12

68 6 2
                                    

"Woy!! Ngelamun mulu lo, entar kesambet setan sekolah baru tau rasa lo," ucap Defan, tanpa meminta ijin dulu Defan langsung duduk si sebelah Hel.

"Apaan sih lo ngagetin orang ganteng aja."

"Idih ngaca woy ganteng dari mananya? Pantesan Adek gue gak mau ternyata lo buriq," ucap Defan.

"Sebarangan anjir kalo ngomong, heh gini-gini juga muka gue perawatan, mahal nih," Hel menunjukan wajahnya di hadapan Defan. Hel dan Defan memang sedekat ini semenjak waktu Hel menolong Defan yang di rampok, untungnya ada Hel yang tak sengaja lewat ke jalan yang sama. Tanpa berfikir panjang Hel langsung menolong Defan melawan penjahat itu sendirian, dan dari situ lah mereka saling kenal dan bisa sedekat seperti ini. Bahkan bukan saling mengenal saja mereka sudah seperti saudara kandung saja.

"Iya elah, mulut bau jigong juga," Defan memundurkan wajah Hel dari hadapannya.

"Hehe kalo itu sih gue lupa sikat gigi," Hel menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Ah rasanya Hel jadi tidak pede buat bicara padahal dari tadi dia udah mencoba buat tidak peduli.

"Yeh kampret lo," Defan menjitak kepala Hel.

"Aww sakit bego, kalo gue mati gimana?"

"Lebay banget sih lo."

"Eh Def Adek lo di mana?"

"Di kantin, sana lo samperin, bayarin sekalian jajanannya," ucap Defan.

"Tanpa lo suruh pun gue bakalan samperin Adek lo," Hel beranjak dari tempatnya, kalo soal Agis semangatnya langsung membara.
__________

"Gis."

Uhukk uhukk uhukk

"Eh minum minum," Hel memberikan gelas yang berisikan air putih yang ada di hadapan Agis.

"Lo mau bikin gue mati keselek hah?!"

"Kalo lo mati, gue juga ikut mati."

"Apaan sih lo gaje banget jadi orang," ucap Agis.

"Gis entar pulang sekolah kita ke rumah gue yuk," ajak Hel membuat Agis membelakan matanya dan menggeleng ribut.

"Nggak, gue gak mau."

"Ayolah Gis, kan gue udah sering ke rumah lo, sekarang giliran lo ke rumah gue."

"Itukan lo yang mau," Agis melipatkan kedua tangannya di depan dada.

"Gis lo mau ya, kasian nenek gue di rumah suka sendirian," ucap Hel.

"Kan ada nyokap lo," ucap Agis.

"Gue tinggal berdua sama nenek gue."

Agis terlihat sangat syok dengan ucapan Hel barusan, apa katanya tinggal berdua? Terus kemana orang tuanya?.

"Lo tinggal sama nenek lo?" Tanya Agis dan di angguki oleh Hel.

"O--orang tua lo kemana?" Tanya Agis dengan ragu, sebenarnya tidak enak sih tapi Agis orangnya kepoan.

"Udah ah jangan bahas, cepetan abisin makannya abis itu masuk kelas, pulang sekolah gue tungguin di parkiran," ucap Hel.

"BU!! MAKANAN DIA SAYA YANG BAYAR YA, MASUKIN AJA KE BON SAYA MINGGU INI," ucap Hel.

"Jadi cowok kok nggak modal," sindir Agis.

"Biarin lah kan gue yang bayar, lo mah tau beres aja dah."
____________

Seperti yang di ucapkan Hel tadi di kantin, kini dia sudah menunggu di parkiran selama lima belas menit, tapi Agis belum juga datang karena masih ada guru yang mengajar. dia melihat dari parkiran ke lantai dua di mana kelas Agis berada.

"Waktu aja di korupsi," dumel Hel kepada guru yang masih ngajar di kelas Agis.

Sedangkan di kelas Agis, guru yang masih mengajar belum juga keluar padahal para siswa sudah misuh-misuh dari tadi, ketua kelas pun juga sudah memberi tau guru itu kalo jam pelajarannya udah habis, tapi guru itu malah meminta waktunya sebentar untuk menjelaskan materinya.

"Pak udah lah capek saya dengerin bapak ngoceh mulu," ucap Agis.

"Apa kamu bilang?!" Tanya guru itu.

"Percuma pak, bapak ngejelasin panjang lebar tapi materi bapak nggak masuk di otak kita."

"Ya itu karena kalian saja yang bodoh."

"Bapak yang bodoh, nggak tau waktu."

"Keluar kamu sekarang juga!," ucap guru itu menunjuk ke arah pintu.

"APA GAISS?!!!"

"WELLLLLL!!!" Teriak semua para murid.

Mereka semua langsung membereskan peralatan belajar mereka ke dalam tas masing-masing dan berhamburan keluar menghiraukan teriakan-teriakan guru yang sepertinya sudah darah tinggi.

"Pacar gue emang beda hahah," ucap Hel gembira saat mendengar keributan-keributan di dalam kelas Agis.

"Coba aja kalo gue sama si Agis nggak beda kelas pasti kita bakalan makin uwu."

"Guenya yang ogah satu kelas sama makhluk kek lo."

"Galak amat sih lo?"

"Cepetan jadi kagak?" Tanya Agis.

"Ya jadi lah, ayok naik," ucap Hel

Setelah menempuh perjalanan akhirnya mereka sampai di rumah kediaman Hel dan neneknya rumahnya sederhana sih cuma bertingkat dua, halamannya juga tidak luas sama seperti milik Agis tapi ini terlihat sangat nyaman sekali.

"Hel, nenek lo jahat gak?"

"Jahat, dia pernah mutilasi manusia terus dia jadiin perkedel," ucap Hel.

"Seriusan?!"

"Nggak lah Gis, mana ada, nenek gue itu baik banget kaya malaikat."

"Udah yuk ah kita masuk," Hel menarik tangan Agis untuk masuk ke dalam rumahnya, seperti biasa Hel mengucapkan salah sambil berteriak.

"Loh ini siapa?, cantik sekali," puji sang nenek.

"Ini pacar Hel nek," ucap Hel.

"Eh nggak nek, nggak dia bohong kita cuma temenan biasa kok," ucap Agis membenarkan ucapan Hel barusan.

"Masa sih Hel bohong? Setau nenek dari dia kecil dia nggak pernah berbohong loh apalagi sama nenek, kamu kali yang bohong," ucap sang nenek sedikit menggoda kedua pasangan muda ini.

"Iya nek dia bohong, mutilasi aja jadi manusia geprek hahahaha."

"Apaan sih lo?!" Ucap Agis.

"Yang ada kamu, nenek jadiin manusia perkedel."

"Udah ah, nak Agis kita ke sana yuk kita ngobrol-ngobrol."

"Nek----"

"Cowok gak di ajak," ucap sang nenek membuat Agis menahan tawanya.

"Dasar kalo cewek udah ketemu cewek dunia serasa milik mereka."













____________________________________

Halo semuanya huhu udah lama ya aku gak up hehe

Jangan lupa vote dan komen ya
Kalo nggak nanti HEL nya aku jadiin kuyang hahahaha

ABHIPRAYA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang