumel Agis.

"Hah?!" Teriak ke tiga teman Agis siapa lagi jika bukan Karin, Gia, dan Zelly.

"Apaan sih kalian bikin gue kaget aja," ucap Agis.

"Gis beneran si Hel cucu pemilik sekolah ini?" Tanya Zelly mencoba memastikan.

"Hah? Ng---nggak nggak kata siapa sih kalian ngaco aja."

"Ya kata lo barusan lah."

"Nggak gue nggak bilang gitu, setan kali yang bilang."
___________

"Eughhh..."

Seorang wanita paruh baya itu mencoba membuka matanya, beberapa kali mengerjapkan matanya karena sinar yang menerobos masuk ke dalam mata nya.

Setelah pandangan nya terfokus kan, nenek melihat sekelilingnya, ruangan ini nampak asing sekarang menurutnya.

"Hel," lirih nenek sambil melihat ke arah pintu yang di buka dari luar oleh seseorang, dia tersenyum bahagia karena nenek kira yang membukakan pintu itu adalah cucu nya tapi ternyata dugaannya salah, yang masuk barusan adalah dokter beserta suster.

"Dok di mana cucu ku?" Tanya nenek.

"Ibu tenang dulu ya, biar saya periksa keadaan ibu dulu," ucap dokter itu.

"Tidak dok saya ingin bertemu dengan cucu saya, ce--cepat cepat panggilkan cucu ku ke sini dok," ucap nenek sedikit memaksa. Dokter itu hanya diam, dari tatapannya dia seperti kebingungan harus menjawab apa.

"Maaf Bu---"

"Maaf? Aku tidak butuh maaf mu, cepat panggilkan cucu ku sekarang!!"

Clekk

"Fahmi Fahmi di mana Hel? Cepat panggilkan dia ke sini saya ingin melihatnya Fahmi."

Fahmi yang baru datang langsung ditanya seperti itu hanya diam tidak bergerak sama sekali.
_________

"Hah ngapain sih nih bocah bikin susah aja," ucap Agis sambil meremas handuk yang dia celupkan ke dalam baskom kecil yang berisi air hangat.

"Yang ikhlas dong bantuinnya," ucap Defan.

"Iya gue ikhlas tuh ikhlas," Agis melemparkan handuk kecil itu ke muka seseorang yang masih menutup matanya.

"Woy kagak usah gitu juga kali."

"Dah lah lanjut sama lo aja, gue mau makan dulu," ucap Agis.

"Agis, Defan," panggil Tirta.

"Mah di bawah ada makanan gak?" Tanya Agis.

"Ada kamu kebawah aja yah, ada papah kamu kok."

"Gimana mah?"

"Mereka akan kesini sebentar lagi," ucap Tantri.

Di lantai bawah, terlihat sangat sunyi sekali hanya ada dua orang yang sedang makan tanpa mengeluarkan suara. Siapa lagi jika bukan Agis dan Ilham.

"Udah sadar?"

"Belum," jawab Agis singkat.

"Ceritain gimana sampe kamu nemuin dia terus di bawa kesini bukan ke rumahnya?"

"Ayah Ilham ku yang maCHO, yang ganTHENG, dan baik hati tapi pelit ngasih duit ke anak nya."

"Papah potong uang jajan kamu," ucap Ilham.

"Eh jangan-jangan heheh bercanda aja pah----oh btw Agis punya tawaran yang menarik nih."

"Jelasin kejadian itu bukan tawar menawar."

"Iya setujuin dulu,"

"Iya," ucap Ilham.

"Jadi syarat nya, setiap Agis ngomong papah harus bayar Agis seratus ribu setiap kalimat okey?"

"Hemm."

Agis tersenyum bahagia, bangga dengan dirinya sendiri yang di berikan otak hencer sekali, sedangkan Ilham hanya diam sepertinya dia tertekan mempunyai anak seperti Agis.

"Gini ya, tadi tuh inches lagi di jalan kan naik motor sama si Defan, nah pas di pertigaan jalan **** kita liat ada yang tawuran, karena kita nggak mau cari masalah jadi kita niatnya mau putar balik aja kan tuh," ucap Agis sambil memperagakan adegan yang dia alami.

"Tapi pas mau puter balik di Defan malah liat salah satu orang yang tawuran itu si Hel,  karena mungkin si Defan masih punya hati ya jadi dia tolongin si Hel dia bawa ke hadapan Agis, ter----uhuk uhuk uhuk,"

"Eh minum minum minum," Ilham memberikan satu gelas yang berisi air putih ke Agis.

"Ah... Lega, gara-gara papah sih orang lagi makan di tanya-tanya jadi keselek kan," ucap Agis sambil memasukan lagi makanan itu ke dalam mulutnya.

"Ya kan papah cuma penasaran aja."

"Oh ya papah udah telpon nenek nya kan!" Tanya Agis.

"Udah mereka lagi di jalan."

"AGISS!!"















____________________________________

Yuhuuu.....

H-?
Bentar lagi tamat huhu.. kepisah lagi kita di sini. Meskipun udah ending tapi aku harap kalian tetap baca, vote dan komen cerita aku ya, moga aja kita ketemu lagi di cerita aku yang lainnya okey jangan kapok baca cerita aku ya.

ABHIPRAYA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang