"Ayang.""Apaan sih lo, dari tadi uyang ayang,"
"Ya kan kita saling mencintai berarti kita pacaran dong."
"Meskipun sama-sama saling mencintai gak mungkin bisa pacaran," ucap Agis. Dia kesal dengan kelakuan Hel yang terus mengikutinya dari tadi, bahkan Hel terus memanggilnya dengan kata 'ayang'.
"Kenapa gak mungkin? Karena gue belum nembak lo?"
"Ya udah kalo itu mau lo," Hel membalikan badan Agis menghadap ke arahnya. Lalu Hel mengambil kedua tangan Agis.
"Mulai sekarang lo jadi milik gue!" Ucap Hel.
"Tap---"
"Gak ada alasan buat lo nolak gue, di telpon kemaren udah ngebuktiin kalo lo sebenernya sayang sama gue, dan cinta sama gue, sebaliknya, gue juga sayang sama lo, gue cinta sama lo."
"Lo jangan ketipu sama dia Gis," ucap seseorang, keduanya langsung melihat ke arah sumber suara.
"Apa maksud lo?" Tanya Hel kepada orang itu.
"Ternyata selain pelacur lo juga munafik ya? Lo lupa sama apa yang udah lo lakuin sama cewek sekolah sebelah?"
"Ma-maksud lo?" Ucap Agis.
"Dia udah ngehamilin cewek sekolah lain, lebih sadisnya dia gak mau tanggung jawab, dia gak ngakuin kesalahannya dia sendiri, dan bahkan dia ngebunuh cewek itu."
Plakk
"Gue kecewa sama lo Hel! Gue kira lo orangnya baik ternyata jauh dari ekspektasi gue selama ini," setelah mengucapkan itu Agis langsung berlari menjauh dengan hati yang hancur.
Bugghh
Tanpa aba-aba Hel langsung memukul wajah orang itu tanpa ampun.
Bughhh
Orang itu kembali memukul wajah Hel dengan emosi, tangannya mengepal erat, matanya menatap Hel yang tersungkur di bawah dengan tatapan penuh emosi.
Karena tak mau kalah Hel kembali memukul wajah orang itu, dan terjadilah aksi saling memukul, kekuatan bela diri mereka sama-sama kuat sehingga salah satu dari mereka sangat kesusahan untuk menumbangkan musuhnya.
Tempat ini sangatlah sepi karena berada di belakang sekolah, mungkin hanya ada beberapa orang saja yang melewati tempat ini.
Bughh
"Sssshhh," Hel mundur beberapa langkah karena pukulan orang itu tepat mengenai perut Hel yang terluka bekas sabetan senjata tajam kemarin. Bahkan sekarang luka yang ada di perut Hel mengeluarkan darah dan merembes ke baju seragam putih yang dia gunakan.
"Anak anjing!!" Hel kembali menyerang orang itu, dia tidak memperdulikan luka yang ada di perutnya, yang penting dia bisa menumbangkan musuhnya, meskipun keringat sudah membasahi badan mereka masing-masing tapi mereka sangat gencar sekali untuk membunuh satu sama lain.
"Kenapa lo fitnah gue hah?! Jawab sekarang juga atau kepala lo gue patahin," ucap Hel setelah berhasil mengunci pergerakan musuhnya.
"Karena gue mau, lo di benci sama semua or----"ucap orang itu terhenti karena Hel mengeratkan tangannya yang ada di leher musuhnya.
"HEH APA YANG KALIAN LAKUKAN!! HEL LEPASKAN GABRIEL!!"
Dengan terpaksa Hel melepaskan tangannya yang ada di leher Gabriel. Gabriel yang sudah lemas pun terduduk di lantai dengan nafas yang terputus-putus.
"APA YANG KAMU LAKUKAN SAMA GABRIEL HAH?! KAMU MAU BUNUH DIA?! DI MANA OTAK KAMU?!"
"Gue gak bakalan macem-macem kalo bukan dia yang mulai!!" Ucap Hel dengan penuh penekanan.
"Jaga ucapan mu Hel!!"
"Sekarang kalian ikut ke ruangan saya!"
____________Setelah di ruangan BK kini Hel dan Gabriel harus menerima hukumannya, mereka berdua di minta untuk menelpon orang tuanya untuk datang ke sekolah. Gabriel sudah menelpon orang tuanya dan sebentar lagi mereka akan sampai tapi berbeda dengan Hel, dari tadi dia hanya diam menunduk, tangan kanannya terus memegangi perutnya yang masih mengeluarkan darah padahal kemarin lukanya sudah di obati.
"Hel cepat panggil orang tua kamu bukan malah bengong kaya ayam bertelur aja!" Gitu itu menegur Hel yang belum menelpon orang tuanya.
Jika boleh jujur Hel bingung harus menelpon siapa sekarang, tidak mungkin Hel menelpon ke dua orang tuanya yang ada bukan datang ke sekolah tapi Hel yang akan mendapatkan hukuman yang sangat tidak layak bagi manusia.
Brakk
"Sayang kamu gak papa kan? Ada yang luka?" Ucap wanita yang baru saja datang bersama satu pria dewasa,, wanita itu langsung memeluk Gabriel.
"Mereka udah meninggal."
Deg
Guru, maupun ke dua orang tua Gabriel begitu tercengang dengan ucapan yang di keluarkan Hel barusan.
Sedangkan orang tua Gabriel hatinya seperti di iris pisau saat mendengar ucapan putra sulung, Yap tadi Hel beradu jotos dengan Gabriel adik angkat Hel. Otomatis orang tua yang di telpon Gabriel tadi itu orang tua KANDUNG Hel juga yang kemarin mendatangi rumah Hel dan neneknya.
Tapi sekarang mereka malah terlonjak kaget karena ucapan Hel yang menganggap orang tuanya sudah meninggal padahal orang tuanya ada di hadapan dia sendiri.
(Sedikit kisahnya)
Saat umur Hel baru menginjak lima tahun kedua orang tua Hel sengaja mengadopsi anak dari panti asuhan tanpa sepengetahuan hel, nama anak angkat itu Gabriel dia berumur empat tahun, satu tahun di bawah Hel.
Sebelum Gabriel ada di rumahnya, Hel itu anak yang manja sekali dan cengeng, dari kecil Hel itu selalu di manja dan di jadikan pangeran oleh kedua orang tuanya, apapun yang Hel mau pasti mereka akan menurutinya, tapi jika itu tidak berbahaya, jika keinginan Hel itu berbahaya maka mereka akan marah kepada Hel dan berujung Hel yang marah balik, sungguh menggemaskan. Hel akan terus memusuhi kedua orang tuanya sebelum mereka membujuk Hel.
Tidur saja waktu itu Hel masih bersama kedua orang tuanya, makan yang masih di suapi, mandi pun masih di mandikan. Mereka memang keluarga kecil tapi mereka sangat bahagia bersama buah hati mereka, bercanda ria, tertawa, dan bermain. Tak jarang para tetangga memandang mereka iri karena ke harmonisan mereka.
Tapi berbeda setelah kedua orang tua Hel itu membawa Gabriel ke rumahnya, tidak ada lagi Gabriel yang manja, tidak ada lagi Gabriel yang murah senyum itu semuanya hilang di hari itu juga, bahkan Hel harus mengalah dengan Gabriel dalam hal apapun, orang tuanya pun selalu marah-marah kepada Hel karena hal yang sepele saja. Waktu itu Hel hanya bisa menangis sendirian di kamar barunya karena sekarang orang tuanya menyuruh Hel untuk tidur sendirian.
Bahkan sikap Hel berubah 180°, dia jadi orang yang pendiam, cuek, dan nakal tentunya, dia selalu membuat onar di sekolahnya untuk menarik perhatian kedua orang tuanya, tapi bukan perhatian dan kasih sayang yang Hel dapatkan, dia malah mendapatkan pukulan dan bentakan.
(End)
"Maaf, tapi apakah kamu punya saudara buat perwakilan?" Tanya guru itu yang masih merasa bersalah.
"Nggak, saya cuma tinggal sama nenek saya."
"Ken----"
"Nenek saya udah tua, seharusnya dia diam di rumah menikmati masa tua nya bukan di tambahin beban."
Deg
Lagi dan lagi mereka berdua di buat bungkam dengan ucapan Hel.
"Kalo gak ada yang harus di omongin lagi saya permisi," ucap Hel sambil berdiri.
____________________________________
KAMU SEDANG MEMBACA
ABHIPRAYA
Ficção Adolescentekunang-kunang di malam hari, sebagai "Blue Night". Malam yang sendu dan suram. Malam-malam penuh cahaya alam nan natural dan syahdu kini tergantikan cahaya lampu yang gemerlapan dan masif, yang justru disinyalir sebagai salah satu faktor penyebab ke...