7

67 4 8
                                    


Hari ini cuaca begitu cerah, seolah mendukung para pemuda ini untuk melanjutkan kenakalan, keahlian, dan mungkin kegemaran mereka.

Di jalan sepi ini hanya ada dua kubu yang saling beradu kekuatan, tap kalian benar, mereka semua tawuran di jalan sepi jauh dari penduduk. Sebenarnya sudah biasa mereka tawuran seperti ini namun kali ini ada hal yang berbeda karena lawan dari sebelah barat ada yang membawa senjata tajam, sedangkan dari sebelah timur mereka tidak membawa apa-apa, mereka hanya mempunyai nyali yang besar untuk bertarung bersama mereka.

Sudah ada beberapa orang yang tumbang dan tidak sadarkan diri di atas aspal, bahkan ada juga yang sampai mengeluarkan darah karena senjata tajam.

Seperti di sebelah timur, terlihat dua orang yang beradu jotos, mereka sedikit terpisah dari rombongannya. Siapa lagi kalo bukan Hel dan Tirta musuh bebuyutan Hel. Ah ralat, sepertinya bukan Tirta musuh bebuyutan Hel, tapi Hel musuh bebuyutan Tirta karena serasa Hel dia tidak pernah mencari gara-gara dengan siapapun, terutama Tirta, Tirta sendiri yang langsung mengklaim Hel sebagai musuh bebuyutannya.

Srekk

Hel mendur ke belakang beberapa langkah dari posisi Tirta, dia memegangi perutnya yang terkena sabetan pisau lipat Tirta.

"Sial," umpat Hel saat dia menyadari jika perutnya mengeluarkan darah, lukanya juga cukup besar dan memanjang, tapi Hel tidak mempedulikan lukanya, dia hanya ingin cepat-cepat mengalahkan Tirta dan pulang.

"Hel, kita gak bisa gini terus, yang ada anggota kita yang akan abis sama mereka," ucap seseorang yang mendekat ke arah Hel sambil waspada jika ada yang menyerangnya.

"253!!" Teriak Hel lantang sambil mengangkat tangannya menunjukan angka yang dia ucapkan, semua anggota Hel yang mengerti langsung menjalankan aksi mereka masing-masing. Angka itu, angka yang paling berbahaya, karena tidak semua orang mengerti dengan kode itu yang mereka tau jika Hel sudah memberikan kode angka '253' itu berarti mereka harus segera menaklukan musuhnya.

"Sialan lo Hel!!" Ucap Tirta kesal. Bahkan semua musuh Hel juga tau jika kode itu kode paling berbahaya yang di miliki Hel.

Tirta tak mau itu terjadi, dia langsung menyerang Hel. Namun beberapa menit kemudian semua anggota geng Tirta tumbang tanpa ada yang sadar satu pun!.

"Bawa dia ke rumah sakit, administrasi nya biar gue yang tanggung," ucap Hel dengan nafas yang terputus-putus.

"Tapi lo juga harus ikut ke rumah sakit Hel," ucap salah satu anggota Hel saat melihat perut Hel yang mengeluarkan darah.

"Jangan pikirin gue, San gue pinjem jaket lo," ucap Hel.

Sandi yang merasa dirinya terpanggil langsung menyerahkan jaketnya ke tangan Hel, Hel sendiri langsung memakai jaket Sandi untuk menutupi lukanya.

"Gue cabut duluan," setelah mengucapkan itu Hel langsung pergi dari area tawuran menggunakan motor KLX nya.
____________

Di tangah perjalanan Hel pulang, tiba-tiba hp nya berbunyi, dengan terpaksa Hel meminggirkan dulu motornya dan mengangkat telpon itu.

"Iya nek?"

"Hel kamu dimana? Cepat lah pulang nak, bentar lagi mau turun hujan."

"Iya nek, Hel lagi di jalan pulang kok." Ucap Hel.

"Ya sudah cepat pulang ya, hati-hati di jalannya jangan kebut-kebutan."

"Iya nek, udah dulu ya."

Hel menghembuskan nafas nya kasar, lalu dia menjalankan lagi motornya ke arah rumahnya.

Hanya butuh waktu lima menit untuk sampai di rumahnya, karena jarak dari terakhir dia mengangkat telpon sang nenek, itu tidak lah jauh dari rumahnya. Dasar saja neneknya yang terlalu bawel tapi Hel suka dengan ke bawelan neneknya, itu berarti nenek Hel masih sayang sama Hel benar bukan?.

"Assalamualaikum nek, Hel pulang," Hel langsung masuk ke dalam rumah nya.

"Wa'alaikumsalam."

Cup

Satu kecupan Hel berikan di pipi keriput sang nenek. Inilah hal yang biasa Hel lakukan kepada sang nenek ketika dia pulang dari luar, meskipun di depan teman-temannya tapi Hel tidak merasa malu sedikitpun karena urat malunya sudah putus dari lahir.

"Nek, Hel laper."

"Ya udah kita mak--"

"Bagus ternyata gini ya kelakuan lo selama tinggal sama nenek gue?"

"Bun, Yah, liat kan kelakuan anak berandalan kek dia bikin susah nenek aja."

"Tawuran sama siapa lagi kamu?!"

"Kenapa gak bilang sama Hel nek?" Hel menatap neneknya.

"Maaf sayang, nenek cuma mau kalian seperti dulu lagi, nenek juga perhatiin akhir-akhir ini nafsu makan kamu berkurang makannya nenek ajak mereka buat makan bareng siapa tau nafsu makan kamu balik lagi," jelas sang nenek.

"Yang ada bukan nafsu makan aku yang baik, tapi jiwa pengen ngebunuh dia makin tinggi." Ucap Hel sambil menunjuk ke arah lelaki yang usianya di bawah Hel satu tahun.

"Yang ada lo yang gue bunuh Hel."

"Jaga mulut mu!" Ucap sang ayah dengan nada yang penuh penekanan.

"Ayah udah tau gimana kelakuan mu selama ini Hel, ayah kira dengan ayah mengirim kamu buat tinggal sama nenek, kelakuan kamu yang seperti preman itu akan membaik, tapi teryata ayah salah, kamu malah semakin brandalan!!"

"Anda tau dari dia kan?" Ucap Hel tanpa ada sopan santunnya.

"Haha orang tua macam apa kalian ini, soal gituan aja harus denger dulu dari orang lain," Hel tertawa hampa, di dalam lubuk hatinya dia ingin sekali menangis karena orang tuanya.

"Dan buat lo, Kenapa?? Lo seenaknya ngomongin kehidupan orang lain? Tapi lo sendiri gak mau di kritik. Denger, kalo lo gak ngerti, hidup gak selalu adil buat semua orang, kehidupan gue ibarat jalannya penuh lubang dan gak se mulus yang lo kira.  lari sekuat tenaga terus  ketemu jurang di ujung jalannya, ngerti lo?!"

Semuanya terdiam, mereka semua nampak tercengang dengan ungkapan Hel dan mungkin mereka fikir ucapan barusan itu ungkapan isi hati Hel untuk sang adik.

"Nek, aku mau ke kamar dulu," ucap Hel, dia hanya berpamitan kepada sang nenek karena Hel sudah menganggap sang nenek lebih dari apapun, bahkan Hel menganggap jika neneknya itu belahan jiwa nya, melebihi posisi kedua orang tuanya.

Setelah Hel masuk ke dalam kamarnya, mereka semua nampak diam menundukkan kepalanya.

"Cepat kalian panggilkan dokter."













____________________________________

Hayo....

Ketemu lagi kita, udah lama sih aku gak up soalnya lagi sibuk banget, rasanya pengen cepet-cepet nyelesaiin cerita ini, dan kemungkinan part nya gak bakalan panjang-panjang ya terlalu bingung buat saya dan juga pembaca haha.

Jangan lupa meninggalkan jejak ya

ABHIPRAYA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang