19.

45 4 1
                                    


Hel menatap tajam Agis yang sedang memakan seblak yang berwarna merah, kelihatannya sangat nikmat jika Hel yang mencicipi seblak itu.

"Ngapain lo liatin gue, makan cepetan," ucap Agis.

"Gue pengen punya lo," ucap Hel.

"Hih enak aja, kalo mau beli aja sendiri Sono, nyam nyam nyam enak banget dah," ucap Agis sambil memakan seblak ya.

"Gis--"

"Apaan sih, lo juga kan punya," ucap Agis tanpa melihat ke arah Hel.

"Ya kan punya gue bubur bukan seblak, tadi gue pesennya apa hah? Seblak kan kenapa lo beliin gue bubur gini?" Ucap Hel.

"Bukan gue yang beli tapi nenek tuh."

"Makan aja yang ada nak," ucap sang nenek dan degan terpaksa akhirnya Hel memakan bubur itu.

"Hel, nenek mau tanya sama kamu, tapi kamu harus jawab se jujur-jujurnya sama nenek."

Hel berhenti menyuapkan bubur itu ke dalam mulutnya, dia menatap ke arah sang nenek yang duduk di kursi dekat dengan ranjang pesakitannya.

"Siapa yang udah lakuin ini sama kamu?"

"Manusia yang gak tau terima kasih," ucapan Hel begitu singkat dan sangat sulit untuk di pahami.

"Siapa?"

"Gabriel."

Agis yang masih asik memakan seblaknya kini berhenti sejenak untuk mendengar cerita dari Hel.

"Atas latar belakang apa dia melakukan itu sama kamu? Nenek tau kamu nenek tau gimana sikap kamu gak mungkin kamu asal pukul orang kalo bukan dia yang mancing emosi kamu lebih dulu."

"Dia mau kalo ayah sama bunda jadi milik dia seutuhnya, aku gak peduli dia mau ambil ayah sama bunda juga karena aku punya nenek, tapi yang bikin aku emosi karena dia menyangkut pautkan masalah dia sendiri sama nenek dan Agis."

"Oh jadi dia rela gini karena ngebela nenek sama gue."

"Terus?"

"Dia ngancem kalo aku gak lepasin ayah sama bunda dia bakalan singkirin kalian berdua dari hidup aku, makannya waktu itu Hel emosi dan hajar dia tapi dia malah manggil anak buahnya banyak banget sampai Hel kalah, Hel juga gak inget pasti karena waktu itu Hel udah setengah sadar, tapi yang Hel inget mereka pukulin Hel terus mereka buang Hel ke sungai."

"Nenek gak akan biarin ini terus terulang."

"Nenek jangan macem-macem ini masalah Hel, biarin Hel selesaikan masalah Hel sendiri," Hel memegang tangan nenek.

"Gue bantu," ucap Agis, nenek dan Hel pun menatap Agis dengan wajah yang penuh tanda tanya.

"Ya, ya gue bantu emangnya kenapa gak boleh? Ya udah kal---"

"Gue bukan gak boleh Gis, ini juga bukan masalah besar tapi yang gue khawatir in Lo di apa-apain sama mereka, apalagi Gabriel orangnya licik banget, dia bakalan lakuin segala cara buat ngelancarin misinya."

"Ya kalo dia pake kekerasan gue bisa laporin dia ke papah gue, papah gue kan TNI pasti banyak banget temen polisinya," ucap Agis degan polosnya.

"Hahaha  terserah lo deh Gis, tapi gue cuma ngingetin Lo harus berhati-hati mulai sekarang."

Agis menganggukkan kepalanya.
____________

"Kenapa sih harus dia dulu yang ketemu sama sih Hel, kalo gini kan gue jadi punya saingan," ucap Evna.

"Kenapa kok kaya kesel gitu?" Tanya seorang pria yang seumuran dengan Evna.

"Ah ng--nggak, itu gue cuma lagi kesel aja barang yang gue pengen teryata udah ada yang beli duluan," ucap Evna berbohong. Jelas dia berbohong karena orang yang ada di hadapannya sekarang itu adalah Gabriel pacarnya Evna. Mereka sudah menjalin hubungan sekitar tiga tahunan, dan selama itu pula kisah cinta mereka berjalan dengan mulus tanpa ada halangan sedikitpun, bahkan orang tua mereka saja sudah saling menyetujui jika.

"Rebut aja apa susahnya sih? Kamu kan bisa bayar dia lebih mahal lagi dari pada harga barangnya, apa perlu aku yang ambil dari dia?" Tanya Gabriel kepada sang kekasih.

"Hemm keyaknya gak usah deh soalnya dia langsung pake barang itu jadi aku agak jijik kalo bekas orang."

"Ya udah Sekarang kita pulang aja, aku juga kayaknya bakalan nginep di rumah kamu deh," ucap Gabriel.

"Oh ya udah ayok kita ke rumah."
__________

"Nek mending pulang aja," ucap Hel saat melihat sang nenek akan tertidur di sofa, karena tidak tega nenek tidur di sana akhirnya Hel meminta sang nenek untuk pulang tapi beliau masih kekeh tidak mau.

"Udah kamu jangan bawel sekarang tidur," ucap nenek.

"Ya udah nenek di sini aku di sana," Hel bangkit dari ranjangnya dan berniat akan turun.

"Ehh eh eh mau kemana? Udah nenek bilangin kau tidur aja di sini gak usah pikirin nenek, yang terpenting sekarang kesehatan kamu," ucap sang nenek saat melihat Hel menyingkirkan selimutnya.

"Nenek tidur di sini atau kita pulang sekarang juga," ucap Hel, nenek hanya menghela nafasnya pasrah, sifat keras kepala sang suami sangat menurun kepada Hel cucu satu-satunya ini.

"Tapi Hel, kamu baru bangun tadi siang seharusnya kamu istirah---"

"Kita pulang," Hel berniat mencabut infusnya sendiri tapi untungnya sang nenek gercep menahan pergerakan Hel.

"Okey nenek setuju," lirih sang nenek.

"Sini nenek bantuin pindah," nenek membantu Hel untuk berjalan, meskipun sangat pelan karena mungkin kaki Hel terkilir tapi akhirnya Hel berhasil duduk di sofa ruang rawatnya.

"Ini pake selimutnya," nenek memberikan selimut rumah sakit kepada Hel sedangkan beliau mengambil selimut lain yang sengaja dia bawa dari rumah. Baru saja nenek menidurkan tubuhnya di atas ranjang tapi Hel sudah terlelap dengan pulas di atas sofa itu.

"Sebenarnya kamu itu baik Hel, perhatian sama orang yang dekat sama kamu, tapi kenapa mereka tega memperlakukan kamu seperti ini."

"Nenek berdoa semoga kamu tumbuh menjadi anak yang baik, Soleh, bertanggung jawab, dan menyayangi yang akan menjadi pasangan kamu ya, nenek juga berharap sekali suatu saat nanti jika kamu punya anak kamu bisa menjaga anak kamu, mendidik dia dengan benar, jangan sampai yang ayah kamu lakukan kamu tiru."

Nenek menatap wajah Hel dengan tatapan sendu, tak terasa satu tetes air mata berhasil meluncur bebas dari matanya.












____________________________________

Huhuuu aku lagi baik hati nih up nya jadi sering ya hahaha...
Mungpung lagi gak sibuk ye kan, nanti kalo aku sibuk terus ceritanya belum selesai kan kasian sama si Hel & Agis kisah cintanya gak di lanjutin xixixi

Kalo ada typo berlebihan Author minta maaf banget ya soalnya ini nggak baca ulang lagi, jangan salahkan author ya salahkan saja kemalesan author ini hihi tapi author semangat banget kalo soal up mah.

Kalian juga jangan lupa kasih bintang dan komen ya biar seru ges.

ABHIPRAYA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang