32

242 6 1
                                    


"Nek, Hel berangkat dulu," Hel mencium tangan sang nenek.

"Tumben sepagi ini?"

"Biasa nek mau jemput ayang."

"Alah ayang ayang paling juga Minggu depan kamu ganti lagi," ucap nenek.

"Nggak bakalan lah nek, soalnya sama yang ini Hel tuh cintaaaaa banget."

"Ya sudah lah terserah kamu, sana pergi."
___________

"ASSALAMUALAIKUM! UKHTI!"

"Berisik!"

"Eh om, apa kabar om."

"Baik."

"Om agisnya ada?"

"Agis udah berangkat, katanya mau ngambil buku di temennya."

"Oh gitu ya, ya udah deh saya mau ke sekolah langsung, assalamualaikum om."

"Wa'alaikumsalam."
____________

Hel sudah sampai di sekolahnya, baru saja Hel turun dari motor, dia malah melihat anak-anak sekolah semuanya keluar sembari membawa tas. Mau kemana mereka, masa bolos berjamaah.

"Woy kalian mau kemana?"

"Pulang, tadi ada pengumuman katanya guru-guru mau rapat jadi kita semua di pulangin."

"Sia-sia gue sekolah," ucap Hel sembari menggerutu tak jelas, sakit hati jika seperti ini, dari rumah kita sudah berusaha bangun pagi, mandi walaupun kedinginan, terus berangkat sekolah menghabiskan bensin saja, apalagi yang menaiki angkutan umum, kasian sekali bukan.

Sepertinya Hel akan pulang saja ke rumah, istirahat alias tidur sepuasnya tanpa ada yang mengganggu.

"Kenapa kamu pulang lagi?"

Hel tidak mendengarkan permintaan ucapan Gisan, dia hanya menyelonong saja, Hel tau sikap nya ini sangat kurang ajar tapi jika terus di ladenin sampai kapanpun pertengkaran mereka tidak akan pernah berhenti, bahkan sampai Gisan main tanganpun sebelum ada yang memisahkan dia akan terus memukuli Hel tanpa ampun.

Srekk

PLAKK

Dengan pergerakan cepat Gisan menarik baju seragam Hel dan menamparnya, tamparan Gisan itu memang tidak pernah main-main buktinya dengan satu tamparan saja bisa membuat sudut bibir Hel berdarah.

"KAMU TAU! SIKAP KAMU ITU SANGAT KURANG AJAR SIALAN!"

"Dan saya tidak peduli," ucap  Hel.

"Saya menitipkan kamu bersama orang tua saya itu supaya kamu tau sopan santun, tatakrama yang baik dan juga bisa di andalkan. Ahhh, sepertinya ini memang salah saya, ya ini salah saya seharusnya dulu saya tidak menitipkan kamu di sini, tapi di-panti-asuhan!" Ucap Gisan.

Jantung Hel seketika terasa berdetak lebih kencang, sakit, sangat sakit. Hey Hel itu terlahir dari keluarga lengkap dan berada tapi kenapa mereka ada pemikiran ke sana?

"Kenapa gak sekalian lo bunuh gue aja? Hah?!"

"Kalo lo berhasil ngebunuh gue waktu kecil, gue gak bakalan ngerasain yang namanya tersisihkan, dikucilkan, dan  di campakkan oleh keluarga sendiri, pasti gue gak merasa kesepian waktu Lo cuma ajak main anak sialan itu," ucap Hel, dia sangat ingat betul ketika dia bermain bersama Gabriel dan mainan milik Hel di ambil oleh Gabriel dia menangis kejer hingga dua jam lamanya. Gisan yang kesal mendengar tangisan Hel, dia malah menyeret tubuh Hel ke dapur terus dia mengambil pisau dan mengarahkan pisau itu ke mulutnya. Mungkin jika tidak ada pembantu yang bekerja di sana mulut Hel sudah robek karena ulah ayahnya sendiri.

"KAMU YANG SIALAN!" Ucap Gisan.

"Liat saja, liat saja apa yang akan saya lakukan sama kamu nanti."

"Cih, gue gak takut sama ancaman lo bangsat!" Ucap sinis Hel. Meskipun dia tau ancaman Gisan itu tidak main-main.

Bughhh

Lagi dan lagi, Gisan mendaratkan pukulan ke perut Hel membuat sang empu meringis kesakitan.

"Berani kamu sama saya hah?!" Gisan menarik paksa rambut belakang Hel.

"Lepas," Hel berusaha melepaskan jambakan Gisan, tapi malah semakin membuat kepala Hel berdenyut sakit.

"GISAN!"

"APA YANG KAMU LAKUKAN HAH?!" Gisan yang terciduk pun mencoba membela diri dengan berbagai alasan supaya dia tidak di salahkan dan malah terlihat jadi korban di sini. Sedangkan Hel hanya diam melihat perdebatan Gisan dan neneknya.

"Pergi kamu dari rumah saya! Dan jangan pernah kamu balik lagi ke sini sebelum dia tiada!" Ucap nenek dengan penuh penekanan.

"Dia yang harus segera tiada!"

"Berani kamu menyentuh cucu ku, anak sialan itu yang akan menerima imbasnya!"

Gisan terdiam, dia menatap Hel dengan tajam, menatapnya dengan penuh kebencian. Meskipun Hel itu anak kandungnya sendiri tapi dia lebih fokus untuk Gabriel, yang dia anggap anak kandungnya.
_____________

Setelah kejadian kemarin yang sangat membuat emosi Hel membeludak tapi dia tahan. Sekarang Hel berada di taman, menatap rerumputan bergoyang di hadapannya.

Hari ini Hel memutuskan untuk tidak pulang ke rumahnya, ya meskipun harus menahan rindu dengan sang nenek tercintanya. Dan sepertinya Hel tidak akan pulang sebelum mereka pulang dari rumahnya.

Rasa sakit hatinya yang tidak bisa sembuh, dan terus menempel di otaknya ketika melihat mereka yang hanya berbahagia sendiri di hadapan Hel yang sedang hancur, kejam bahkan melebihi apapun, sakit yang tak terkira ketika melihat keluarganya sendiri tidak pernah meliriknya.

Haus cara apa lagi supaya Hel bisa di anggap oleh mereka, Hel tidak mau menggunakan cara gila supaya menarik perhatian mereka.

"Bunuh diri lebih baik daripada harus mati perlahan," ucap lirih Hel sembari menatap sungai yang kini airnya sedang meluap.

Perlahan kaki Hel naik ke atas pembatas antara jalan dan sungai, satu tetes air mata membasahi wajah tampan Hel. Mungkin jika harus seperti ini jalannya Hel hanya bisa pasrah.

Hel kembali menurunkan kakinya yang naik ke atas pembatas, dia meremas pembatas yang terbuat dari besi itu dengan keras dan menangis sepuasnya.

"AAAAAAAKKKKKK KENAPA HIDUP GUE KAYA GINI SIH ANJING!!"

"GUE GAK MAU! GUE GAK MAU MATI DI TANGAN MEREKAA! GUE, GUE GAK SANGGUP GUE BENER BENER GAK SANGGUP."

Hel menangis sejadi-jadinya melampiaskan kemarahannya yang selama ini dia pendam, tidak ada yang peduli dengan kehidupan Hel tidak ada orang yang bisa masuk ke kehidupan Hel untuk mengobati semua lukanya meskipun sangat mustahil untuk bisa sembuh.















____________________________________

Haiii

Hel kembali lagi nih, hahah siapa nih yang masih menunggu Hel.

Sumpah demi apapun aku lupa ada cerita ini asli, hahah terlalu fokus ke cerita yang lain kali ya sampe melupakan cerita ini sedih benget.

ABHIPRAYA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang