31.

115 3 0
                                    


Setelah makan malam tadi, Hel kembali masuk lagi ke dalam rumahnya, karena harus mengambil uang dulu, dia baru sadar jika dia tidak membawa uang, untung saja tukang satenya baik jadi dia mau menunggu sebentar di luar sedangkan Hel mengambil uang dulu.

"NENEK YUHUUU PANGERAN GANTENG MENCARI MU!!"  Teriak Hel tanpa memperdulikan tatapan tajam dari ketiga orang itu.

"Ada apa Hem?" Tanya nenek yang menghampiri Hel.

"Minta uang heheh Hel belum bayar sate nya, kasian si mamangnya nungguin di depan."

"Kebiasaan, ya udah nih kasih semuanya aja."

"Ah males ah, suruh dia aja yang ke depan."

"Kamu ke depan kasih uang ini ke penjual sate nya ya," nenek menyerahkan uang seratus ribu kepada penjaga rumahnya.

"Baik nyonya."

"Nek, temenin main game yuk."

"Aduh males deh nenek kalo di ajak main game sama kamu, nenek gak ngerti tau apa yang kamu mainin."

"AAAAAA nek ayo dong Hel gak ada temen tau."

"Suruh temen kamu kesini sayang."

"Tidak ada yang boleh ke sini!" Ucap Gisan dengan tegas.

"Okey makasih ya nenek ku," Hel tidak mendengar ucapan Gisan, dia segera mengambil hpnya, tapi haru saja Hel membuka kunci halnya tiba-tiba hpnya di rebut seseorang dengan paksa dan membantingkannya ke tembok hingga tidak berbentuk lagi.

"SAYA BILANG JANGAN YA JANGAN, KAMU GAK DENGER APA YANG SAYA BILANG HAH?!"

"kenapa gue harus denger omongan Lo? Lo aja gak pernah dengerin ucapan gue, kalo mau di hargain, hargain dulu orang lain."

PLAKKK

"Jangan so jadi jagoan kamu!"

"Terserah gue lah, hidup hidup gue kenapa lo yang repot?" Tanya Hel.

"Sudah cukup, Hel kamu telpon temen-temen kamu ke sini, dan kamu Gisan! Saya gak suka kamu main tangan sama anak kamu sendiri!"

Gisan menatap Hel yang meledeknya dengan menjulurkan lidahnya, sungguh tangan Gisan rasanya sudah gatal ingin menampar anak itu lagi.

"Nek kan hp nya ruksak."

"Hel nenek tau kamu kemarin beli hp baru."

"Yah ketauan, AU ah Hel ngambek sama nenek," Hel membalikan badannya menuju ke kamar.

"Entar nenek beliin martabak!"

"Gak mau!"

"Siomay mau?"

"Gak!"

"PS?"

"Gaaak!"

"Motor?!"

"Hel mau gak nenek beliin motor?!"  Tanya nenek kembali karena tidak ada jawaban dari Hel.

"Gaaak mau, Hel gak mau!"

"Ya sudah nenek beliin mobil okey?!"

"Siap!"

Akhirnya nenek bisa bernafas lega, Memeng gampang sekali membujuk anak itu jika sudah ngambek seperti ini, yang penting Hel tidak ngambek, jika ngambek bisa bisa seperti tempo lalu dia mengancam neneknya akan menghamili dua perawan dan satu janda anak tujuh.

"Jangan turuti semua kemauannya nek."

"Siapa kamu? Uang uang nenek kenapa kamu yang repot?" Tanya nenek sinis.

"Terserah!"
_______________

Setelah kedatangan teman-teman Hel yang jumlahnya tidak sedikit, membuat Gisan, Esa dan Gabriel sangat geram sekali karena mereka tidak bisa diam, ada yang berlari kesana kemari, bermain game sembari berteriak gak jelas, menggosip, menonton, nyanyi dan bahkan ada juga yang bermain tiktok.

"Bund, usir mereka ih aku mau tidur," ucap Gabriel.

"Suruh ayah mu sana, bunda juga pusing sama mereka."

"Yah."

"Tunggu di sini," Gisan keluar dari kamarnya.
____________

"Nek gantengan mana aku sama si Hel?"

"Gantengan cucu nenek," ucap nenek, nenek sudah lama sekali tidak bermain bersama mereka karena menurutnya teman-teman Hel ini semuanya sangat konyol dan menghibur, meskipun begitu sopan santun tetap terdepan, makannya nenek sangat suka sekali dengan mereka.

"Yahahahaha apa kata gue juga ahahahah," Hel puas, dia sangat bangga dengan dirinya sekarang.

"Nek modalin aku buat operasi pelastik dong nek, aku mau oplas biar kaya jaehyun biar  ngalahin kegantengan dia."

"Nih makan operasi plastik nih," teman Hel yang satunya lagi mengambil kantong kresek bekas martabak dan menempelkannya ke wajah sang teman.

"Anjir sakit bego."

"Oh boleh-boleh entar nenek transfer ya."

"Eh, eh jangan nek aku cuma bercanda kok gak serius asli, masa aku mau merubah ciptaan Allah entar aku di kutuk sama Abi kalo berani operasi plastik."

"Oh iya ya, kamu kan anaknya pak kiyai," ucap sang nenek.

"Nek aku anaknya siapa?" Tanya teman Hel yang ikut menimbrung dalam obrolan random mereka.

"Kamu mah anaknya yang jualan ikan di pasar."

"Yakkk seratus buat nenek."

"Aku anaknya siapa nek?"

"Kalo kamu anaknya pak Ahmad."

"Kalo aku nek?"

"Anaknya pak ujang tukang jualan dalaman di pasar."

"Aku aku?"

"Ih kamumah anaknya Tante Camerok yang jualan sendal, oh iya bilangin sama ibu kamu tuh kalo jualan tuh yang bener sama nenek beli sendal warna biru kok yang datang pink sama Oren sih mana no sendalnya beda-beda lagi kan nenek bingung mau makainya gimana."

"Bwahahahah."

"Aku?"

"Kalo gak salah kamu anaknya bandar rongsokan,"

"Aku?"

"Ah kamumah anaknya DPR."

"Aku?"

"Bapak kamu RW di kampung cijengkol."

Yah kurang lebih seperti itulah mereka mengobrol hal random, meskipun Random tapi mereka bisa tertawa terbahak-bahak seolah tidak punya beban sama sekali.

Tapi tawa mereka seketika terhapus ketika Gisan menghampiri nenek dengan wajah yang di tekuk.

"Suruh mereka pulang," ucap dingin Gisan.

"Tidak."

"Bu, ini rumah kita bukan penampungan anak sampah seperti ini!" Ucap tegas Gisan.

"Meskipun sampah kita berkelazz om."

"Ya bener tuh."

Gisan yang mendapatkan ucapan itu pun merasa semakin geram dengan kelakukan mereka semua.

"Sudah sudah sudah, dan kamu Gisan pergi dari sini cepat mengganggu saja."

"Justru kalian yang mengganggu waktu istirahat kita!"

"Eh, itu  kemauan lo sendiri ya pilih kamar di lantai dua, tadi nenek udah suruh kalian di lantai satu aja tapi si bangsat itu mau di sini jadi ya udah terima aja apa susahnya sih," ucap Hel dengan nada sinis.

"Ya Gisan apa kata Hel bener, rumah saya besar kalo kamu gak mau berisik ya tinggal pindah aja ke  lantai tiga, empat atau lima kan bisa."

"Kalo bisa sih minggat aja dari sini," ucap Hel dengan nada dingin sembari membuang mukanya.












____________________________________

ABHIPRAYA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang