Tidak ada yang bisa aku lakukan sebagai tawanan di penjara bawah tanah yang sempit.
Di dalam penjara memang ada ranjang kecil dan toilet. Tapi siapa yang mau menggunakan toilet itu ketika pintuku sendiri terbuat dari jeruji?!
"Selamat pagi, Nona Serethy," sapa seorang pria berambut hitam yang menjadi penjagaku.
Aku tidak balas tersenyum. Ini wajar karena aku adalah tawanan. Aku harusnya marah karena menjadi tawanan, bukan beramah-tamah dengan rakyat Asher yang notabene telah menjatuhkan Matria.
Setelah diingat-ingat, pria ini memang ikut andil dalam novel. Cukup banyak dan cukup penting.
Dia adalah ksatria yang ditugaskan untuk menjagaku secara pribadi. Aneh untuk memberikan mantan Tuan Putri, yang merupakan seorang tawanan, satu ksatria untuknya. Tapi mengingat penjelasan dalam novel mengenai bagaimana kami bertemu di aula singgasana, bajingan gila itu tertarik dengan kecantikanku, maksudku kecantikan Serethy.
Makanya, dia ingin mengawasi gerak-gerikku dengan mengirim satu ksatria.
Gelarku pada pria ksatria itu adalah Malaikat Jatuh. Dia adalah satu-satunya orang yang mau mengobati luka-luka siksaan Serethy dari dua orang gila, dia juga yang menemani Serethy ketika Serethy bosan dan mengobrol banyak hal, dia juga yang membuat Serethy tidak merasa kesepian di dalam jeruji sebagai tawanan.
Lalu, mereka jatuh cinta.
Cinta yang buta.
"Aku akan membawa Nona Serethy kabur," kata Malaikat Jatuh pada Serethy di dalam salah satu dialog novel.
"Jangan! Bagaimana jika kamu dihukum? Aku tidak mau!" kata Serethy dengan air mata berderai.
"Aku tidak peduli, Nona Serethy. Aku sangat mencintaimu. Melihatmu di balik jeruji sangat ... menyakitiku. Aku akan membawamu lari. Lalu kita akan pergi sejauh mungkin dari Kerajaan Asher, bahkan dari benua ini! Aku janji!"
Malaikat Jatuh yang mengatakan hal-hal manis membuat Serethy dalam novel tersentuh dan makin mengeluarkan banyak air mata. "Sir Derick, kamu sangat baik. Aku ingin kabur bersama denganmu. Aku ingin hidup dengan Sir Derick."
Sir Derick, Malaikat Jatuh, tersenyum bahagia sebelum menggenggam tangan Serethy lebih erat. "Aku akan mempersiapkan segalanya. Tolong tunggu aku besok malam."
"Iya, Sir Derick. Aku akan menunggu."
Sayangnya, malam yang dinantikan itu tidak akan pernah tiba.
Itu karena rencana membawa lari Serethy gagal total karena seseorang menguping pembicaraan mereka dan melaporkan hal ini langsung pada bajingan gila.
Bajingan gila memenggal langsung kepala Sir Derick dengan pedangnya, karena itulah aku memberikan Sir Derick gelar Malaikat Jatuh. Dia sangat baik hati seperti malaikat, tetapi harus mati karena kebaikannya.
Kemudian, alur cerita menceritakan mengenai bagaimana pikiran bajingan gila itu terlalu berkabut oleh rasa cemburu hingga dia menyiksa Serethy dengan membabi buta.
Terima kasih karena adegan itu, Serethy kritis dan koma. Dan sayangnya lagi, setelah bangun dari koma dua bulan kemudian, dia disiksa lagi oleh bajingan gila karena salah paham mengenai bagaimana Serethy akan meninggalkan bajingan gila.
Terima kasih lagi pada siksaan bajingan gila, Serethy akhirnya mati.
Lalu cerita tamat.
Mengingat hal ini membuatku emosi dan ingin memukul-mukul dinding usang jeruji.
"Nona Serethy, apa Anda baik-baik saja?" tanya Sir Derick karena aku hanya memandang tajam ke dinding usang jeruji.
Matanya yang berwarna cream sangat menenangkan, tapi tetap saja lebih baik untuk menjaga jarak dengannya. Apalagi aku juga harus menghindari perasaan jatuh cinta satu sama lain. Dia sangat baik, aku tidak mau dia dipenggal oleh bajingan gila dan aku disiksa bajingan gila.
KAMU SEDANG MEMBACA
END | I Will Avoid the Death Flag [Terbit]
Historical FictionAku menjadi tawanan perang ketika membuka mata. Takdir sialan apa yang membawaku masuk ke dalam novel gila yang kulemparkan keluar jendela setelah aku membacanya?! Mau bagaimanapun, aku tidak akan membiarkan diriku sendiri disiksa oleh dua orang gi...